12

284 68 14
                                    

"Apa apaan?!" Seorang berjubah hitam turun dari kudanya dengan murka. Melihat orang orangnya yang terkapar dan tahanan yang baru saja dilaporkan lepas membuatnya marah.

"Aku membayarmu untuk menjaga orang orang itu. Sekarang apa?! Kamu menipuku?" Tanpa ampun, pria itu menendang seorang penjaga yang berusaha berdiri di depannya.

"Orang rendahan ini beraninya mengatakan kalau mereka profesional," cebiknya, meludah ke tanah.

Seorang berjubah sama turun dari kudanya. Berdiri tegap dan memeriksa lingkaran sihir yang dipasangnya sebelum pergi.

Sebilah pisau menarik perhatian si pria tegap. Pria itu memungutnya, meneliti pisau itu dan malah dikejutkan dengan ukiran di pegangan pisau.

"Hei, saudaraku, menurutmu ukiran apa ini?" tanya pria itu, mendatangi saudaranya yang masih marah marah.

"Ukiran kerajaan. Punya siapa itu?" Pria yang lebih pendek itu mengernyit bingung.

Si pria tegap mendatangi salah satu prajurit yang masih hidup, menodongkan pisau di bawah dagunya demi memaksanya bicara.

"Berapa yang kamu tangkap?"

"Enam, tuan. Di antaranya ada pemuda yang membunuh ketua."

"Apa ada seorang gadis di sana?"

"Ya."

Pria itu tersenyum samar. Menghabisi nyawa di depannya dengan cepat lalu beralih ke saudaranya.

"Saudaraku, ayo kita mengobrol sebentar." Pria itu merangkul si pria pendek.

Mengajaknya berdua ke ruangan lain di dalam gua sambil mengobrol, "Kamu tahu kalau aku sangat menyayangimu, kan?"

"Ada apa tiba tiba?"

"Kalau saja kamu tidak terlambat sedikit tadi, mungkin kita bisa mendapatkan hasil yang besar dalam sekali penyekapan."

Si pria pendek melirik sinis ke arah saudaranya. Mengerti maksud sindiran ini.

"Apa maksudmu?"

"Kamu sudah bekerja keras menjadi ketua kelompok pemburu bakat pikiran, dan aku juga sudah cukup menjadi wakil ketua kelompok pemburu kucing besar. Bukannya kita sudah melewati banyak hal?"

"Apa maumu?"

"Aku hanya kasihan... Kamu pasti lelah mengerjakan ini itu. Bagaimana kalau istirahat?"

"Istirahat? Maksudmu... berlibur?"

"Yah, semacam itu."

"Di tengah pembalasan dendammu pada bocah yang membunuh atasan—"

Pisau dengan ukiran kerajaan itu menancap di ulu hati si pria pendek. Tanpa aba aba menumbangkan pria itu hingga terjatuh tak bernyawa.

"Jangan khawatir. Aku bisa menyelesaikan kedua dendamku sekali tangkap, tanpa dirimu."

⋇⋆✦⋆⋇


"Kamu yakin sudah baik baik saja?" Nora mengusap pundak Beomgyu.

Beomgyu mengangguk, tertawa kecil, "Aku kagum aku masih hidup. Aku sudah bersiap untuk mendatangi mimpimu dan—"

"Jangan bercanda! Aku akan bangun saat itu juga kalau kamu berani mendatangi mimpiku." Nora memukul pundak Beomgyu karena kesal.

Beomgyu meringis kecil, "Aduh, itu sakit, Nora."

"Hei, kelebihanmu berkembang banyak ya, Nora?" tanya Taehyun.

Nora mengangguk kecil, tersenyum. Membuat temannya itu mengerti kalau Nora banyak bertumbuh selama perjalanan ini.

"Kalian tahu. Untung aku menemukan tas kita, kalau tidak mungkin kita sudah tersesat daritadi," celetuk Kai.

Ours - TXT [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang