"Kurasa Tuhan hanya ingin mempertemukanku denganmu kembali walaupun hanya sebentar dan dengan cara yang tidak terduga,"
..
.
.
.
.
.
.
.
Dinginnya salju tak membuat pemuda bersurai putih itu berhenti berjalan. Wajah garang dengan mata sembab itu menatap sendu pada salju yang berjatuhan.
Bayangan semu yang terus terbayang dalam benak bagaikan kaset film yang terus terputar tanpa henti.
Pemuda itu menghela napas. Kakinya terasa lemas. Hatinya sedih, namun sang netra ungu lavender sudah tak bisa lagi menangis.
Kaki jenjangnya itu tak pernah berhenti berjalan. Melewati tempat tempat penuh kenangan dengan yang terkasih. Tubuh dan hatinya terasa lelah, namun sang ego mengabaikannya. Membuatnya terus berjalan ke tempat tempat penuh kenangan bahagia yang sekarang terasa pedih hingga menyayat hati.
Manusia itu aneh. Hal yang membuat hatinya sakit, akan terus ia lakukan sampai merasa puas. Rasa sakit yang tertancap di hati, bagaikan lubang yang terus dihujam dengan pedang yang runcing.
Pemuda itu menghela napas lagi. Kali ini sang kaki--dan ego--membawanya pergi ke taman.
Taman yang dimana membawa banyak kenangan baginya. Tempat ia dan sang terkasih menghabiskan waktu bersama.
Menatap nanar, mengingat kenangan bahagia yang kini terasa pedih. Lalu mendudukkan dirinya dan membeli lemon tea kalengan. Minuman kesukaan sang kekasih.
Duduk dibangku, membuat bayangan semu itu kembali terputar. Namun netra lavender miliknya tidak mengeluarkan setitik air mata, seolah lelah dengan semua bayangan semu masa lalu miliknya.
Minuman kaleng yang ia beli hanya sebagai hiasan. Ia tidak berminat dan tidak begitu nafsu untuk meminumnya.
Minuman kaleng itu membangkitkan kenangan pahit dari benak Sanemi. Sudah dua bulan semenjak kejadian itu. Saat-saat sang kekasih meregang nyawa di depan wajahnya sendiri.
Bukan karena penyakit yang dideritanya, namun karena tabrakan dari sebuah truk yang melaju kencang di perempatan jalan.
Plot twist? Ya, Sanemi akui itu. Takdir yang Tuhan tulis untuk sang kekasih memanglah kejam, dan Sanemi merasa itu tidaklah adil.
Tabrakan itu membuat Sanemi menyesal, ia merasa tidak pantas untuk sang kekasih.
Mestinya ia menjaganya dengan baik, namun kini ia hanya bisa menangisi dan menyesali kematian kekasih miliknya.
Bangkit dari duduknya, Sanemi berencana mengunjungi tempat berikutnya. Namun, langkahnya terhenti saat netra lavender miliknya menangkap siluet seorang gadis bersurai panjang dan pemuda dengan surai jabrik berwarna putih.
Menyipitkan pandangan, memastikan hal yang ia lihat, apakah itu hanyalah bayangan semu semata ataukah itu sebuah kenyataan?
Dan saat itulah, sang netra lavender bertemu sapa dengan netra lavender lainnya.
Sanemi mengerjap, memastikan yang ia lihat didepannya ini hanyalah sebuah angan semata.
Baik postur badan, maupun gestur tubuhnya saat ia berjalan sangat mirip dengan sang kekasih.
Dan pemuda itu, pemuda dengan netra lavender itu sangat mirip dengan dirinya.
"Eh?"
"Wah! Sugoi! Kalian berdua mirip sekali! Seperti kembar!" Sahut gadis itu membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
🌙- d'histoires | All Couples ✅
RomanceBerisi kumpulan fanfic oneshoot yang mungkin terasa manis, asam dan pahit. ⚠warn!⚠ - Mungkin ada beberapa chapter yang berakhir tidak seperti apa yang kamu inginkan. - Mengandung bawang dan gula. - Typo bertebaran. - Update sesuka hati Author. - Boo...