27. PEMBUKTIAN SEMI

427 40 33
                                    

"Hidup butuh aksi dan pembuktian, bukan basa-basi dan juga ocehan. Aku ada disini buat nunjukin kalau ocehan yang selama ini aku tunjukin bisa kubuktiin kebenarannya lewat aksi dan perbuataanku sendiri"

-->>🌟<<--

Rizukiana membuka mata. Dia merasakan tubuhnya kini sedang dalam kondisi duduk dengan tangan dan kaki yang diikat oleh tali. Gadis itu mengedarkan pandangannya dan sadar kalau kini ia berada di sebuah gubuk tua yang isinya adalah hewan-hewan ilegal hasil tangkapan para pemburu yang ia temui di hutan tadi. Semua hewan itu terkunci rapat dalam kurungan masing-masing yang diletakan secara berjajar.

Satu hal yang Rizukiana syukuri adalah keberuntungan karena sampai sekarang ia masih diberi kesempatan untuk melihat dunia ciptaan Tuhan. Karena perkiraannya adalah ketiga pemburu ilegal tadi akan langsung membunuhnya tanpa ragu demi mempertahankan pekerjaan mereka.

Dia menghela nafas pelan lalu menundukkan kepalanya. Kira-kira Vanessa sudah sampai ke tenda dengan selamat atau tidak? Itulah pertanyaan yang terus menerus muncul di benaknya.

Rizukiana tidak mempertanyakan apakah ada orang yang akan menyelematkannya atau tidak. Karena sejak awal, dia sudah mengambil keputusan untuk memasrahkan semuanya kepada Tuhan. Karena sesungguhnya hidup dan mati Rizukiana hanya Tuhan yang tahu.

Gadis itu tidak mau membohongi hatinya sendiri dengan menegaskan bahwa ia akan diselamatkan oleh seseorang. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah Tawakkaltu Alallah. Bila ada yang menyelamatkannya ya syukurlah, bila tidak ada ya sudahlah.

"Dia sudah bangun, apa yang harus kita lakukan?"

Rizukiana mendongkak saat mendengar suara 2 orang pemburu yang baru saja memasuki gubuk. Mereka berbicara dengan santai seolah-olah Rizukiana tidak ada disana. Gadis itu yakin kalau 1 orang lagi kini tengah berjaga di luar. Penjahat mana yang membiarkan sarang mereka terbuka.

"Gue bilang juga apa, bunuh saja dia"

"Pekerjaan kita yang sekarang aja sudah ngelanggar hukum. Dan lo nyuruh supaya kita bunuh orang? Yang bener aja!"

"Ya daripada kita ketangkep? Gimana coba?"

"Mending gini deh, kita tinggalin dia disini. Gue yakin gak bakal ada yang nemuin dia"

"Lo mau biarin dia disini sampe mati? Itu sih sama aja kita yang ngebunuh dia!"

Rizukiana terkekeh miris. Sudah ia duga kalau pada akhirnya dia akan dibunuh baik secara langsung maupun tidak langsung. Yah, lagipula meskipun ia sedang tidak berada dalam kondisi seperti ini. Rizukiana akan menghadapi kematian kapanpun, dimanapun, dan dalam keadaan apapun.

Sejenak ia teringat akan cerita masa lalu Semi. Gadis itu mendongkak dengan tatapan menerawang. Mungkin seperti inilah situasi yang Semi dan anak-anak lainnya saat diculik beberapa tahun yang lalu. Tidak bisa berbuat apa-apa seakan menunggu giliran untuk mati. Bahkan Rizukiana berani menyatakan kalau apa yang ia alami sekarang tidak sebanding dengan apa yang sudah Semi alami dulu.

Yang perlu Rizukiana lakukan saat ini hanyalah diam dan menerima semuanya dengan lapang dada. Tapi beberapa pertanyaan sempat terlintas di otaknya. Apakah ini adalah pilihan yang terbaik? Apakah Rizukiana sudah melakukan hal yang tepat?

MY SWEET BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang