Hari ini sesuai janji Azraf, ia akan membawa Ara ke rumah mamanya. Usai sekolah, mereka langsung pergi ke rumah mama Ara.
"Mamaaaaa. Ara pulang." Seru Ara memasuki rumah lamanya itu, rumah yang menyimpan kenangan masa kecilnya.
"Eh... Ada anak mama." Kaget Dina, lalu merentangkan tangan membiarkan Ara menghambur ke pelukannya.
"Kok gak bilang bilang mo Dateng?" Tanya Dina membalas erat pelukan anaknya itu.
"Hehe... Biar surprise." Ujar Ara lalu terkekeh.
"Azraf mana?" Tanya Dina menerawang ke arah pintu depan.
Azraf lalu masuk ke dalam pintu rumah Ara untuk pertama kalinya, lalu menyalami Dina dengan senyuman hangat.
"Apakabar Zraf??" Tanya Dina lalu memeluk sekilas menantu nya itu.
"Alhamdulillah baik ma, mama apakabar?" Tanya Azraf sopan.
"Alhamdulillah baik juga." Jawab Dina, lalu tersenyum hangat ke arah menantunya.
"Ehem... Mamaaa, kok anak nya ga di tanya sih kabarnya..." Kesal Ara.
"Ga perlu, dari kelihatan nya sih udah baik." Sahut Dina lalu terkekeh.
"Ihhh... Mama jahattt." Sungut Ara.
"Ada siapa ma??" Tanya Ariv baru keluar dari ruang kerja nya.
"Nih liat siapa yang datang." Ucap Dina dengan raut wajah senang.
"Eh... Ada menantu papa." Ujar Ariv lalu berjalan mendekati Azraf.
Azraf lalu tersenyum pada Ariv dan langsung menyalaminya.
"Apa kabar pa?" Tanya Azraf ramah.
"Alhamdulillah, kamu apakabar?"
"Alhamdulillah baik pa."
"Ni lagi... Anak nya siapa, yang di tanyain duluan siapa." Rungut Ara lagi.
"Anak papa apakabar?" Tanya Ariv lalu memeluk sekilas putri semata wayangnya.
"Ga baik... Papa sama Mama jahat." Ujar Ara mencebik, membuat Ariv dan Dina tertawa.
"Udah yuk duduk dulu... Mama buatin teh." Ajak Dina lalu berjalan menuju ruang keluarga bersama Ariv, diikuti oleh Ara dan Azraf dibelakangnya.
"Kok jadi kamu sihh yang di tanyain mama sama papa." Sungut Ara kesal, membuat Azraf tersenyum.
"Kamu cemburu??" Tanya Azraf lalu terkekeh geli.
"Ga... Aku ga cemburu." Jawab Ara tak acuh.
"Serius?" Goda Azraf.
"Ihhh... Ngeselin." Seru Ara lalu menepuk sekilas pundak Azraf, membuat empunya tertawa.
Dina yang melihat itu langsung tersenyum, bersyukur.
"Syukur lah Ara dan Azraf akur, mama kira mereka bakal susah akurnya." Ucap Dina pelan pada Ariv.
"Iya ma... Kita tidak salah memilih Azraf." Tambah Ariv.
~~~
Ara terus menerus dibuat tercegang oleh sikap Azraf hari ini, ternyata cowok itu bisa juga bersikap seperti ini.
Seperti saat ini, Azraf tengah bercerita dan tertawa bersama keluarga nya.
Itu beneran Azraf ga sih? Batin Ara.
"Ara dirumah gimana Zraf?" Tanya Dina antusias, mengingat putri nya itu sangat manja saat bersama nya.
"Ara rajin kok ma, lumayan sering masak." Jujur Azraf.
"Serius? Anak papa Pandai masak?" Tanya Ariv tak percaya, diiringi kekehan kecil Dina.
"Pandai dong!" Sela Ara, membuat Azraf tertawa kecil.
"Trus suka ngapain lagi?" Tanya Dina.
"Ara suka ngambekan." Jawab Azraf, benar benar jujur.
Dina dan Ariv serempak tertawa, membuat wajah Ara berubah masam.
"Hahahah... Denger tuh, sama suami ngambekan juga." Tawa Dina.
"Mama ihh... Dah tau anak nya ngambekan, masih jugak di tanya." Sungut Ara, lagi lagi Ariv dan Dina tertawa.
Azraf mengusap rambut Ara, tentu saja cowok itu melakukan nya dengan cepat agar tidak dilihat oleh orang tua Ara.
Walaupun sebentar, Ara merasa jantungnya sudah berdisco ria di dalam sana. Jarang sekali cowok itu berperilaku manis seperti ini, atau jangan jangan hanya pencitraan saja?
"Jangan suudzon Ra." Batin Ara mengingatkan dirinya sendiri.
Setelah perbincangan yang lama itu, akhirnya Ara dan Azraf pulang ke rumah mereka.
Di perjalanan pulang, Ara tak henti hentinya memandangi wajah Azraf. Cowok itu semakin tampan saat fokus begini, Azraf fokus mengemudikan mobilnya.
"Jangan lama lama liat nya, ntar naksir." Ujar Azraf mengejutkan Ara yang sedari tadi betah melihatnya, rupanya cowok itu sedikit melirik menggunakan ekor matanya.
"Ga ah... Siapa yang ngeliatin." Elak Ara salah tingkah.
Azraf terkekeh kecil, cewek itu lucu jika salah tingkah. Sepertinya Azraf mempunyai hobi baru, membuat Ara salah tingkah.
"Tadi itu beneran kamu?" Tanya Ara, ia masih tak percaya jika Azraf yang tadi bersamanya.
"Menurut kamu? Setan?"
"Sempet mikir gitu si."
"Gaada setan yang ganteng."
"Dihh... Belajar bilang kayak gitu dari siapa?"
"Fariz."
"Hati hati ketularan Playboy."
"Ga akan."
•
•
•
•Duhh... Babang Azraf udah mulai berubah nih😆
Rajin vote ya readers, biar author makin semangat menulis cerita nya~
See you next part<3

KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Teen FictionSemua berawal dari perjodohan seorang gadis dengan cucu pemilik sekolah. Azraf Gasandara, sang casanova di SMA milik kakeknya. Sikap nya tak dapat di baca. Kadang perhatian, kadang cuek, kadang dingin, dan kadang posesif. Namun seiring berjalannya w...