•
•
•
Tugas akhir semester membuat
Shirley setiap hari sibuk, dan kali ini ia akan membuatnya dengan benar, dan sabar. Ia tak mau jika tugas yang ia buat saat ini akan ditolak lagi.Salwa, teman Shirley menghampirinya yang tengah duduk di bawah pohon rindang taman kampus, lalu ikut duduk bersama Shirley disampingnya. Wajah serius Shirley sangat tercetak jelas membuat Salwa tertawa. Shirley ternyata bisa serius, batinnya.
Shirley memang jarang sekali serius, dia selalu menunjukan tingkah bodohnya saja dihadapan orang lain.
"Assalamu'alaikum, Shir?" salam Salwa.
"Waalaikumsalam," jawab Shirley.
"Gimana perkembangan tugasnya?" tanya Salwa basa-basi. Ia juga membuka laptopnya untuk melajutkan tugas miliknya.
"Alhamdulillah," jawab Shirley singkat.
"Lancar?"
"Ancuurrr..!!" jawab Shirley dengan wajah yang hampir menangis. "Ni otak rasanya ... Subhanallah," lanjutnya sembari memegangi kepalanya yang hampir pecah. Ia tak bisa berkata apa-apa lagi.
Salwa menepuk pundak Shirley dengan tertawa pelan. "Sabar, Shir, sabar."
Tling..
Tling..
Tling..
Beberapa pesan datang dari ponsel Shirley membuat ia berhenti dari aktivitasnya. Shirley mengambil ponselnya, ekspresinya berubah menjadi kesal.
"Siapa, Shir?" tanya Salwa penasaran karena melihat ekspresi Shirley yang seperti itu.
"Steven," jawabnya singkat.
"Loh? Ngapain chat kamu?" bingung Salwa.
"Pengin ketemu katanya. Gak jelas banget sih." Shirley menaruh kembali ponselnya, tak berniat membalas pesan dari Steven. Lalu ia kembali fokus pada laptopnya lagi.
Salwa pun tak ikut campur dan kembali pada aktivitasnya.
Mata Shirley memang tertuju pada laptop, tapi pikirannya tidak. Ia teringat pada masalalunya dengan Steven. Dengan jahatnya pria itu meninggalkan dirinya.Saat itu Shirley benar-benar percaya dan berharap Steven akan datang dan meminang dirinya dihadapan Ayahnya. Namun semua janji dari pria itu hanyalah omong kosong.
Mengingat kejadian itu membuat dadanya merasa sesak.
Ditambah saat itu Harris datang ke kehidupannya membuat ia semakin frustasi. Tapi hari demi hari ia lewati, rasa frustasinya hilang. Ia kira Harris akan membuat dirinya bertambah kacau, tapi justru Harris datang memberi warna dalam hidupnya.
Setelah kehidupannya kembali normal, sekarang Steven datang tanpa rasa bersalah.
Kehadiran Steven saat ini membuat luka yang dulu sempat hilang terasa perih kembali.
"Sal, Shirley ke kantin dulu ya, mau beli minum," ucap Shirley. Mengingat kejadian dulu membuat dirinya merasa haus. Ia perlu mendinginkan kepala dan juga hatinya.
Salwa mengangguk sekilas.
"Nitip laptopnya ya," ucap Shirley lagi.
Salwa mengacungkan jempolnya. "Oke."
🐣🐣🐣
Shirley berjalan menuju kantin dengan langkah yang cepat. Rasanya ia ingin segera meminum air dingin agar hatinya sejuk kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
~Imam Sempurna~
Romance~ Menceritakan tentang gadis yang manja, ceroboh, polos, dan kelakuannya yang ajaib yang membuat siapa pun ingin menenggelamkan gadis itu. Tiba-tiba di paksa nikah dengan Ustadz muda tampan berwajah datar. Bagaimana kelanjutannya? yuk baca ceritanya...