Chapter 13

185 45 87
                                    

Dua hari berlalu...

Lingkungan di sekolah SMA Subarashii masih tergolong sepi. Tak ada kegiatan satupun di sana. Hanya terlihat beberapa petugas melakukan pemeriksaan.

"Hmm... Baru kali ini aku menemukan kasus yang rumit," Faisal bergumam. Ia baru saja akan menyelesaikan kasus pembunuh murid pertama. Namun, mulai bermuncullan murid satu persatu terbunuh.

"Sudah lima korban dan semua berasal dari kelas yang sama... yaitu kelas 2F,"

Faisal menganalisa semua kasus yang saling berhubungan. "Kemungkinan ada suatu konflik di dalam kelas 2F, entah itu dendam, pembulian atau ada motif lainnya,"

Saat Faisal sedang berkutat dengan analisa yang bercabang. Seorang pemuda berpakaian seragam polisi. Ia memiliki rambut berwarna pirang dan berpostur tubuh tinggi serta kekar.

"Selamat pagi," sapa pemuda tersebut.

"E-ehh, pagi," balas Faisal kikuk.

"Maaf mengganggu waktu anda. Apa benar ini dengan Inspektur Faisal?" tanya pemuda itu.

"Iya benar," jawab Faisal. Ia melihat pemuda di depannya. "Anda siapa?" tanyanya.

"Maaf saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya Inspektur Raka van Andreas, dari cabang pusat kepolisian Belanda. Salam kenal!" jawab Raka memperkanl

Kerutan di dahi Faisal muncul. Ia tak ingat ada berita tentang kedatangan seorang inspektur dari Belanda.

"Ah iya, baik," balas Faisal gugup.

Mereka pun berbincang di kantor kepala sekolah. Sepertinya akan terjadi pembicaraan serius.
.
.
.
.

"Akhirnya aku bisa beraksi lagi," ucap seorang gadis kecil. Ia memainkan gunting berukuran kecil dengan santai.

Saat ini suasana di daerah Tokyo begitu sepi. Hanya beberapa orang-orang yang berlalu lalang, mungkin baru pulang kerja.

Gadis itu tengah bersenandung kecil. Ia menyanyikan lagu dari salah satu anime terkenal.

"Nananana...," gumam gadis kecil. Suasana hatinya sedang bahagia. Ia menerima sebuah misi yang menyenangkan.

"Hai Nana," sapa seseorang ramah. Ia menepuk pundak gadis itu pelan.

Nana yang masih bersenandung di buat terkejut. "E-ehh, tusuk-tusuk perutnya," ceplosnya tak sadar.

"Apa yang kau katakan?!" tanya gadis berkacamata.

Nana menutup mulutnya rapat-rapat. Ia merutuki dirinya yang harus keceplosan tadi.

"Tidak kok. Eh, Shino-chan, kenapa bisa ada di sini?" tanya Nana gugup.

Shino menatap Nana heran. "Aku kan memang tinggal di daerah sini," jawab Shino.

Nana kembali merutuki diri. "Kenapa aku jadi seperti orang idiot sih?!" batin Nana kesal.

"Oh iya, hehe... Maaf, Nana lagi banyak pikiran jadi lupa," balas Nana.

Keduanya pun memutuskan untuk berbincang-bincang di salah satu kafe terdekat. Mereka memilih posisi tempat duduk di sudut ruangan.

Setelah memesan makanan, suasana menjadi hening. Hanya terdengar suara bel pintu masuk kafe. Beberapa menit berlalu, seorang pelayan mendatangi meja mereka membawa pesanan.

"Silahkan makanannya dan selamat menikmati," ucap pelayan kafe. Setelah menaruh makanan serta minuman yang di pesan, sang pelayan pergi kembali ke dapur.

"Jadi... Ada masalah apa sampai Nana malam-malam berkeliaran di daerah sini?" tanya Shino. Ia baru saja mencicipi steak ayam miliknya.

"Mau bertemu seseorang," jawab Nana. Sifat dan perilakunya telah kembali puluhan.

Teror di SMA Subarashii (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang