(21) ~ K e j u j u r a n H a t i ~

3K 157 19
                                    



    Pagi ini Shirley ke kampus sendiri, tanpa di antar oleh Harris atau siapapun. Sebetulnya ia ingin bersama Harris, tapi jantungnya selalu tidak sehat jika bersama pria yang berstatus sebagai suaminya itu.

Menyebalkan!

Shirley menghampiri teman-teman kampusnya yang sedang fokus pada layar laptop masing-masing. Ia mendudukan diri di sebelah gadis berambut pendek, atau sebut saja dia Nindi.

"Shir, lo beneran udah nikah?" tanya Nindi tiba-tiba.

Syok. Siapa yang tidak syok mendengar pertanyaan Nindi yang tiba-tiba itu. Shirley memang tidak memberi tahu pada teman-temannya jika ia sudah menikah, jadi wajar saja mereka bertanya.

"Lo nikah sama Ustadz?" timpal salah satu temannya lagi. Devi.

Shirley hanya bisa diam dan berfikir, Bagaimana teman-temannya bisa tahu?

"Kok tu Ustadz mau, sih, sama lo?" celetuk cewek di samping Devi. Susi.
Oh, pertanyaan yang ini membuat hati Shirley sedikit tergores. Maksudnya apa menanyakan itu?

"Kalian apaan, sih, Shirley baru dateng malah di tanya-tanya gitu," jawab Shirley bete.

"Yaudah, sih, tinggal jawab aja apa susahnya," balas Susi yang memang ingin tahu.

"Ustdaz mana? Gak mungkin Ustadz Harris yang ganteng itu, kan?" tambah Nindi bertanya.

Dalam hati Shirley ingin berucap, 'Gue emang nikah sama Ustadz Harris kale!' Andai ia berani untuk mengatakannya, tapi Shirley belum siap untuk memberi tahu pada teman-temannya ini.

"Tapi Istrinya Ustadz Harris emang mirip sama Shirley, cuma dia pake hijab," sahut Devi, dan disetujui oleh Nindi dan Susi.

Disini Shirley juga heran, teman-temannya bisa tahu dengan Harris, padahal mereka paling tidak mau tahu dengan namanya ustadz-ustadz seperti itu. Apakah Harris seterkenal itu, hingga teman-temannya mengetahui Harris? Tapi dirinya juga bersyukur, karena teman-temannya tidak mengetahui siapa yang dinikahi Harris. Untung sekali saat menikah ia memakai hijab, jadi wajahnya agak terlihat berbeda.

"Gak tau, ah, Shirley bete!" Shirley berdiri meninggalkan ketiga temannya yang menatap kecewa karena tidak diberi tahu apapun oleh Shirley.

🐣🐣🐣

Shirley mendaratkan bokongnya dengan kasar. Sontak membuat seseorang yang berada disebelahnya kaget karena kedatangan Shirley yang tiba-tiba.

"Kaget aku, Shir," ucap wanita berhijab seraya mengelus dadanya.

"Shirley lagi bete!"

"Nih, kalo bete mending liat ceramahnya Ustadz Harris, pasti adem, deh." wanita itu menggeser laptopnya kearah Shirley. Wanita berhijab itu namanya Salwa, teman Shirley. Selain Nindi, Devi, dan Susi, ia juga dekat dengan gadis cantik berhijab itu.

Shirley menatap layar laptop tersebut, memperhatikan dan mendengarkan dengan serius. Ia masih belum percaya jika didalam layar laptop tersebut adalah pria yang menyandang sebagai suaminya. Pria yang menurut dirinya luar biasa setelah Ayahnya. Pria yang mampu membuat dirinya selalu tersenyum akhir-akhir ini dan merasakan getaran yang berbeda. Pria yang membuat keindahan dalam hidupnya.

Sekarang Shirley sudah yakin dengan hatinya, bahwa ia benar mencintai pria bernamakan Alharrith Ahmad Jung aka Ustadz Harris yang biasa disebut tembok oleh Shirley. Tak terasa bibir mungilnya terangkat membentuk sebuah senyuman, namun mata indahnya mengeluarkan butiran bening. Terharu mendengar ceramah dan lantunan sholawat yang Harris nyanyikan. Hatinya tersentuh. Ia merasa beruntung telah memiliki pria soleh seperti Harris, tapi apakah Harris beruntung telah memilikinya? Entahlahh.. Shirley tak tahu akan hal itu. Yang harus ia lakukan sekarang adalah menyatakan perasaannya pada Harris, karena selama ini ia bersikap seperti membenci pria itu.

Salwa menatap Shirley bingung. Shirley kenapa? Pikirnya. Lalu ia menyentuh pundak Shirley perlahan. "Shir?"

~Imam Sempurna~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang