Chapter 21

115 32 25
                                    

Akemi POV

"Akhirnya aku tiba di rumah juga," ucapku. Aku mulai membuka pagar rumah, tetapi seseorang memanggilku. Aku segera menolehkan kepala ke samping kanan.

"Kak Akemi," panggil seorang pemuda.

"Iya, Ada apa Shin?" tanya Akemi.

Yap! Dia adalah Shin. Seorang pemuda bertubuh kurus, namun berotot. Ia sudah kuanggap sebagai adik kandungku sendiri.

"Aku senang Kak Akemi pulang dengan selamat," jawab Shin tersenyum.

Aku pun Ikut tersenyum di buatnya. Lalu aku mengajaknya masuk ke dalam rumah bertemu dengan Nenek.

"Aku pulang," ujarku.

Kosong. Tidak ada Nenek di dalam rumah. Mungkin dia sedang berbelanja atau berkebun di belakang rumah.

"Silahkan masuk, Shin," ucapku sopan.

Shin masuk ke dalam. Ia memang sudah sering main ke rumahku sejak kecil.

"Kak Akemi, aku rindu denganmu," ucap Shin tiba-tiba. Ia juga memiliki tubuhnya erat. Akupun membalas pelukan hangat untuknya.

Beberapa menit akhirnya dia melepaskan pelukan. Ia menatap diriku dengan raut wajah bahagia.

"Shin... Kudengar murid kelas 2G, ada yang tewas terbunuh,"

Shin pun terdiam. Ia beralih menatap lantai. Sepertinya ia sedang sedih kehilangan seorang teman. Oh iya, aku lupa memperkenalkan. Dia juga murid kelas 2G di SMA Subarashii.

Kami memang seumuran. Tetapi Shin sudah menganggapku Kakak sendiri, sejak kedua orang tuanya meninggal. Ia hanya hidup sebatang kara.

"Hmm... Sora dan Freed," jawabnya.

Aku mengelus pelan pundaknya, memberi kekuatan untuk adikku tercinta. Namun, tiba-tiba Shin tertawa keras.

Aku hanya menggelengkan kepala. Sifat aneh Shin keluar di waktu tak tepat.

"Hahaha... Aku senang sekali mendengar mereka tewas Kak. Akhirnya aku tak perlu mengotori tanganku sendiri," kata Shin. Ia masih tetap tertawa keras, hingga memegang perutnya.

"Kau ini! Memang kenapa sampai kau merasa senang sekali?" tanyaku penasaran. Sebenarnya sih, aku sudah tahu alasannya tetapi aku pura-pura tak tahu.

"Kak Akemi sudah tahu kan. Hmm... Aku sangat membenci mereka. Selalu berpacaran tak tahu tempat, sampai teman-teman sekelas mengeluh kepadaku. Aku sangat ingin berterima kasih dengan sang pembunuh," jelas Shin.

"Hahaha... Kau ini, sudah sana makan dulu," balasku.

Shin menurut dengan patuh. Ia berjalan menuju ke meja makan. Akupun Ikut menyusul.

"Andai... Aku bisa membunuh Pemuda brengsek itu," gumam Akemi. Ia mengepalkan kedua tangan erat.

Akemi POV End...
.
.
.
.

Gen POV

Setelah melakukan pencarian teman sekelasku. Aku memilih untuk bersantai sejenak di taman kota. Letaknya bermekaran dengan sekolahku.

Sekolahku? Mungkin kurasa lebih tepatnya sekolah para psikopat berada. Dia kelas 2F tercinta.

Aku sudah mengetahui kebusukan semua siswa kelas 2F. Mereka berpura-pura seakan menjadi siswa yang normal pada umumnya, sepertiku ini contohnya.

"Huh! Bosan sekali rasanya," keluhku. Aku memandang langit yang mulai sore. Banyak pengunjung taman kota yang masih setia di sini.

Aku pun tak sengaja melihat seorang gadis berambut hitam sebahu. Ia berjalan seorang diri sepertinya.

"Ah, aku punya ide bagus," gumamku menyeringai kecil.

Aku beranjak dari tempat duduk. Aku mulai melangkahkan kaki menuju ke gadis itu.

"Hei, Yuno," sapaku tersenyum tipis.

Gadis itu menolehkan kepala ke arahku. Kini kami saling berpandang-pandangan.

"Ah, hai Gen," sapa Yuno balik.

Yuno, murid kelas 2G. Ia sangat pintar menguasai berbagai bahasa asing di seluruh dunia. Ia memang pantas untuk masuk ke sekolah terpopuler.

"Sedang apa kau sendirian di sini?" tanyaku basa basi.

Yuno terdiam sesaat. Ia seperti tengah mencari sebuah jawaban. Aku sih tak terlalu peduli.

"Aku hanya berjalan-jalan sore saja," jawab Yuno akhirnya.

"Bagaimana kau kita jalan bareng?" ajakku. Dia tak mungkin menolak ajatan dari pemuda tampan sepertiku.

"Oke! Tapi aku ingin bertemu seseorang dulu," jawabnya. Aku tahu ia sekarang berkata jujur.

Yuno, gadis manis yang memiliki sebuah rahasia. Ia sangat terkenal di lapangan dunia bawah. Sebutan bagi orang-orang seperti kami.

Kami pun akhirnya jalan berduaan di sore hari seperti sepasang kekasih. Untungnya aku ini seorang jomblo yang baru saja di tinggal mati mantan kekasih. Sebenarnya aku yang telah membunuhnya.

"Aku tahu, kamu ingin menjual ginjal kepada mereka," aku berbisik kecil di telinganya.

Yuno terdiam kaku. Ia menatap tajam ke arahku.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Yuno penasaran. Ia menghela napas sejenak.

"Aku pun tahu. Selama ini bakatmu di gunakan untuk bertransaksi kepada orang-orang dari luar negeri untuk menyakiti organ-organ manusia," jawabku santai.

Yuno menyeringai kecil. Rahasia kecilnya sudah ketahuan oleh orang yang sama.

"Hahaha... Kelas 2F memang diisi oleh orang sinting semua," balasnya tertawa kecil.

Aku sendiri ikut tertawa. Memang benar dan sesuai dengan fakta. Mereka yang telah mati juga memiliki sisi gelap.

Kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Setidaknya aku menemukan hiburan dan mungkin... hobi baru.

Gen POV End...
.
.
.
.

Dorr!!!

Seseorang baru saja tertembak di antara kerumunan orang. Sang korban sepertinya tewas di tempat. Sebuah peluru tertanam di kepala dan dada kiri korban.

"Kyaa!!!"

"Panggilkan ambulan sekarang!"

Mereka mulai berhamburan menyelamatkan diri. Ada juga yang dengan berani mengecek keadaan sang korban dan menelepon ambulan serta polisi.

Di sebuah apartmen, tepatnya salah satu kamar. Pemuda yang memakai jubah hitam meniup ujung senapan. Ia baru saja berhasil menembak sang target buruan.

"Kali ini ku yakin dirimu takkan selamat, Hide!" serunya.

Ternyata pemuda itu adalah pelaku penembakan sang polisi bernama Faisal. Dan sekarang ia sudah menyelesaikan tugasnya.

"Aku bisa membeli game yang banyak dan mungkin membeli beberapa senapan api," ucapnya.

Pemuda itu langsung meninggalkan lokasi penembakan. Ia menyimpan senapan miliknya ke dalam tas gitar. Ia berjalan seakan tak melakukan hal yang berdosa.
.............

Teror di SMA Subarashii (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang