Bab 3

921 45 2
                                    

Sepulang sekolah, Arkhai dan Aira mendatangi rumah Asahy. Mereka ingin mengantarkan tas milik Asahy karena gadis itu tidak masuk kembali ke kelas setelah jam istirahat berakhir. Mereka sangat khawatir. Mereka juga merasa bersalah. Mereka ingin meminta maaf kepada gadis itu.

Namun ternyata, Asahy juga tidak ada di rumah. Ibunya berkata jika Asahy belum pulang. Bahkan ibunya itu tidak mengetahui jika Asahy membolos sekolah. Kini, semuanya bingung tentang keberadaan Asahy. Apalagi ponsel gadis itu tidak dapat dihubungi. Membuat ibunya sangat khawatir.

Sementara itu, 'Adnan yang terkejut melihat Asahy tidak sadarkan diri setelah berteriak keras di pinggir pantai, segera menggendong Asahy dan memasukkannya ke dalam mobil. Dengan perasaan cemas ia membawa tubuh Asahy yang terkulai lemas itu ke rumah sakit milik ayahnya.

"Suster, tolong panggilkan Dokter Alan sekarang juga!" perintahnya ketika baru memasuki lobby rumah sakit.

"Baik, Mas!" jawab si Perawat yang telah mengenali 'Adnan sebagai anak dari pemilik rumah sakit itu. Sedangkan Perawat yang lain dengan sigap membantu 'Adnan membawa Asahy ke ruang UGD.

"Apa yang terjadi, Nan?" tanya seorang Dokter muda yang baru masuk ke ruang UGD. "Asahy? Dia kenapa, Nan?" tanyanya, terkejut ketika melihat Asahy yang berada di ranjang pemeriksaan dalam kondisi pingsan.

"Dia tadi tiba-tiba pingsan, Om. Aku nggak tau dia kenapa. Tapi, kayaknya dia lagi frustrasi banget. Tolong periksa dia, Om!" 'Adnan tidak berhenti menunjukkan rasa cemasnya.

"Oke. Kamu tunggu di luar dulu, biar Om periksa dia sebentar." 'Adnan mengangguk dan dengan langkah berat berjalan ke luar ruang UGD.

Sekitar lima belas menit kemudian, Dokter Alan keluar. 'Adnan langsung memburunya dengan pertanyaan. "Gimana, Om? Sahy sakit apa?"

"Kayaknya dia cuma kecapekan aja. Anemianya juga parah. Kayaknya dia harus banyak-banyak istirahat," penjelasan Dokter Alan membuat hati 'Adnan merasa lega. Tetapi kemudian, ia teringat sesuatu.

"Oh iya, Om. Belakangan ini ada yang aneh sama Sahy," ucapnya, membuat kening Dokter Alan mengerut.

"Aneh gimana, maksud kamu?"

"Sahy sering banget mimisan. Setiap ngerasa pusing dan sakit kepala, dia pasti mimisan. Kadang tanpa sebab juga dia mimisan. Sebelum dia pingsan tadi pun, dia udah mimisan. Kalau menurut Om Alan, Sahy kenapa?" tanya 'Adnan setelah menjelaskan gejala yang sering Asahy alami.

"Aneh! Kenapa dia bisa mimisan terus, ya?" Dokter Alan juga tampaknya bingung dengan keadaan Asahy. "Apa dia udah pernah periksa ke Dokter sebelumnya?"

"Belum. Dia selalu nolak kalau diajak periksa. Katanya takut. Gimana kalau Om Alan periksa dia? Soalnya aku khawatir banget sama dia. Aku pengen tau dan pengen mastiin kalau dia sehat-sehat aja," usul 'Adnan.

"Tapi, kalau kita mau ngelakuin pemeriksaan terhadap pasien, itu harus ada izin dari yang bersangkutan atau keluarganya, Nan. Apalagi dia masih di bawah umur. Harus ada izin dari walinya," ujar Dokter Alan.

"Biar aku yang jadi walinya, Om. Aku yang bakal tanggung jawab," jawab 'Adnan yakin.

"Hm ..., ya udah kalau gitu. Tapi Om harus minta bantuan dari teman Om yang memang kerja di bidang ini. Tunggu sebentar." Dokter Alan menyetujui setelah berpikir sebentar. Ia lalu pergi dari hadapan 'Adnan untuk menemui seseorang. Sedangkan 'Adnan memilih masuk ke dalam ruang UGD untuk melihat Asahy.

Tidak lama kemudian, Dokter Alan datang bersama seorang Dokter yang sepertinya seumuran dengannya. "Dia yang mau diperiksa?" tanyanya setelah memperhatikan Asahy.

"Iya. Tolong, ya!" jawab Dokter Alan.

"Kalau begitu, cepat bawa dia. Kita juga harus ambil sampel darahnya." Dokter muda itu bersiap mendorong ranjang pemeriksaan yang Asahy tiduri.

Asa Asahy (Sudah Terbit Cetak & E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang