Chapter 01

606 83 100
                                    

*Gedung SMA Subarashii*

Seorang gadis bertubuh kecil tengah menaiki tangga. Ia menghitung satu per satu anak tangga yang ia pijak. Senyum kecil merekah di kedua sudut bibirnya.

"Gen!" Panggil si gadis kecil semangat. Ia baru saja sampai di lantai 2 lalu tidak sengaja melihat seorang pemuda berambut coklat yang ia kenali sedang berada di tempat itu.

Pemuda itu membalikkan badan. Ia merasa ada yang sedang memanggil namanya. Saat ia menengok, tak ada seorang pun di depannya. Ia merasa aneh dan seketika bulu kuduknya berdiri.

"Masih siang gini sudah seram saja," ucap pemuda bernama lengkap Yukimura Gen itu. Ia memegang tengkuknya ketakutan.

Lengang. Sebuah kelengangan yang ganjil. Auranya tiba-tiba berubah menjadi menakutkan seperti ini.

Saat akan meninggalkan tempat tersebut. Suara yang sama terdengar kembali memanggil namanya.

"Gen! Kau jahat sekali!" seru gadis kecil itu dengan kesal. Ia mengembungkan kedua pipinya dan menghentakkan salah satu kakinya ke lantai.

Gen mau tak mau mempercepat langkah kakinya. Ia sudah tak kuat berada di tempat itu lama-lama.

Saat ia akan sampai di ujung lorong untuk berbelok. Langkahnya terhenti seketika. Ekspresinya berubah drastis dan sorot matanya menatap horor apa yang ada di depannya saat ini.

Di depannya, sesosok wanita berambut merah tua dan memakai kacamata sedang tergantung di atas. Kedua matanya melotot lebar serta tetesan darah segar meluncur bebas dari pergelangan tangannya.

Aizawa Nana, si gadis kecil yang bertemu dengan Gen tadi memutuskan untuk mengejar lelaki yang baru saja ditemuinya tadi. Ia semakin kesal saat melihat Gen melarikan diri darinya. Ia pun mulai mengejar sosok tersebut.

Hingga....

Nana tak sengaja menabrak punggung Gen cukup keras. Saat itu ia ingin marah, namun hal itu ia urungkan.

"Gi-giana.... Ahhh!"

Sosok yang baru saja dilihat oleh Gen dan Nana di depan mereka adalah... Maggiana. Gadis yang sering dipanggil dengan nama Giana itu ditemukan tergantung di lorong lantai 2 menuju ke arah kelas 2F.

Oka Maggiana. Salah satu teman di kelas mereka. Hampir dua tahun bersama dalam menempuh pelajaran dan ilmu di sekolah. Gadis berkacamata yang memiliki sosok seperti monster di kala ia sedang marah.

"Kita harus laporkan ini kepada Guru." ucap Gen yang sudah lebih tenang.

Ia menatap Nana yang masih gemetar ketakutan. Ia pun segera meraih lengan kecil Nana.

"A-aku takut Gen..." ujar Nana pelan.

Ia langsung memeluk tubuh Gen erat. Ia perlu sosok untuk meringankan rasa sedih dan takut saat ini.

Gen sedikit terkejut. Namun, ia membiarkan saja Nana tenang di pelukannya. Tak sengaja ia melihat seseorang di depannya.

Kedua mata Gen membulat terkejut untuk kesekian kalinya. Seorang gadis berwajah manis dan berambut hitam menatap dirinya penuh kekecewaan.

"Yu-,"

Perkataan Gen di potong oleh gadis tersebut. "Dasar pria brengsek!"

Setelah mengatakan hal yang berbau kasar. Gadis itu pergi meninggalkan sosok Gen dan Nana. Rasa kecewa, sedih, marah dan cemburu menjadi satu dalam benak gadis tersebut.

"Yuka... Kamu salah. Aku sedih melihat tatapan wajahmu seperti itu. Maafkan aku..." batin Gen lirih.
.
.
.
.

Suasana sekolah SMA Subarashii yang awalnya tenang dan menyenangkan, kini menjadi menegangkan. Setelah laporan Gen dan Nana kepada pihak Guru tentang kematian teman merekaz yaitu Maggiana.

Pihak sekolah dan dewan guru langsung mendatangi lokasi kejadian untuk melihat secara langsung. Para polisi dan sebuah mobil ambulance telah tiba di sana.

Murid-murid yang tengah menikmati makan siang mereka mendadak hening. Desas desus kabar kematian salah satu murid di sekolah, tepatanya kelas 2F menjadi bahan perbincangan hangat.

Tak luput kelas 2F. Suasana begitu hening sampai hanya terdengar suara hembusan napas.

Takahashi Kensel. Pemuda yang sangat menyukai olahraga sepak bola itu mendadak mellow.

Sosok kekasih hatinya yang sudah terjalin hubungan satu tahun lamanya. Kini harus selesai dari salah satu pihak.

"Giana... Kenapa kamu pergi meninggalkan aku secepat ini?"

Nada yang terdengar lirih, sedih, dan kecewa menjadi satu dalam balutan emosi jiwa serta pikirannya saat ini. Airmata tak pernah berhenti mengalir. Ia sangat terpukul akan kepergian sang kekasih hati.

Seorang pemuda berwajah eumm... agak sangat menyeramkan menepuk pundak Kensel pelan. Ia dapat merasakan apa yang di rasakan pemuda itu saat ini.

"Sahabatku, kamu harus kuat dan tabah, oke." ucap pemuda itu pelan. Ia ingin menyalurkan rasa simpati dan duka cita untuk sahabatnya.

Kensel menatap pemuda itu dengan tajam. Seakan ia memiliki pandangan seperti elang.

"Rock! Maukah kau membantuku?" tanya Kensel datar. Ia masih menatap sahabat di depannya tajam.

"A-apa yang bisa ku bantu?" tanya Rock balik dengan terbata-bata . Entah kenapa ia merasa takut akan tatapan tajam Kensel.

Baru pertama kali ia melihat tatapan itu. Seakan Kensel memiliki dua sifat kepribadian yang berbeda.

"Aku ingin mencari siapa pembunuh di balik kematian Giana." jawab Kensel tanpa emosi.

Rock terdiam. Entah kenapa ia memiliki firasat buruk yang sulir artikan dengan kata.

Di pojok ruangan kelas. Ia menatap kedua sosok pria di depannya tenang. Namun, seringai yang tipis sampai mirip dengan senyuman terukir jelas di sana.

"Hahaha... apakah kau akan berhasil?" tanya sosok itu entah kepada siapa. Suaranya begitu sangat pelan.

Rupanya ia mendengarkan semua percakapan antara Kensel dan Rock. Sepertinya ia tengah memikirkan cara atau menentukan korban selanjutnya.

Teror di SMA Subarashii (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang