Bab 25

1.9K 72 8
                                    

Hari ini adalah hari ke-lima Asahy dan Dokter Alan berada di desa yang cantik itu. Sekarang ini, Asahy sedang berada di balkon kamar penginapan. Hari masih pagi. Ia baru saja selesai sarapan. Dan rasanya ia ingin sekali menyanyi di saat ini. Maka dari itu ia telah membawa gitar, ponsel, dan handycamnya. Gadis itu ingin menyanyikan lagu dari grup band Vagetoz yang berjudul Betapa Aku Mencintaimu dan juga lagu dari Boyband IKON yang berjudul I'm Ok.

Sebenarnya, di setiap tempat yang mereka datangi, Asahy selalu menyanyi. Ia sudah terlihat seperti pengamen jalanan saja di sini. Bahkan sempat ada yang melemparkan uang koin di dekat kakinya ketika ia sedang bernyanyi waktu itu. Dan tanggapan Dokter Alan ketika melihat kejadian itu tentu saja ia tertawa terbahak-bahak. Bahkan suara tawanya itu sampai ikut terekam di video Asahy karena waktu itu gadis itu meminta Dokter Alan untuk memegang ponsel dan handycamnya. Dan videonya menjadi goyang akibat tubuh Dokter Alan yang berguncang karena tertawa.

"Oke, guys .... Kita ketemu lagi. Hari ini gue mau nyanyiin lagu dari Vagetoz dan Boyband IKON. Semoga kalian menikmati, ya!" Ia pun menyanyikan lagu dari Vagetoz yang berjudul Betapa Aku Mencintaimu.

"Oke, sekarang lagu yang ke-dua." Lagu dari Boyband IKON, I'm Ok pun mengalun dalam versi bahasa Inggris.

Tes ... Tes ....


"Sial!" Asahy mengumpat pelan sambil menyeka cairan merah kental berbau amis yang mengalir dari hidungnya.

Ya, begitu Asahy menyelesaikan lagunya, seperti biasa, gadis itu mengalami mimisan. Kepalanya juga berdenyut sangat hebat. Hingga membuat pandangannya serasa berputar dan berkunang-kunang.

Sebenarnya gadis itu sudah merasa pusing dan kepalanya juga berdenyut semenjak di pertengahan lagu ke-dua. Tetapi ia merasa masih sanggup untuk menahannya agar dapat menyelesaikan nyanyiannya.

Tidak seperti biasanya, kali ini mimisan Asahy cukup deras. Lengan sweater yang ia gunakan untuk menyeka darah yang terus mengalir dari hidungnya, sudah terasa basah dan lengket. Asahy segera meletakkan gitarnya meskipun secara asal lalu bangkit. Ia ingin menyudahi rekaman videonya. Akan tetapi, entah mengapa kakinya tiba-tiba terasa lemas dan tidak bertenaga untuk menopang tubuhnya. Hingga akhirnya ia terjerembab ke lantai dan kegelapan menguasainya.

Sementara itu, 'Adnan yang menonton video siaran langsung Asahy, menjadi khawatir melihat gadis yang ada di dalam video itu mengalami mimisan yang begitu banyak. Dan pria itu sangat terkejut dan panik saat melihat Asahy yang tidak sadarkan diri.

"Sa? Sahy? Sahy!!" 'Adnan berteriak memanggil nama Asahy. Walaupun sebenarnya gadis itu tidak akan mungkin mendengar suara panggilan dari 'Adnan. Namun sepertinya pria itu sudah tidak dapat berpikir jernih karena terlalu panik. "Astaga! Gimana ini? Sahy pingsan di sana. Dan aku nggak bisa nolongin dia," gumamnya panik.

'Adnan berjalan mondar-mandir sambil memandangi layar ponselnya yang masih menampilkan video Asahy yang masih tergeletak di lantai. "Kumohon, seseorang tolong selamatkan Sahy," pintanya penuh harap.

Tidak lama kemudian, 'Adnan melihat ada sosok seorang pria yang menghampiri Asahy. "Astaga, Sahy!!"

'Adnan mengernyit. Ia seperti mengenali suara itu. Suara yang begitu familiar di telinganya. "Astaga, darahnya banyak banget! Kita harus ke rumah sakit sekarang."

Sosok pria itu membalikkan tubuhnya. Saat itu 'Adnan dapat melihat wajah orang itu. "Om Alan?" tepat ketika 'Adnan menggumamkan nama Dokter Alan, video siaran langsung itu berhenti. "Jadi, Sahy pergi liburan sama Om Alan?"

Tok Tok Tok

Pintu kamar 'Adnan diketuk oleh seseorang. Kemudian suara lembut seorang perempuan terdengar. "Nan, Mama boleh masuk, 'kan?"

"Masuk aja, Ma!" balas 'Adnan.

Khaira masuk dengan memasang wajah cemasnya. "Nan, Mama baru liat videonya Sahy. Mama liat dia mimisan terus habis itu pingsan. Mama jadi khawatir banget," ucapnya.

"'Adnan juga udah liat, Ma. 'Adnan juga cemas banget sama dia. Entah gimana keadaan dia sekarang ini."

"Mudah-mudahan ada orang yang datang nolong Sahy di sana," harap Khaira.

'Adnan mengernyit mendengar perkataan Khaira. Dan dari perkataan Khaira itu, 'Adnan menyimpulkan jika Khaira tidak melihat video Asahy sampai Dokter Alan datang menolong gadis itu. "Ya udah, Ma. 'Adnan ke rumah Tante Riri dulu, ya. Assalamu'alaikum," pamitnya sambil mencium punggung tangan Khaira.

"Iya, hati-hati," balas Khaira.

'Adnan pun pergi ke kediaman Haikal. Setibanya ia di sana, ternyata seisi rumah itu tengah panik dan khawatir. Dan 'Adnan tahu pasti penyebabnya.

"Assalamu'alaikum, Tan. Tante udah liat video Asahy?" tanya 'Adnan.

"Wa'alaikumsalam, Nan. Iya, Tante baru aja liat. Tante khawatir banget. Dia di sana sendiri. Tapi sekarang dia pingsan di sana, dan nggak ada yang nolong dia. Gimana kalau nggak ada seorang pun yang tau tentang situasi dia itu? Tante takut banget ...." Riri terisak dan Haikal dengan sigap langsung merangkul pundak istrinya itu.

'Adnan terdiam. Sepertinya orang-orang tidak ada yang melihat video Asahy sampai benar-benar selesai. Yang artinya mereka tidak melihat Dokter Alan yang datang menolong Asahy. "Semoga ada seseorang yang datang untuk nolong Sahy, Tan. Sahy orang yang baik. Pasti ada seseorang yang bakalan datang untuk nolong dia," yakinnya.

"Iya, mudah-mudahan apa yang kamu bilang bener, Nan. Tapi, Tante tetap belum bisa tenang kalau belum dapat kabar dari Sahy," ucap Riri masih dengan kecemasannya. "Sebenernya Sahy sakit apa, sih? Kenapa dia sering banget mimisan? Bahkan di video itu dia sampai pingsan. Apa ada yang dia sembunyiin dari kita semua?"

'Adnan terdiam. Tidak berani menjawab beberapa pertanyaan dari Riri yang tidak tahu ditujukan pada siapa. Meskipun sebenarnya ia ingin sekali memberitahukan kebenarannya pada Riri dan yang lainnya, namun karena janji yang terpaksa ia ucapkan pada Asahy, ia terpaksa harus menutup mulut rapat-rapat dan berakhir dengan berbohong.

"Kalau gitu, aku pamit pulang dulu, Om, Tante," pamit 'Adnan.

"Iya, hati-hati di jalan," jawab Haikal. Riri yang tidak sanggup menjawab, hanya mengangguk pelan.

"Yuk, Devni, Devran." 'Adnan menganggukkan kepalanya pada Devni dan Devran.

"Oke, Bro. Hati-hati!" balas Devran sambil mengangkat tangannya. Sedangkan Devni hanya tersenyum.

**********

Jangan lupa vote, komen, dan, share 🙏🥰

Riau,
Publish awal,
21-8-2020
Publish ulang,
25-2-2022

Salam Cinta,
Nursindahliana 💝

Asa Asahy (Sudah Terbit Cetak & E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang