(26) ~ M a s a l a l u ~

2.7K 146 0
                                    



 

     Shirley memandang luar jendela mobil yang memperlihatkan banyaknya kendaraan yang berlalu lalang. Di depan, sang supir mengendarai mobil dengan fokus dan tenang.

Suasana kota Jakarta dimalam hari sangatlah indah, banyak sekali lampu-lampu yang menyinari disetiap sisi jalannya. Tapi keindahan kota Jakarta malam ini tak Shirley rasakan. Yang ia rasakan hanyalah ketakutan yang sangat kuat dan kekhawatirannya pada Kakak perempuannya, Anna.

Apakah Kakaknya itu baik-baik saja?
Apakah tak ada hal buruk pada bayi yang ada dalam kandungan Anna?
Pasti rasanya sangat menyakitkan. Shirley tak bisa membayangkan bagaimana sakitnya saat Anna mengeluarkan banyak darah tadi. Jika Shirley yang berada di posisi Anna, mungkin dirinya sudah tak sadarkan diri karena terlalu sakit.

Kejadian ini mengingatkan dirinya pada saat ia kecil. Saat itu Shirley yang masih berumur 4 tahun melihat dengan jelas seorang wanita yang menahan sakit hendak melahirkan. Karena tempatnya sangat terpencil, jadi tidak ada satu orangpun yang menolongnya. Hanya ada Shirley kecil yang tersesat dan tak sengaja melihat wanita itu.

Ada darah dimana-mana yang membuat Shirley ketakutan. Jeritan wanita itu membuat Shirley semakin tersiksa. Hingga akhirnya tak ada lagi suara, hanya ada suara tangisan dari Shirley kecil yang terduduk ketakutan di samping wanita itu.

Semalaman Shirley kecil berada di sebuah gubuk ditengah sawah bersama wanita dan bayinya yang sudah tak bernyawa. Sampai akhirnya ia ditemukan oleh seorang pria tua yang akan pergi ke sawah.

Shirley meringis, memejamkan matanya dan menutup kedua telinganya. Mengingat kejadian dulu membuatnya semakin ketakutan.

Harris yang berada disamping Shirley, terlihat khawatir melihat Shirley yang tiba-tiba meringis. "Ada apa?"

Shirley menolehkan pandangannya pada Harris, "G.. Gak papa," balas Shirley, lalu ia kembali menatap luar jendela.

Harris mengelus kepala Shirley, mencoba menenangkan istrinya dengan sentuhan hangatnya.

Harris baru tahu sekarang bahwa istrinya ini takut dengan darah. Salma menceritakan semuanya, tak ada satupun yang ditutup-tutupi oleh wanita paruh baya itu.

Dan Harris merasa bukan suami yang baik. Harusnya ia bisa menjaga istrinya, harusnya ia bisa tahu semua tentang Shirley.

Harris khawatir dengan keadaan Shirley saat ini.

Harris juga baru menyadari, pantas saja saat dirinya dan Shirley berkunjung ke rumah Ifan, Shirley sangat ketakutan setelah sahabatnya itu menceritakan Santi yang mengalami pendarahan.

Sebelumnya Harris sempat ditelfon oleh Salma dan menyuruhnya untuk menjemput Shirley. Tadi juga Shirley sempat pingsan, dan Salma menceritakan semua kejadiannya.

Dan sekarang Shirley menjadi pendiam dan hanya memandang luar jendela mobil saja. Mungkin ia masih memikirkan kejadian tadi.

Harris kembali  mengelus kepala Shirley dengan pelan. Shirley sedikit tersentak merasakan sentuhan Harris, ia menoleh menatap Harris yang juga tengah menatapnya.

"Sudah tidak apa-apa?" tanya Harris yang ingin tahu keadaan istrinya.
Shirley hanya mengangguk pelan dengan seulas senyum kecilnya, memperjelas jika ia baik-baik saja. Lalu Shirley menyandarkan kepalanya dibahu Harris.

🐣🐣🐣

Shirley masuk ke dalam kamarnya, lalu duduk di tepi kasur. Hari ini sangat melelahkan baginya, ditambah tadi ia sempat pingsan, dan membuat dirinya merasa lemas. Kejadian tadi masih terus berputar dalam otaknya, rasa takut masih menyelimuti dirinya.

~Imam Sempurna~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang