08

286 76 17
                                    

"Wah, teh apa ini?"

Soobin menoleh melihat Nora membawa seteko teh hangat. Teh yang didapatnya dari pria tua di pasar desa.

"Katanya diambil dari tanah yang subur. Aku ingin mencobanya," jawab Nora.

Gadis itu menyeduh teh untuk teman temannya ke dalam cangkir kecil. Kemudian kembali duduk dan mengamati peta yang terpampang di tengah tengah mereka.

"Oh, terima kasih." Taehyun memang menyahut cangkir tehnya, tapi matanya tidak lepas dari peta itu.

"Enak?" tanya Nora.

Taehyun mengangguk setelah menyeruputnya. Memang rasa dan wanginya berbeda dari teh yang ada di desa, tapi enak.

"Besok kita harus berangkat pagi," ujar Taehyun.

Yeonjun menyahut, "Tidak ada yang berencana berlama-lama di sini walau nyaman."

"Maksudku, setelah Kota Remini dan perjalanan sampai ke istana mulai berbahaya. Aku berbincang pada warga, dan mereka menyarankan untuk sampai ke tempat tujuan sebelum gelap," jelas Taehyun.

"Kabut itu memang ada, kata mereka. Walau tipis, tapi ada. Dan semakin larut, semakin menebal."

Beomgyu bergidik, "Gelap gulita di dalam kabut, ya?"

"Apa kita perlu lilin? Atau pelita?" tanya Kai.

"Tidak... Tapi bawa saja untuk jaga jaga. Orang bilang kabutnya memang tebal, tapi bukan berarti cahaya bulan tidak bisa masuk. Biasanya orang menghindari berpergian di luar kota pada malam hari karena banyak penjarah."

Soobin menyahut cepat, "Wah, aku jadi semakin khawatir kalau kamu menjelaskannya begini."

"Ini rencana untuk kemungkinan terburuk. Doakan saja kita sampai ke desa atau kota terdekat sebelum larut."

"Tapi tidak ada desa terdekat sebelum kabut, Tae," ujar Beomgyu bingung.

"Itu dia. Itu dia yang aku pikirkan daritadi! Wah, siapa sih yang membuat jalan ke istana seperti ini sulitnya??" omel Taehyun, bersedekap dan menjauhkan diri dari peta.

Nora mengusul, "Mau sewa kuda saja?"

Semua orang menoleh ke arah Nora. Membuat gadis itu bingung dan mengurungkan niat menyeruput kembali tehnya.

"Jangankan kuda, untuk membeli dua keledai saja kita tidak mampu," cibir Yeonjun.

"Jual saja antingmu!" suruh Taehyun.

"Hei—"

"Ya sudah. Kita bawa pelita saja. Kita tetap berjalan mengikuti rute. Saat siang, kabut tidak begitu kelihatan, kan? Saat sore mungkin kabut mulai datang. Kalau semakin tebal kabutnya, kita berbelok ke desa terdekat. Aku yakin ada desa di dekat sini," potong Soobin, menunjuk bagian peta di dekat Kota Tua.

"Tapi di sana rawan. Mereka pergi ke Kota Tua kemarin, mungkin saja mereka ada di dekat sana nantinya. Kalau perlu, kita ke Padang Ilalang saja. Kudengar banyak warga kaki gunung di dekat sana," sambung Yeonjun.

Kai menjentikkan jarinya, "Oke. Sekarang kita tidur. Lebih baik berangkat pagi buta besok, sebelum kota ini kembali beraktivitas."

"Ide bagus. Aku mengantuk membicarakan ini. Ayo kita tidur," Beomgyu menyahut setuju.

⋇⋆✦⋆⋇

"Siapa namamu?"

Gadis kecil itu menoleh, "Nora, tuan."

"Terima kasih ya sudah membantu paman, Nora."

Ours - TXT [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang