ANGKASA

2.2K 293 519
                                    

Happy reading, my beloved readers<3

•••

BINTA TANTANG KALIAN BUAT BACA ANGKASA RINDU SAMPAI TAMAT GIMANA, SANGGUP?

Sanggup dong, masa engga.

Makanya Bismillah dulu, by❤️

.
.
.
.
.

Budayakan vote sebelum membaca, ya!
Jika sudah mampir, silahkan tinggalkan jejak, sayang.

•••

"Aku tanpamu?
Seperti kayu tua yang usang, Rapuh dan tak berguna."

Angkasa Rafano Dirgantara.

•••

Hujan deras kini tengah mengguyur kota Bandung. Di bawah deraiannya seorang pemuda tampan sedang menangis. Hatinya kini hancur, sehancur-hancurnya.

Balutan kemeja putih yang ia kenakan, sudah basah kuyup dan sedikit kotor terkena percikan tanah. Tangannya sibuk mencengkeram kuat gundukan tanah yang bertabur bunga. Matanya tak henti-henti menangis, ketika memandangi batu nisan dihadapannya.

Kini, dia benar-benar terlihat rapuh. Rambut hitam pekatnya sudah sangat berantakan, wajah sendu dengan sepasang mata sembab, mulutnya juga terkatup rapat, tak melontarkan satu katapun. Dia terduduk rapuh di tanah yang becek dan tubuhnya sudah sangat lemah.

Sudah sekitar dua jam, lelaki itu menangisi kepergian gadis yang teramat sangat ia sayangi, Aluna Deandra.

Gadis cantik bertubuh mungil, berkulit putih bersih dengan mata teduh yang sangat indah. Gadis itu adalah tambatan hati yang kini sudah benar-benar pergi dan meninggalkannya.

Hingga, datang seorang gadis yang berwajah serupa dengannya. Mendekati dan menariknya untuk masuk dalam dekapannya, berniat menyalurkan kasih sayang dan kehangatan.

Tidak tinggal diam, lelaki itu membalas pelukan sang gadis, mendekapnya erat.

Ia menangis sejadi-jadinya dalam dekapan Angsana- "Bukan pohon dengan bunga berwarna kuning beraroma jeruk yang kulitnya bisa jadi obat dan kayunya bisa jadi perkakas rumah itu."

Angsana Raqhuensya Dirgantara, gadis manis bertubuh tinggi jenjang, berkulit kecoklatan- perpaduan kulit Indo-Amerika, rambut kecokelatan yang bergelombang, dan juga iris mata berwarna light grey yang penuh keteduhan. Gadis berparas hitam manis itu, merupakan kembaran sekaligus kakak yang paling dia sayangi.

"Angkasa," panggil Angsana pada lelaki yang berada didekapannya.

Namun, tiada pergerakan dan juga suara dari Angkasa. Yang terdengar hanya isak tangis yang kian melemah.

Angsana menghela nafas panjang. "Angkasa, kamu harus ikhlasin Aluna.
Dia udah tenang di sana dan kamu tidak boleh seperti ini terus. Dia pasti sedih lihat kamu seperti ini, Sa," ujar Angsana lembut sambil mengusap puncak kepala adiknya itu.

"Kita pulang sekarang ya, Sa?" Angsana menangkup kedua pipi Angkasa, menatap sendu lelaki itu.

Angkasa menggeleng lemah. "Aku gamau, Na! Aku masih mau disini, aku nggak mau ninggalin Aluna sendirian."

ANGKASA RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang