(33) ~ P e n y e s a l a n ~

3K 172 55
                                    


   Beberapa tumpukan berkas yang seharusnya dikerjakan hari ini terlihat tak tersentuh sama sekali. Seorang wanita ber-khimar panjang yang memiliki nama lengkap Keyra Aasfa itu hanya menatap ponsel genggamnya dengan tatapan kosong.

Ia menunggu. Menunggu sebuah notifikasi message, berharap seseorang yang ia kirimi pesan itu segera membalasnya. Namun sejak kemarin hingga saat ini tidak ada tanda jika pesannya akan dibalas, bahkan tidak dibaca sama sekali.

Keyra menarik nafasnya lelah, lalu ia menaruh ponselnya dengan asal diatas meja.

Entah apa yang harus ia lakukan untuk membuat seseorang yang sudah ia sakiti akan memaafkannya. Tapi sepertinya akan sulit, karena dirinya sudah terlalu jahat.

Sebuah pop up message muncul dilayar ponsel milik Keyra, dengan semangat ia segera melihat siapa yang mengiriminya pesan. Bahunya merosot lemah saat tahu jika pesan itu dari mahasiswanya untuk menanyai tugas, bukan dari seseorang yang ia tunggu-tunggu.

Sekali lagi Keyra menghela nafasnya.

Kini Keyra tengah bergulat dengan pikirannya, memikirkan bagaimana kelanjutan hubungan antara dia dan sahabatnya nanti.

Karena kesalahannya semua jadi kacau. Pasti, sahabatnya itu akan membenci dirinya.

Andai saja ia bisa menahan perasaannya dan tidak mencoba untuk mengutarakan rasa cintanya pada seseorang yang ia sukai. Andai saja ia bisa mengubur dalam-dalam perasaanya.

Keyra membenci hari itu. Hari dimana ia dengan lancang mengutarakan perasaannya, karena saat itulah hari-harinya terus merasa gelisah.

Ia terus merasa takut. Takut jika sahabatnya akan mengetahuinya, ia takut jika sahabatnya akan menjauhi dan membenci dirinya. Dan pada akhirnya rasa takut itu menjadi nyata.

Keyra sungguh menyesalinya.

Ia sudah mengecewakan bahkan mengkhianati seseorang yang sedari kecil selalu melindunginya.

Keyra menangkupkan wajahnya menggunakan tangannya, "maafin aku, Shir," batinnya berbisik.

Keyra sedikit terkejut saat seorang pria dengan sengaja menempelkan botol minum yang dingin ke tangannya.

Pria itu tersenyum cerah menampakan gigi putihnya. "Minum dulu, jangan ngelamun aja," ucapnya. Lalu ia menaruh botol minum itu di atas meja Keyra.

Keyra membalasnya dengan sedikit  senyuman di bibirnya.

"Ada apa, sih?" tanya pria itu sedikit penasaran. Pasalnya teman kerjanya ini sedari tadi terlihat gusar dan seperti sedang ada masalah.

Keyra hanya menggeleng, lalu ia bangkit dari duduknya dan segera membereskan berkas-berkas yang harus ia kerjakan. Ia akan mengerjakan dirumah saja.

"Aku bantu bawa, ya." Pria itu bersiap mengambil alih berkas ditangan Keyra, karena ia tak tega melihat Keyra yang kesusahan membawa banyak sekali berkas-berkasnya.

"Enggak. Gak usah, aku bisa sendiri," tolak Keyra cepat tak lupa ia menyisipkan senyum tipis di bibirnya.

"Aku pulang duluan ya, Assalamu'alaikum." Setelah itu Keyra pergi begitu saja.

"Waalaikumsalam." Pria bernama Billal itu hanya menghela nafasnya, rasanya ia ingin menyerah saja dengan perasaannya. Karena semakin ia mengejar cintanya,  wanita itu semakin menghindarinya.

~Imam Sempurna~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang