Chapter 22

110 29 44
                                    

Lullin POV

"Siapapun tolong aku?!"

Aku masih berada di dalam ruangan aku di rawat. Aku merasa bosan dan kesal. Tak ada yang mengujungiku.

"Hah!"

Aku menghela napas kasar. Sudah tiga atau empat hari aku di rawat. Kesepian mulai menyelimuti diri ini.

"Andai saja ada sesuatu yang membuatku bahagia," ucapku.

Ah, ada satu ide terlintas dari benakku. Aku melirik ke arah tanganku terinfus. Aku cabut dengan cepat. Darah bercucuran keluar dari sana. Aku tak peduli.

Aku melangkahkan kaki pelan menuju ke arah pintu. Aku harap aku bisa keluar dari sini tanpa ketahuan.

Srekk!

Perlahan kubuka pintu sampai setengah terbuka. Aku melihat ke kanan dan kiri. Sepi.

"Bagus, saatnya kabur hehehe," gumamku.

Aku memilih untuk mengambil jalur tangga. Orang-orang zaman sekarang maunya serba instan dan cepat. Jadi, pasti jarang yang menggunakan tangga darurat.

Ku turuni setiap anak tangga, hingga mencapai lantai dasar. Luka bekas infus di tanganku sudah kuhentikan dengan sapu tangan. Sedikit nyeri, tapi aku tak peduli. Aku malah menyukai melukai diri ini. Ups!

"Hmm... Langsung saja deh ke pintu keluar," gumamku.

Untungnya aku memakai sebuah jaket. Jadi, tak terlihat pakaian pasien di rumah sakit ini. Sedikit lagi... dan berhasil.

"Ahh... Udara sore hari memang segar," ungkapku. Kini aku berada di sebuah taman kota. Aku memilih untuk berjalan-jalan sejenak, sebelum pulang ke rumah.

Tak sengaja aku melihat dua sosok yang ku kenal. Gen dan Yuno. Mereka terlihat sangat akrab sekali. Kupikir Gen tengah mendekati Yuno. Menurutku keduanya sangat cocok.

"Aku takkan menganggu kesenangan mereka. Aku jadi pengen seperti itu," ucapku berharap.

Ah! Apa kalian merasa aneh dengan cara bicaraku? Aku akan jujur kepada kalian. Sebenarnya aku bukanlah sosok gadis pemalu, kikuk dan aneh. Aku ini hanyalah seorang gadis yang sangat menyukai klabing.

Ups! Itu hanya salah satu kesukaanku. Biasanya setiap malam aku kabur dari rumah hanya untuk bersenang-senang di sebuah klub. Klub itu sangat ramai. Aku menyamar menjadi gadis yang agak menggoda. Dengan pakaian mini dan gayaku yang centil.

Setiap malam, aku sering melihat anak kelas 2G. Si kembar yang tak terpisahkan. Raka dan Reki. Mereka sangat ahli dalam berjudi. Aku pun terkadang ikut bergabung bersama mereka.

"Aa... Rasanya rindu sekali masa-masa itu, " gumamku.

Aku pun kembali berjalan santai. Dan aku bertemu dengan salah satu Pemuda yang menurutku... lumayan tampan.

"Ha-hai... Oka...mi," sapaku kikuk. Aku harus berakting seperti biasanya. Sungguh menyebalkan.

"Hai, Lullin. Sudah lama aku tak melihatmu," balas Okami. Pemuda berkacamata yang memiliki kemampuan aneh sepertiku.

"Hmm... A-aku kabu-kabur dari rumah sa-sakit," jawabku jujur.

Okami sedikit terkejut. Tetapi ia kembali tenang dan tersenyum kepadaku.

"Kau tidak usah berpura-pura lagi. Ayo kita lakukan hal menyenangkan seperti dulu," ajak Okami. Ia menyeringai kecil.

"Ah! Oke!" sahutku semangat.

Pasti kalian heran, kenapa kamu terlihat seperti akrab sekali. Kami berdua sangat memiliki hobi yang menyenangkan yaitu... Melukai diri sendiri atau biasa disebut Masokis.

Kami pun berjalan beriringan. Membahas hal-hal dulu yang indah. Aku sesekali melukai tangan milikku dan Okami. Kami mungkin bisa menjadi pasangan yang cocok.

Lullin POV End...
.
.
.
.

Shuu POV

"Sial! Kemana sih gadis jalang itu pergi!" geramku. Ia sudah mencari di sekitar rumah sakit, tetapi tak menemukannya.

Klang!!

Aku menendang tempat sampah yang tak bersalah sampai bertebaran keluar. Aku tak peduli. Aku ingin segera menemukan gadis itu dan membuat perhitungan dengannya.

Alat pelacak yang aku tempelkan kepadanya secara diam-diam sudah rusak. Ternyata dugaanku selama ini tentang dia adalah benar.

"Aku takkan membiarkan dirimu bebas sesuka hati," ucapku menyeringai lebar.

Aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Satu jam telah berlalu, aku telah sampai di rumah. Rumah yang cukup besar dan ramai.

"Aku pulang," sahutku.

"Ah Shuu, maaf Mama harus pergi dengan Ayahmu. Kau tak apa kan di rumah sendiri," ucap Mamaku.

"Loh, memang Yuta kemana?" tanyaku mencari keberadaan adik kandung.

"Dia sedang main bersama teman-temannya. Mama dan Ayah pergi dulu ya,  sampai jumpa," jawab Mamaku.

Sepi dan kosong. Aku tersenyum sangat lebar, mungkin seperti Joker.

Aku menaiki anak tangga, hingga sampai di lantai 2. Letak kamarku berada.

"Saatnya bersenang-senang," gumamku. Aku menutup pintu kamar rapat-rapat hingga ku gembok. Aku tak ingin kesenanganku ternganggu, walau rumah dalam keadaan sepi.

Sebuah monitor berukuran cukup besar terpajang di mejaku. Monitor ini ku beli dengan uangku sendiri. Aku memiliki sebuah bisnis yang sangat mengiurkan walau hanya menjual sebuah video saja.

Aku langsung duduk. Kunyalakan terlebih dahulu layar monitor. Di atas meja terdapat beberapa drone berukuran kecil. Drone itu berbentuk seperti seekor lalat.

Beberapa file sudah tersimpan di dalam. Aku melihat satu persatu video teman-teman sekelasku di bunuh, oleh teman sekelasku juga. Ah... Sungguh membingungkan menjelaskannya.

"Maggiana... Si cewek tomboy, tetapi takluk dan di perbudak di tangan sang kekasih. Sera... Si gadis kaya raya, yang sangat tergila-gila dengan Roman sampai sampai menjadi seorang penguntit. Rock... Si preman kelas yang ternyata sangat mencintai makanan manis hingga overdosis pun pernah. Keiko... Si artis terkenal yang mempunyai hobi mengoleksi benda-benda tajam hingga mendapatkan dengan cara tak wajar. Hoshi... Si pemuda botak yang sangat bodoh nan polos, serta wanita 2 dimensi yang kabarnya akan dia lamar. Kensel... Si pemuda angkuh yang memiliki sifat overprotective serta penyiksa wanita. Shino... Si gadis kacamata yang sangat terobsesi dengan seorang gadis yaitu sahabatnya sendiri. Emili... Si gadis desa yang serba ingintahu sampai mencelekai orang lain dan diri sendiri. Hide... Si pemuda tsundere yang menyukai hal-hal ektrim sampai membunuh pun pernah. Itulah sifat asli mereka," jelasku panjang kali lebar.

Masih ada beberapa lagi teman sekelas dan diriku yang belum kuceritakan. Mungkin nanti saat mereka saling bunuh membunuh untuk mencapia kepuasaan.

Dorr!!!

Sebuah peluru baru saja menembus jendela kamarku. Peluru itu telah mengenai tepat di keningku. Pandanganku menjadi buram dan darah terus mengalir dari kening.

Akupun tak sadarkan diri hingga hembusan napas terakhir. Sebuah drone merekam semua apa yang terjadi.

Shuu POV End...
.
.
.
.

"Shuu... Si pemuda yang memiliki kemampuan dan keahlian yang jenius. Ia dapat menciptakan sebuah alat-alat canggih. Ia gunakan untuk merekam semua gerak-gerik murid kelas 2F, termasuk diriku," ucap seorang pemuda yang membawa senapan. Kali ini ia berhasil melakukan misi lainnya. Tersisa tinggal 9 orang yang masih berkeliaran di luar.
.............

Teror di SMA Subarashii (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang