"Apa? Apa lagi sekarang?"
"Putri, tidak ada yang menarik di kisahku. Anda tidak perlu repot mencari tahu seperti ini."
Kilas balik memori tiba-tiba melesak. Dari jaman perang, dimana pria yang selalu dipanggil Prajurit Jung oleh tuannya selalu setia kemanapun tuannya pergi.
Raja kerajaan pemberontak. Pria dengan jenggot dan kumis coklat tua, berdiri tegap dengan tatapan suram.
"Prajurit Jung, kamu melakukan apa yang aku suruh?"
"Ya, Yang Mulia. Gelas beracun sudah ditandai agar anda tidak salah mengambil."
"Bagus."
Klip memori itu berhenti sampai sana. Pria bernama Prajurit Jung itu menguap santai, "Putri, kenangan memang berharga. Lebih berharga saat hanya disimpan sendiri. Jadi berhenti bersembunyi dan tunjukan dirimu."
Memori lain melesak masuk, menampakkan ayah Nora dan Raja licik tadi duduk di meja perjamuan. Hanya mereka berdua.
"Perjanjian sudah ditetapkan."
"Benar. Perjanjian yang sangat merugikanku, kan? Jelas aku tidak akan setuju, karena itu anda menetapkannya duluan."
"Anda melanggar banyak hal, kenapa masih bersikukuh mendapat hak?"
"Wah, kurang ajar. Beraninya. Memang anda siapa? Hanya karena kerajaan anda lebih besar dari kerajaanku bukan berarti anda bisa seenaknya mengatur hak!"
"Sebentar. Apa anda tidak mengerti juga? Hal yang anda langgar adalah kerugianku. Tentu saja aku bisa mengatur hak anda kalau begitu!"
Klip memori itu kembali berhenti, sekarang berwarna hitam putih. Tidak lama kemudian, bercak darah menutupi wajah wajah mereka, kejadian yang selanjutnya tidak diketahui oleh Nora.
Memori lain menumpuk di atas bercak darah tadi. Kali ini, Prajurit Jung berada di hutan kabut, di bawah hujan yang mengguyur malam.
Seseorang yang lebih pendek dari Prajurit Jung, tapi memiliki wajah yang mirip, duduk di dekatnya, berteduh bersama.
Jika dilihat lagi, pria pendek itu memakai baju prajurit Kerajaan Agung, dengan emblem istana di dada kirinya.
"Saudaraku, apa kamu lapar?" tanya Prajurit Jung.
Jung bersaudara itu makan bersama, berbincang tentang hal serius.
"Jadi kamu kabur?" tanya Prajurit Jung pada saudaranya.
Si pria pendek, atau yang lebih suka Nora panggil prajurit pengkhianat, mengangguk. "Aku membenci keputusannya yang merugikan dengan mengasingkan istana dan tidak memperbolehkan siapapun keluar tanpa surat ijin."
"Dia pikir dia siapa? Raja atau budak, mereka tetap tidak berhak mengatur hidup yang merugikan orang lain," lanjutnya.
Dari sana, Nora bisa melihat seringaian kecil Prajurit Jung. Pria itu mulai memikirkan skenario balas dendam bersama. Memudahkan segalanya.
Memori lain muncul, menyingkirkan memori tadi dengan mudah. Dimana ada Yeonjun di sana, sedang membebaskan seekor puma dari dalam kurungan.
Puma itu keluar, menerjang pria bertopi yang terlihat seperti ketua dari kelompok itu. Sementara Yeonjun, terjatuh karena tendangan si kucing besar.
Prajurit Jung disitu, menjadi salah satu dari kelompok yang kabur setelah melihat sang ketua dibunuh oleh puma ganas.
Dari sini, Prajurit Jung berlari terbirit-birit menemukan saudaranya, si pria pendek, sedang bertemu oleh prajurit dari Kerajaan Agung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ours - TXT [✔]
Fanfiction[ғᴀɴᴛᴀsʏ - ᴀᴄᴛɪᴏɴ] "Hahaha, coba kalau bisa!" "Hei?" "Tidak!" "Kenapa jadi seperti ini?" "Aku takut." "Kembali, kumohon." "Maaf." "Aku hitung sampai tiga, kita kabur." Lari! Lari sekuat tenaga! Sampai kamu cukup siap untuk menghadapinya. Waktu yang...