Chapter 28

94 21 8
                                    

Hashimoto POV

"Sial! Targetku melarikan diri!"

Aku melihat hanya tersisa Erza di sana. Padahal aku bisa membunuh dua target sekaligus.

Senapan api laras panjang sudah kusiapkan. Kali ini aku akan mengenai targetku dalam satu kali tembakan, kalau tidak 'dia' akan membunuhku. Aku merasa tidak nyaman harus diawasi oleh seseorang.

"Cepat selesaikan dan cari target selanjutnya," gumamku.

Aku bidik targetku, lalu ku tarik pelatuk senapan dan dua buah peluru sekaligus melesat keluar dengan kecepatan tinggi. Kali ini aku menggunakan peluru sepsial.

Dor! Dor!

Kulihat targetku di depan. Peluru-peluru itu semakin mendekati Erza. Penutup tempat sampah yang Erza gunakan sudah tak berbentuk. Ia membuang pelindung, lalu berusaha menunduk.

Namun, dua peluru tepat mengenai sasaran. Bahu kanan dan kaki kiri menjadi sasaran peluru.

"Arghh!!"

Erza meraung kesakitan. Ia terduduk lemas memegang kaki kirinya. Darah keluar cepat membasahi pakaian yang kenakan malam ini.

Aku sedikit menghela napas lega. Aku masih kurang puas peluru-peluru itu tidak mengenai langsung alat vital sang target.

"Setidaknya dia tak bisa bergerak bebas," gumamku.

Aku pun memutuskan untuk turun ke bawah menemui target. Sampailah aku di depan Erza. Ia menatap diriku penuh amarah.

"B******n kau!" cerca Erza kepadaku.

Bugh!!

Aku menendang langsung ke wajahnya. Dan tubuh Erza terhuyung menabrak dinding cukup keras.

"Arghh!"

Selanjutnya aku menginjak kaki kiri Erza yang terkena tembakan. Ia semakin meraung kesakitan. Dan aku pun tidak peduli. Kulepaskan topeng yang menutupi wajah tampanku ini.

Seringai lebar menghiasi senyuman manisku. Ahh... Rasanya senang sekali berbagi senyum kepada orang lain.

"Baji-,"

Bugh!!

Aku kembali menendang wajahnya hingga terbentur ke dinding. Ku mendengar suara tulang yang retak.

"Jaga mulutmu itu sampah!" seruku.

Tak mau lama-lama bermain dengan target. Aku mengeluarkan sebuah pistol berukuran kecil di balik celana. Aku arahkan pistol itu tepat di kepala.

"Sampai jumpa lagi... teman sekelasku," ucapku mengakhiri permainan.

Dor! Dor! Dor!

Tak segan-segan tiga peluru meluncur lurus menembus otak Erza. Dan akhir hidup Erza berakhir di tanganku.

"Hahahaha... Satu target lagi berhasil kusingkirkan," ucapku puas. Aku menyimpan pistol kecil itu kembali ke dalam tempat persembunyian.

Aku memakai lagi topeng yang menutupi wajah tampanku ini. Aku harus mengejar Nana. Aku yakin dia belum jauh dari sini. Langkah kakinya yang kecil membuat ia terlihat menyedihkan dalam bayanganku.

Hashimoto POV
.
.
.
.

Erza POV

Aku sudah berada di lokasi tempat Nana sekarang. Aku melihat dia berjalan sambil memainkan gunting berukuran sedang miliknya.

"Apakah dia habis membunuh seseorang?" tanyanku. Aku berjalan pelan mengintai dirinya.

Teror di SMA Subarashii (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang