Bab 4

211 9 0
                                    

Hantu POV

Aku berdiri sambil menyedekap kedua tangan di depan dada. Aku menunggu dia sadar.

"Akhhh...."

Kuperhatikan dia mulai sadar. Sempat terbersit kekhawatiran di kepala ku atas kejadian tadi. Aku tak berniat untuk membunuhnya. Aku hanya ingin menakut-nakutinya agar dia pergi dari sini.

Aku sedikit heran kenapa dia tidak terlihat gemetar ketakutan seperti orang-orang kemari sebelumnya. Bahkan aku tak bisa menampakan wujud menyeramkan seperti yang dipikirkan orang yang ketakutan. Benar-benar membuat ku sedikit frustasi.

Ah shit . . . bagaimana aku mengusirnya.

Sepertinya lehernya sakit. Mungkin aku menekannya terlalu kuat. Dia memandangi sekeliling, yang dapat ku pastikan dia tidak melihat apapun kecuali kegelapan. Aku masih memperhatikan gerak gerik nya.

Dia merubah posisinya menjadi duduk. Aku penasaran dengan keadaan lehernya sekarang. Tanpa sadar aku menyentuh lehernya, dia agak terkejut tapi lagi-lagi ekspresinya hanya datar. Kenapa dia sama sekali tidak takut?

"Please. . . bisakah kita bicara." katanya membuatku tertegun. Sungguh berani dia.

"Katakan." kata ku sambil mengubah posisi ku berdiri menjadi duduk di pinggir ranjangnya.

"Aku berjanji untuk benar-benar tidak mengganggu mu. "

"Tapi kehadiranmu mengganggu ku."

"Apa kita tidak bisa mencoba untuk berdamai? Aku hanya ingin serius sekolah disini, aku hanya ingin melakukan wasiat mendiang kedua orang tua ku untuk sekolah dengan asrama. Karena sekolah ini yang mereka pilih. Aku mohon, ijinkan aku untuk tetap tinggal."

Dia seorang yatim piatu? Hah . . . aku benar-benar enggan membiarkan siapa pun tinggal ditempat ku. Bagaimana lagi aku mengusirnya, sepertinya tekatnya sangat kuat. Baiklah . . .

"Apa yang akan kau beri pada ku untuk gantinya."

"Akan ku berikan apa pun yang kau inginkan."

Dia bilang apapun? Akan ku tantang dia.

"Aku menginginkan jiwa mu!!!" Kata ku sambil kumajukan wajahku tepat beberapa senti dari wajahnya. Masih sama ekspresinya hanya datar.

"Kalau aku memberikan jiwa ku, bagaimana aku mewujudkan wasiat mendiang orang tua ku?"

Betul juga. Bisa-bisa arwah kedua orang tuanya kemari dan menuntut balas pada ku. Tapi aku penasaran dengan sikapnya.

"Bagaimana dengan tubuh mu."

Dia tampak sedikit terkejut dengan kata-kata ku. Sebenarnya aku hanya asal bicara saja.

"Apa maksud mu? Apa kau gila?"

"Ya aku memang gila. Maka jangan kau berurusan dengan ku."

"Bisakah kau ganti persyaratan? Aku juga masih memerlukan tubuhku ini utuh untuk suami ku kelak."

"Maka jadikan aku suami mu."

Shit ! Kenapa kata-kata itu yang keluar. Aku merutuki kebodahan ku. Benar-benar aku tak sadar akan mengucapkan itu.

"Huft. . . mana bisa manusia menikah dengan. . . han. . .tu?"

"Aku bukan hantu."

"Lalu? Jin? Setan? Iblis? Apa?"

"BUKAN !"

Sebenarnya aku tidak tau aku itu apa, tapi aku rasa aku bukan salah satu diantara yang dia sebutkan.

My Boyfriend is a GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang