ANGKASA RINDU - 5. Permintaan Angsana

398 153 227
                                    

• H A P P Y  R E A D I N G •

.
.
.
.
.

Budayakan vote sebelum membaca, ya!
Jika sudah mampir, silahkan tinggalkan jejak, sayang.

•••

Maapin jari Rindu yee, nackal emang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maapin jari Rindu yee, nackal emang!

•••

"Bukankah semua yang dipaksa, tidak akan baik pada akhirnya?"

Rindu Andara.

•••

Tanpa mereka ketahui, di balik tembok ternyata ada seseorang yang mendengarkan semua obrolan mereka.

Gadis itu mendengus sebal. Sia-sia sudah kegiatan mengintipnya, ia sama sekali tidak mengetahui arah pembicaraan saudara kembar itu.

"Kenapa sih sebenarnya?"

Sederet pertanyaan sudah melayang-layang memenuhi benak, dan siap untuk meluncur.

Gadis itu terus mengetuk-ngetuk dagunya. "Angkasa mau habisin siapa coba?"

"Aluna diapain emangnya? Kok Angkasa kayak benci banget ya."

"Gue kan jadi kepo," lirihnya.

Gadis cantik itu terperanjat kaget, kala sebuah tangan menepuk pundaknya. "Rindu."

•••

Waktu bergerak sangat cepat, hari berganti hari. Sudah genap dua minggu usai kepergian Aluna, namun Angkasa belum sepenuhnya ikhlas. Di dalam hatinya masih terselip dendam yang belum juga terbalaskan.

Lelaki itu berada di balkon kamarnya, menikmati hembusan angin sore yang terasa sejuk. Ingin mengenang kembali masa-masa bahagianya dengan Aluna. Gadisnya itu selalu suka dengan Angin di penghujung hari yang mulai menjingga.

"Luna," lirih Angkasa.

Angkasa mengusap foto Aluna yang tengah melahap rakus ice cream cokelat kesukaannya.

Lelaki itu sedikit mengangkat sudut bibirnya, kemudian berucap lirih, "aku kangen kamu, Luna."

"Kamu bisa lihat aku kan dari sana? Aku terlalu rapuh tanpa kamu, Sayang," ujar Angkasa, menghela nafas berat. Kemudian lelaki itu kembali berucap, "Aku sudah berusaha ikhlas, Lun. Tapi terasa sangat sulit dan membuat aku kembali terluka."

ANGKASA RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang