[1] Perpisahan

323 12 0
                                    

-- Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara

- Hari ini adalah hari yang paling menyakitkan bagi Alea. Gadis tersebut tak henti hentinya mengeluarkan air demi air dari pelupuk matanya. Bagaimana tak menyakitkan jika Alea harus berpisah dengan orang yang ia cintai?

Alea menatap sayu laki-laki yang bernametag Radhit Ravael Vernando didepannya. Wajah yang nyaris sempurna, alis tebal, mata hitam pekat, serta hidung mancungnya.

Tak kuasa menahan kesedihannya, Alea langsung memeluk pria tersebut disertai dengan isak tangis pilunya. Tak peduli seberapa banyak pasang mata yang melihat kedua insang tersebut. Mungkin Alea akan merindukan kekasihnya itu untuk beberapa tahun kedepan.

Setelah merasa baikan, perlahan Alea melonggarkan pelukannya.

"Sudah jangan menangis. Aku berjanji akan kembali"

Tangan Radhit terulur untuk menyapu air mata Alea yang jatuh, lalu beralih mengusap pucuk kepalanya. Alea menatap lekat pria tersebut, seakan berharap ia akan merubah keputusannya untuk tak pergi dan tetap disini.

"Setelah proyek ayahku selesai, kita menikah" lanjutnya

"Tapi berapa lama kamu disana?"

"Aku tidak tahu, mungkin akan tiga sampai empat tahun kedepan"

Alea mengangguk lemas, mungkin Bandara ini akan menjadi tempat terakhir bertemunya ia dan Radhit untuk beberapa tahun kedepan. Sepertinya keputusan Radhit untuk tetap pergi tak bisa digugat lagi alias sudah bulat.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara pemberitahuan dari pihak bandara bahwa pesawat dari Indonesia-Amerika yang ditumpangi Radhit akan segera berangkat beberapa menit lagi.

Radhit mengambil koper berwarna biru gelapnya yang tertera di bagasi mobil lalu menyeretnya. Ia menghampiri Alea beserta keluarganya yang ikut mengantarkannya terlebih dahulu.

"Kamu disini jaga kesehatan, jangan lupa makan tepat waktu, jangan cerewet, jangan bandel, ingat semua pesan Aku" ucap Radhit sambil mencubit pelan hidung Alea lalu dibalas anggukan oleh sang empu.

Tak lupa Radit berpamitan kepada orang tuanya, serta kedua orang tua Alea. Ia meminta dido'akan agar segera selamat sampai ke tujuan, serta semoga proyek besar ayahnya bisa ia selesaikan dengan cepat.

Radhit tersenyum sambil melambaikan tangannya tanda perpisahan kepada Alea, gadis pujaan hatinya. Begitupun dengan Alea. Radhit berjalan cepat menuju pesawat yang yang akan membawanya pergi jauh dari kehidupan Alea. Walau hanya sementara.

Alea hanya bisa menatap punggung Radhit yang semakin menjauh.

•••

Mampukah Alea dan Radhit saling bertahan dalam keadaan yang seperti ini?

Mampukah mereka saling menjaga kepercayaan satu sama lain?

Serta mampukah mereka mempertahankan hubungannya yang terpisahkan oleh jarak?

Hanya waktulah yang berhak menjawab.

•••

Love StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang