02. Keputusan

24 10 0
                                    

"Ma.. Ara gak mau di jodohin sama siapa lah itu namanya..." Rengek Ara pada mamanya, sedari tadi cewek itu tak berhenti menangis.

"Kenapa sayang?? Azraf kan ganteng.. masa gak mau?? Udah dong nangisnya." Pujuk mamanya.

"Ihhh... Gamau.. dia ngeselin.." Ara mengerucutkan bibirnya.

"Ara sayang mama sama papa kan??" Tanya mama nya mendadak serius.

"Sayang laahh.. kalau gak, ngapain Ara bantu mama cuci piring. Padahal kan Ara gak suka nyuci piring." jawab Ara, masih sesegukan.

"Kalau gitu, terima ya. Coba dulu.." ujar mama nya lembut.

"Emang mama kira nikah itu apa? pakek di coba coba." Sungut Ara masih tak terima.

"Sayang.. mama sama papa ngelakuin ini untuk kebaikan kamu. Mau ya.?? Mau buat mama sama papa seneng kan??" Tanya mamanya.

Ara menghela nafas, ia paling tak bisa jika menyangkut kebahagiaan orang tua nya. Tanpa sadar akhir nya ia mengangguk.

"Gitu dong anak mama.." Dina memeluk putri nya itu, memang keputusan ini terlalu mendadak. Bahkan ia sempat merasa kasian kepada Ara, tetapi setelah melihat sosok Azraf, ia menjadi yakin bahwa ini adalah pilihan terbaik.

Usia Azraf hanya terpaut beberapa bulan dari Ara, yang artinya mereka seumur.

"Besok kita kerumah Azraf lagi ya.." Ujar mamanya, Ara hanya mengangguk lesu.

~~~

Keluarga Ara kembali datang ke rumah Azraf, tapi kali ini tidak menggunakan pakaian formal.

"Heii Ara... Menantunya mama.." ujar Tante Zahra, mengecup kedua pipi Ara. Ara tersenyum.

"Akhirnya Din.. aku punya anak perempuan.. cantik lagi." Ujar Tante Zahra lagi.

"Jadi.. Ara udah mau kan??" Tanya om Raffi pada Ara. Ara menghela nafas sebelum akhirnya menjawab sambil tersenyum. "Iya om." Semua nya tersenyum.

"Azraf?? Bagaimana??" Kini giliran papa Ara yang bertanya. Azraf melirik Ara sekilas, lalu mengangguk.

"Baiklah... Semua sudah setuju, untuk Ara dan Azraf.. kalian tidak perlu takut hubungan kalian di ketahui oleh teman teman kalian.. karena papa sudah mengatur semua nya. Kalian hanya tinggal menjalankan nya saja." Jelas om Raffi, Ara mengangguk.

Selagi semua sibuk memikirkan dekorasi, dan segala macam nya. Ara memilih keluar rumah itu untuk berjalan jalan, akhirnya ia memutuskan untuk duduk tepi kolam kemarin.

Saat sedang asik mengedarkan pandangan, Ara mendengar suara langkah kaki, namun ia tidak menghiraukannya.

Dan sesaat langkah kaki itu sudah tiba di sebelahnya, dan pemiliknya mendudukkan diri disebelah Ara. Ara melirik ke arah samping, dan mendapati Azraf duduk disampingnya dengan baju santainya.

Sungguh menurut Ara, Azraf selalu keren memakai baju apapun. Seperti sekarang, Azraf hanya mengenakan celana jeans selutut dan kaus oblong berwarna abu abu.

Sialnya Mereka menggunakan baju dengan warna yang sama. Ara menggunakan baju warna abu abu juga dengan bawahan rok berlipat warna dongker, hampir selaras dengan Jeans Azraf. Jika dilihat, mereka seperti sedang memakai baju couple.

Tidak ada pembicaraan diantara keduanya, terlebih lagi Azraf. Ia diminta oleh papanya untuk menemani Ara disini, mau tak mau ia harus menuruti perintah papa nya itu.

"Hm." Ara berdehem, memecah kecanggungan. Azraf melirik ke arah Ara, manik mereka bertemu, membuat pipi Ara memanas.

"Ra... Dia cuma ngelirik Ra! Lo kenapa baperr??" Ujar suara hatinya.

Setelah diam cukup lama, akhirnya Ada memutuskan untuk berbicara duluan.

"Sekolah dimana?" Tanya Ara, menurut nya sudah waktu nya mereka saling bercerita tentang diri masing masing.

"SMA Gasandara." Jawab Azraf singkat.

Yaelah ni orang irit ngomong banget dah... Batin Ara.

"Oh.. sama.. Gue anak baru, 11 IPA 2.. Zafra Anadira, Lo bisa panggil gue Ara." Ujar Ara, ia merasa Azraf perlu mengetahui tentang dirinya begitu pula sebaliknya.

"Azraf Gasandara, 11 IPS 2."

"Tunggu.. nama belakang Lo-??"

"Kakek gue yang punya sekolah."

"Wow." Ara takjub, ia akan menikah dengan cucu pemilik sekolah nya? Yang benar saja.

Sesaat kemudian, kembali hening. Hanya terdengar suara game yang di main kan Azraf.

"Zraf.."

"Hm.."

"Lo serius udah yakin sama perjodohan ini??"

"Kenapa? Lo gak yakin? Lo gak mau sama gue?"

"Bu.. Bukan begitu maksud gue, Lo bayangin aja... Kita bakal nikah, cuma gara-gara perjanjian konyol dari orang tua kita! Jujur gue belum siap." Jelas Ara, ia heran kenapa orang tuanya membuat perjanjian semacam itu.

Kalau mau menjodohkan ya gapapa, kan gak harus nikah sekarang juga.

Azraf menghela nafas, bagaimanapun ia juga masih belum siap.

Tringg

Ponsel Ara bergetar, mamanya menelponnya.

"Halo ma.. kenapa??"

"......"

"Di deket kolam."

"....."

"Iya. Ini disamping Ara."

"....."

"Oo.. oke Ara kesana."

Sambungan terputus.

"Zraf.. kita disuruh masuk." Ujar Ara.

"Tau." Jawab Azraf datar.

"Darimana?" Azraf menunjukkan layar ponselnya, mamanya memberi taunya lewat chat.

"Oh.. yaudah.. masuk yuk." Ajak Ara, Azraf mengikuti langkah Ara

Di pandanginya punggung mungil Ara.

"Manis." Batinnya.

~~~

"Ada apa ma?" Tanya Ara.

"Ini coba kalian pakai bajunya, keliatan nya cocok untuk kalian berdua." Jawab Tante Zahra, sambil menyodorkan sebuah dress panjang berwarna merah dan sebuah tuxedo berwarna hitam.

Ara mengambil baju nya. "Ganti dimana tan?" Tanya Ara.

"Kamu bakal di bantuin sama kakak kakak yang ada di situ, jadi kesitu aja. Untuk Azraf kamu ke situ juga." Perintah Zahra, Azraf mengganguk.

Saat Ara keluar dari tempat itu, Azraf juga keluar. Sehingga manik mereka bertemu, Ara takjub melihat pemandangan didepannya didepan nya, Azraf tampak sempurna dengan tuxedo itu.

Begitu pula dengan Azraf, ia terpana melihat gadis itu. Ingin sekali ia memuji Ara, tetapi tak bisa ia lakukan karena disini ada orang tua mereka yang tengah memandang takjub kepada mereka.

"Aaaa.... Cocok banget..." Teriak Mama Dina histeris, seperti baru memenangkan undian mobil.

"Kok jadi gemes ya... Iihh,, gasabar pen dinikahin." Seru Tante Zahra tak kalah heboh.

Azraf dan Ara hanya bisa menghela nafas melihat ibu ibu alay di depan mereka ini.




Jangan lupa vote yah~
Jangan lupa vote~
Jangan lupa~

Maaf gajelas🙃

DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang