"Tuan Seokjin! kapan kau akan bangun? Ini sudah pukul delapan! kau bilang kau akan berangkat bekerja pukul sembilan!
Jisoo terus mengguncangkan badan pria bertubuh besar yang sedang terlelap di hadapannya ini sedangkan dia tak memberi respon apapun untuk itu.
"OPPA! KAU BANGUN ATAU AKU AKAN MEMBAWAKAN SEGAYUNG AIR UNTUKMU HAH!?"
"Hungh.. "
Seokjin menarik tubuh Jisoo untuk tidur bersamanya –ralat untuk tidur di pelukan bersamanya.
"Oppa aku sudah memasakkan japchae dan kimchi, kau tak mau? Bukankah kau yang mengidamkan itu saat ini hm?"
"Japchae?"
"Iya."
Seokjin langsung bangkit dari kasurnya dan pergi turun ke lantai bawah, sebenarnya itu lebih dikatakan lari daripada jalan biasa.
"SAYANG, AKU HABISKAN YA?"
Sang wanita kembali menggelengkan kepalaku sambil mengusap pelan perutnya dan jalan perlahan ke lantai bawah.
"Lalu aku makan apa?"
"Kau bisa memakan roti dan susu dulu, ini milikku! oke?"
"Oppa, kau tak ingat ada anakmu di dalam sini yang kelaparan?"
Jisoo menunjuk perut buncitnya dengan tatapan sedikit memohon yang membuat Seokjin sedikit berpikir,
Lalu memundurkan salah satu kursi di meja makan yang letaknya persis sebelahnya, "Kemari."
Ia duduk di kursi itu dan mengambil semangkuk naengmyeon yang baru dibuatnya tadi pagi.
"Kau akan check up hari ini?"
Tanya Seokjin di sela sela makannya, sang lawan bicara hanya mengangguk menanggapinya sambil mengambil kembali sesendok Japchae yang berada di mangkuk depannya.
"Baiklah, aku akan antar."
"Oppa kau kan bekerja, aku bisa sendiri."
"Nanti kalau anakku lebih mirip dokternya bagaimana?"
"Dokternya wanita oppa, jangan aneh aneh."
"Tetap saja, sudahlah aku akan mengantarkanmu. apa kau tak ingat berapa usia kandunganmu itu hm?"
"Eum, enam atau tujuh?"
"Bahkan ibunya sendiri tak tau berapa lama anaknya diam di dalam sana."
Seokjin mengambil segelas susu yang telah Jisoo siapkan, ia membuang wajahnya ke arah lain tanda merajuk andalannya.
"Tujuh bulan oppa, nanti aku akan ke kantormu bila aku sudah siap oke?"
"Aku akan menjemputmu."
"Yayaya, baiklah.
Setelah itu Seokjin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan Jisoo kembali merapihkan meja makan.
•••
Jisoo sedikit merias dirinya di depan cermin full body yang berada di kamar luasnya bersama sang suami.
Ia mengusap perutnya yang makin membesar lalu tersenyum mengetahui nyawa di dalamnya tetap sehat dan ia sangat bersyukur.
Tiba tiba suara klakson mobil pun terdengar, Seokjin telah tiba di pekarangan rumah dan sudah siap mengantar Jisoo check up kehamilannya ke rumah sakit.
Jisoo pun keluar dari kamarnya dan menuruni tangga dengan begitu perlahan..
"Astaga!"
"Dapat!"
dan sedikit terpeleset di tangga terakhir, tanpa disangka Seokjin telah menahan tubuhnya saat ini dan tepat di wajahnya terdapat raut khawatir.
"Tak apa?" Seokjin mengusap surai kepala sang istri, menyingkirkan rambut yang menghalangi matanya.
"U'hum!"
Ia mengangguk sambil tersenyum kecil.
Seokjin akhirnya bernapas lega dan menggendong Jisoo ala bridal style ke luar lalu mendudukannya di kursi mobil depan.
"Oppa aku bisa sendiri."
Dia tak menghiraukannya lalu masuk kedalam kursi pengemudi, pada akhirnya Jisoo pun akan sampai di dalam mobil besar ini.
•••
"Lain kali hati hati, aku tak mau terjadi apa apa dengan anakku." Oceh Seokjin dalam mobil.
Jisoo mendekatkan jarinya ke jari Seokjin dan dia langsung menautkan jari mereka berdua yang membuat Jisoo bernafas lega.
Dia sedikit menurunkan kecepatannya dan mengecup kening Jisoo sekilas, "I love you more than yesterday, but less than tomorrow."
— 7520 —
KAMU SEDANG MEMBACA
don't leave me : jinsoo ( ✔ )
Romansa❝ Jangan pergi. ❞ - ( js ) Mereka hanya bertemu di suatu kesempatan dan tak tahu akan dipersatukan dalam suatu ikatan, sampai dimana berpisah menjadi kata pertama dalam kamus mereka. 김석진 • 김지수 : ©23618