Beomgyu tidak bisa tidur malam ini. Kamar yang asing dan terlewat nyaman itu membuatnya terpikir banyak hal. Tentang bagaimana hari esok dan apa yang akan menunggu mereka besok.
Jadi Beomgyu memilih menjelajah sendirian. Dia sudah menjelajahi seluruh istana dengan Nora dan Penasihat Kim, jadi setidaknya dia menghapal sebagian jalan saat ini.
Jalan dari kamar ke ruang makan, ke aula, ke taman, dan ke kamar tidur Raja—atau yang sekarang ditempati oleh Nora.
Sempat terpikir olehnya untuk mengajak Nora jalan jalan malam. Hari ini mereka beristirahat di dalam perlindungan sihir istana, tapi mulai besok mereka harus bersiap.
Mengingat itu, Beomgyu yakin sekarang Nora mungkin sedang bermimpi. Dia ragu Nora masih bangun tengah malam begini.
Banyak yang terjadi sejak malam kemarin. Beomgyu jelas ingat rasa sakit dan lelahnya, tapi bersyukur dapat melewati semua itu.
Dari penyekapan mereka hingga sampai di istana dan mengetahui kejutan kejutan besar.
Jalan sendirian begini, Beomgyu terpikir banyak hal. Termasuk rumah. Apa desa baik baik saja? Apa bibi Nora yang katanya adalah mantan prajurit terbaik menjaga desanya dengan benar?
Beomgyu jadi rindu masa masa normal kemarin. Bermain dan belajar nyaris tiap hari. Tapi sekarang, mereka bertemu setiap menit dan tidak terpisahkan.
Tanpa sadar, Beomgyu melangkahkan kakinya ke arah taman istana. Setidaknya bukan ke kamar Nora dan mengganggu istirahat gadis itu.
Tapi perkiraannya salah. Seorang gadis duduk di bangku taman dengan beberapa tumpuk buku di meja. Ditemani secangkir teh, Nora di sana mengikat rambutnya tinggi tinggi sambil membaca sesuatu, membelakangi Beomgyu.
Beomgyu mengulas senyum tanpa sadar, mendekati gadisnya diam diam. Dengan jahil, lelaki itu menyentakkan tangannya di pundak Nora.
"WAH!" Nora terjatuh dari kursi, berjongkok sambil menutup telinganya takut.
Mendengar tawa Beomgyu, Nora berdiri dengan kesal, memukul pundak Beomgyu sambil mengomel, "Demi kerang bercahaya di pantai kemarin, APA YANG KAMU PIKIRKAN HAH? Kamu mau membuatku mati di tempat?!"
"Maaf, maaf. Kamu terlalu serius sampai tidak sadar aku datang. Apa yang kamu baca?" Beomgyu menarik kursi di seberang Nora, menggesernya hingga ke samping Nora. Memerhatikan bacaan gadis itu.
"Ini? Peraturan Kerajaan, Catatan Politik Kerajaan, 101 Cara Bersikap Sebagai Putri Yang Baik dan Benar." Nora menunjuk buku buku yang berserakan di atas meja.
Beomgyu tertawa kecil, "Untuk apa ini?" Mengangkat buku bersampul biru yang bertuliskan cara putri bersikap.
"Hei, aku ini hanya gadis dari desa kecil di dekat pantai, yang tiba tiba menjadi seorang Putri," balas Nora, kembali memijat pelipisnya yang berdenyut, terlalu banyak membaca.
Beomgyu mengamati profil samping Nora yang sedang serius. Jujur saja, Beomgyu belum terbiasa dengan penampilan Nora yang ini.
Nora si gadis desa memang cantik. Tapi Nora yang ini benar benar punya aura yang berbeda. Seakan akan memang jati dirinya adalah seorang Putri.
Luar biasa. Bulu mata lentiknya terlihat kontras dengan warna mata Nora yang abu abu. Bahkan rambut pirang peraknya terlihat mengagumkan.
"Kamu membaca di sini daritadi?" tanya Beomgyu.
Nora mengangguk, menguap sebentar. Kemudian lanjut membaca.
"Kenapa tidak membaca di kamar?" tanya Beomgyu lagi.
"Kamu tahu, Gyu. Aku pernah mendapat mimpi menyeramkan sebelum pelarian kita. Mimpi kamar tidur Raja yang banyak bekas darah dan berantakan," cerita Nora.
Beomgyu menanggapi, "Jadi kamu takut?"
"Lebih ke tidak nyaman. Setidaknya di sini tidak terasa pengap. Kamu sendiri? Kenapa belum tidur?"
"Aku tidak bisa tidur." Beomgyu membolak balik buku yang di bawa Nora. Penasaran.
Hening. Suara jangkrik menemani malam sunyi mereka di taman. Beomgyu yang akhirnya ikut membaca sebagian buku Nora mulai mengantuk.
Menoleh melihat Nora di sebelahnya, Beomgyu tersenyum kecil gadis itu tertidur dengan kepala di atas buku bacaannya.
Beomgyu mengusap dahi Nora pelan, membatin, "Kamu sudah berjuang banyak, hm?"
Melihat wajah damai Nora saat tertidur membuatnya senang. Seperti kebahagiaan kecil. Beomgyu sadar, bahkan di dalam tidurnya, Nora terlalu banyak berpikir. Buktinya, dahinya kadang mengernyit.
Lelaki itu membereskan buku Nora, menumpuknya dengan rapi untuk dibawa.
Beomgyu mengangkat tubuh kecil Nora perlahan, takut membangunkannya tapi tidak tega membiarkannya tidur di bawah bulan.
Nora menggeliat di pelukannya, membuat Beomgyu tersenyum kecil. Gemas.
Beomgyu membawa Nora ke kamar tidur Raja, menggendong gadis ringan itu dan menidurkannya di atas ranjang.
Baru hendak meletakkan kepala Nora, gadis itu malah semakin memeluk leher Beomgyu. Yang berakhir dengan menempelkan bibir mereka berdua.
Beomgyu terkejut, tapi Nora tidak. Gadis itu membuka mata perlahan, menatap mata Beomgyu yang membulat sempurna.
"Temani aku."
Nora kembali memejamkan mata, menikmati ciuman yang dimulainya.
Beomgyu mengernyit, bertanya, "Kenapa tiba tiba?"
"Aku takut bermimpi buruk di ruangan ini. Tetaplah di sini, Gyu."
Tanpa menunggu jawaban, Nora menarik tangan Beomgyu hingga berbaring di ranjang yang sama dengannya.
Malam yang sunyi, dan hanya suara jantung mereka yang terdengar. Terdengar lebih keras dan cepat dari biasanya.
Nora menghentikan ciumannya, menatap Beomgyu di sampingnya. Mengusap pipi lelaki itu pelan.
"Aku takut."
Beomgyu menarik Nora ke pelukannya, mengusap rambut gadis itu sambil berbisik, "Aku di sini, jangan takut."
⋇⋆✦⋆⋇
Pagi ini istana lebih sibuk dari biasanya. Dimana mereka akhirnya kedatangan lima tamu untuk belajar berpedang, sementara Nora di perpustakaan menyelesaikan bukunya."Kai, gerakanmu kurang cepat. Ulangi!" Instruktur kelas pedang mereka berseru tegas.
Tidak hanya Kai yang kesusahan belajar gerakan dasar berpedang, tapi semua lelaki yang ada di lapangan itu sekarang sedang berkutat dengan gerakannya sendiri.
Yeonjun mungkin memang punya darah biru, dia mungkin memang menjadi salah satu pemburu terbaik di hutan, tapi dalam urusan berpedang... Tidak. Yeonjun sangat buruk untuk memegang benda panjang yang tajam itu.
Sementara teriakan demi teriakan untuk melatih mereka terdengar di lapangan, Nora belajar banyak tentang strategi dan politik. Bahkan tidak sempat makan siang dengan teman temannya.
"Putri Nora, ini makan siang anda. Saya letakkan di meja, ya." Seorang pelayan wanita yang cukup berumur meletakkan nampan berisi masakan untuk Nora di atas meja. Pamit undur diri agar tidak menganggu Nora.
"Terima kasih. Akan kumakan nanti."
Nora masih sibuk menulis beberapa hal untuk diingatnya. Sesekali gadis itu menghela napas panjang, bertanya pada Penasihat Kim, atau sesekali memejamkan matanya yang lelah.
Mungkin inilah kegiatan mereka untuk dua minggu ke depan, demi mempersiapkan diri. Nora tidak ingin kabur lagi kali ini.
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Ours - TXT [✔]
Fanfiction[ғᴀɴᴛᴀsʏ - ᴀᴄᴛɪᴏɴ] "Hahaha, coba kalau bisa!" "Hei?" "Tidak!" "Kenapa jadi seperti ini?" "Aku takut." "Kembali, kumohon." "Maaf." "Aku hitung sampai tiga, kita kabur." Lari! Lari sekuat tenaga! Sampai kamu cukup siap untuk menghadapinya. Waktu yang...