12. Tuan besar Gasandara

4 3 2
                                        

Azraf memarkir kan mobilnya di sebuah rumah mewah, bahkan bisa di bilang sangat berkelas.

Cowok itu turun dari mobilnya, menghela nafas dan memantapkan langkah untuk masuk ke kediaman Tuan besar Gasandara itu.

"Den Azraf nyari Tuan besar?" Tanya seorang asisten rumah tangga, rumah kakeknya memiliki hampir 30 asisten rumah tangga.

Azraf menganggukkan kepalanya, membuat wanita paruh baya itu berjalan ke arah telepon.

"Gausah di telpon bi, Azraf aja yang kesana." Cegah Azraf. 

"Oh iya, silahkan den." Wanita paruh baya itu kemudian kembali ke kesibukannya.

Azraf menaiki lift untuk menuju lantai kamar kakeknya yang berada di lantai 3, melelahkan jika harus menaiki tangga.

Setelah keluar dari lift, Azraf melangkah kan kaki nya ke depan pintu kamar pemilik yayasan Gasandara itu.

Perlahan Azraf mengetuk pintu, dan terdengar suara berat menunggunya di dalam.

"Masuk." Titah suara itu.

Azraf perlahan membuka knop pintu, dan masuk ke dalam kamar yang memperlihatkan kakeknya yang sedang membaca koran.

"Assalamualaikum kek." Salam Azraf ketika kakeknya itu belum menyadari keberadaan nya.

"Waalaikumsalam, Azraf? Kok gak bilang-bilang mau kesini?" Tanya sang kakek yang kemudian melipat korannya.

"Pengen aja." Jawab sang cucu kesayangan itu.

"Ara mana?" Tanya tuan Erdson ketika tidak melihat istri cucunya itu.

"Dirumah." Jawab Azraf yang tentu saja kembali mengundang pertanyaan kakeknya.

"Kenapa gak diajak sekalian?"

"Dirumah papa maksudnya." Jelas Azraf, membuat pria tua itu mengangguk kan kepalanya.

"Oh iya... Tadi papanya Gita nelpon kakek." Ujar sang Kakek membuat Azraf memutar malas matanya.

Sudah ia duga, nenek lampir mana lagi yang nekat kecuali Gita? Ular mana lagi yang paling berbisa kecuali Gita?

Cewek itu memang spesies langka, yang harus di punahkan!

Azraf tidak sudi melestarikan spesies macam Gita, satu Gita saja sudah sangat merepotkan. Bayangkan jika ada beribu Gita di dunia ini, bisa-bisa mati muda dirinya.

"Katanya mau ngajak kita makan malam, dan membicarakan tentang kerja sama bisnis." Ujar kakek.

"Trus?" Tanya Azraf, dasar tidak sopan!

"Terus papanya bilang, katanya mau bicarain hubungan kamu sama Gita-"

"Azraf gak punya hubungan sama dia, dan gaakan pernah!" Potong Azraf cepat.

Erdson tertawa melihat cucunya itu, ia tau seberapa bencinya Azraf dengan cewek yang bernama Gita itu.

"Papanya bilang, 'Buat jalin hubungan kerja yang lebih efisien, kita juga butuh hubungan yang lebih dekat. Gimana kalau kita jodohkan saja Azraf dan Gita, kebetulan mereka seumur kan? Dan itu akan membuat kita jadi lebih dekat' kakek ketawa aja denger nya." Tutur Erdson.

Keluarga Gita memang tidak tau jika Azraf sudah menikah dengan Ara, karena di pernikahan itu yang diundang hanya rekan bisnis terdekat. Dan keluarga Gita? Mereka menjadi donatur terbesar di SMA Gasandara hanya untuk menarik hati perusahaan besar lainnya. Mereka tahu jika mereka bekerja sama dengan yayasan Gasandara, mereka akan memperoleh keuntungan yang besar.

"Kakek bilang apa sama dia?" Tanya Azraf yang sungguh ingin tau.

"Ya kakek tolak lah, terus mereka ngancam katanya mau nyabut donasi mereka ke sekolah." Jelas Erdson lagi.

"Yaudah cabut aja! Kita gak butuh mereka kok." Sengit Azraf, sang kakek tertawa membenarkan ucapannya.

"Emang Gita nya kamu apain? Sampek dia mintak papanya buat jodohin dia sama kamu?"

"Yah... Kayak biasa." Azraf pun menceritakan kelakuan Si Sagitarius Armandha itu, kakek nya yang mendengar saja sudah geleng-geleng kepala.

"Untung kamu nerima sama Ara, kalau gak... Udah nikah sama Gita." Ujar Erdson lalu terkekeh melihat wajah kesal cucunya.

~~~

"Assalamualaikum ma." Ara memasuki rumah besar dan mewah itu, nyaris lebih besar dari rumahnya.

"Waalaikumsalam... Eh Ara! Kamu kok gak bilang-bilang mau kesini?" Ucap Zahra yang langsung memeluk menantunya itu.

"Hehe... Biar surprise ma." Ara terkekeh lalu membalas pelukan mama mertuanya itu.

"Ooh gitu... Berarti kejutan kamu berhasil." Kekeh Zahra, yang diikuti Ara.

"Hehe... Ara rindu mama." Aku cewek itu kemudian kembali memeluk mertuanya.

"Mama juga rindu kamu." Zahra mengecup puncak kepala menantu yang sudah ia anggap anak sendiri.

Jika mertua di sinetron-sinetron kebanyakan kejam, Ara rasa ia sangat beruntung memiliki mertua sebaik Zahra.

"Sama siapa ke sini sayang?" Tanya Zahra, mereka kini tengah berjalan menuju ruang tengah.

"Tadi sama Azraf ma, tapi katanya ada urusan. Jadi dia pergi dulu." Jelas Ara, cewek itu dengan jelas menangkap raut kecewa dari wajah mertuanya itu.

"Kenapa ma?"

"Eh, gaada. Tunggu disini ya, mama buatin cemilan sama teh." Ujar Zahra dengan senyuman hangat nya.

"Ara bantu ma." Ujar Ara lalu mengikuti Zahra dari belakang, percis seperti anak ayam yang selalu di bawah ketek induknya. 

Ara pun hanyut dalam kesenangan membuat cemilan bersama mertuanya.

"Kamu beruntung Zraf punya mama sebaik mama Zahra." Batin Ara.




Maaf kalau part ini sedikit membosankan 🙃🙏

Part selanjutnya akan ada sesuatu yang terbongkar...

Penasaran?

Jangan lupa di vote~

DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang