(16) ~ K e k e s a l a n S h i r l e y ~

2.9K 159 14
                                    



Setelah kemarin Shirley menghabiskan tenaganya untuk belajar memasak, hari ini ia menghabiskan air matanya untuk tugas akhir semester yang ditolak oleh dosen.

Ini adalah hari terburuk yang ia alami setelah hari pernikahannya bersama ustadz yang tak pernah disukainya itu. Ya! Shirley benci hari pernikahannya dan hari ini tentunya.

Sudah berminggu-minggu dirinya sibuk dengan mengerjakan tugas akhir semesternya itu, dan hampir semalaman pula dirinya tidak tidur, hingga membuat kelopak matanya menghitam seperti boneka panda yang berada di kamarnya. Shirley hanya ingin berteriak sekencang mungkin, dirinya benar-benar kesal hari ini.

Shirley masuk ke dalam rumahnya, matanya melihat ke sekeliling ruangan, namun hanya hawa sepi yang Shirley rasakan. Ia tak menemukan siapapun di dalam rumahnya.

"Pak Ustadz muka tembok!" teriaknya memanggil. Ia mencari keberadan suaminya itu.

"Umi!!"

"Abi!!"

Tak ada sahutan dari siapapun. Shirley mencari ke seluruh sudut rumahnya, namun ia tak menemukan seseorang disana. Shirley menghembuskan nafasnya dengan kasar. Disaat dirinya butuh seseorang seperti ini, tidak ada satu orang pun yang ada. Hari yang benar-benar membuat dirinya ingin marah.

Shirley keluar dari rumahnya, suasana pesantren pun sama. Sepi. Tidak ada orang, karena jam-jam seperti ini para santri sibuk dengan kegiatan belajarnya.

Shirley memegang perutnya yang sedari tadi keroncongan, namun di dapur tidak ada sedikit pun makanan. Jika ia minta ke dapur umum pesantren, dirinya tidak yakin jika masih ada sisa makanan di sana. Uangnya pun sudah tidak ada lagi, sisa uangnya habis karena membeli buku dan ongkos angkot tadi.

Kehidupan Shirley benar-benar memprihatinkan sekarang.

"Arrrgghhhsss.. ngeselin banget sih!!" Dan sekarang Shirley benar-benar menjerit kesal.

🐣🐣🐣

Shirley melangkahkan kakinya ragu mengarah ke sebuah warung yang tak jauh dari area pesantren. Beberapa Ibu-ibu yang berada di sana menatap Shirley dengan heran. Namun Shirley tak memperdulikan tatapan mereka, ia memilih menghampiri ibu warungnya.

"Ibu, Shirley boleh ngutang mie instan sama telur dulu gak?" tanya Shirley ragu.

Ibu warung tersebut menatap Shirley tak suka. "Maaf ya Neng, saya tidak melayani orang yang ngutang," jawabnya dengan judes.

"Istrinya Pak Ustadz kok ngutang sih." Salah satu Ibu-ibu yang sedari tadi menatap Shirley berkomentar layaknya netizen di dunia maya.

"Shirley ngutang bayar kok!" Sewot Shirley emosi. "Kalo emang gak boleh ngutang ya udah, biasa aja! Ngomongnya gak usah nge-gas!" lanjut Shirley sudah tak bisa lagi menahan emosi.

"Ya udah, nih, mie sama telurnya, jangan lupa di bayar ya," ujar Ibu warung akhirnya.

Shirley menatap Ibu warung dengan ujung matanya, sedikit ragu untuk menerimanya. "Ikhlas gak nih?"

"Mau gak?"

Shirley mengambil kantong pelastik berisikan satu mie instan dan telur. "Ya udah Shirley ambil."

Shirley berlalu pergi setelah mengambil kantong pelastik yang Ibu warung berikan. Ibu-ibu yang berada disana menatap Shirley dengan sinis. Wajah tak suka mereka tercetak jelas.
"Pak Ustadz Harris aneh ya, mau-maunya nikah sama orang yang gak punya sopan santun seperti Shirley itu," ujar ibu-ibu berkerudung merah.

~Imam Sempurna~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang