[COMPLETED]
Banyak orang mengatakan Chris itu 'tidak normal'. Padahal kenyataannya Chris hanya tumbuh sebagaimana cara orang tuanya mendidiknya.
Dan Hyunjin hanya ingin memberinya simpati.
(Mengadaptasi dari lagu "Meg & Dia - Monster" yang aku tam...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pintu dan jendela dikunci, korden ditutup rapat. Hyunjin sudah familiar dengan keadaan ini. Lelaki manis itu hanya bisa diam tak berkutik.
Dia yang ingin bertemu Chris. Jadi dia yang harus menanggung segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
"Come here."
Suara Chris masih terdengar dingin dan tanpa jiwa.
Hyunjin menurut, dia melangkah mendekat pada Chris.
Mata Hyunjin terbelalak ketika pria yang dia rindukan itu memeluknya. Kulit Chris dingin, namun pelukannya terasa hangat.
"Don't you know how much I need you?"
Suara pria itu kini sedikit bergetar.
Hyunjin tersenyum dalam pelukan Chris. Hatinya lega luar biasa. Karena Chrisnya tidak berubah.
Tangan lentik Hyunjin meraih punggung Chris, dia usap lembut.
"I know. Maka dari itu aku berusaha untuk menemuimu."
Pelukan Chris pada badan ramping Hyunjin semakin mengerat. Erat sekali, hingga mencapai dimana Hyunjin merasa sesak.
Hyunjin mencoba menahan, namun lama kelamaan rasa sesak itu mulai tak tertahankan.
Hyunjin tidak melawan. Terlalu sayang untuk mengakhiri pelukan yang dia rindukan.
Tentu saja Hyunjin tidak menyadari bahwa kini raut muka Chris sudah berubah. Raut yang semula tanpa emosi itu kini telah dipenuhi sorot tajam berkilat-kilat, seakan bisa membelah besi sekalipun.
Hyunjin baru sadar ada yang salah ketika dia mendengar geraman rendah dari pria yang sedang memeluknya erat itu.
"Chris..?"
Hyunjin bersuara.
Pelukan terlepas. Namun kini nafas Chris memburu.
Tentu saja raut muka Chris yang seperti ini bukanlah hal yang baru bagi Hyunjin. Dengan keyakinan tinggi, dia mencoba meraih tangan Chris untuk dia usap lembut.
Hyunjin tersentak ketika kini Chris membalik pergerakan tangannya, pergelangan tangannya dicengkeram kuat oleh Chris.
Pria itu menatap Hyunjin sangat dalam, sangat tajam.
"I do miss you. I do need you. Of course I do because I love you. But I don't need you to come to meet me. I don't want you to broke my trust. To broke my heart."
Hyunjin terperanjat. Melukai hati Chris? Merusak kepercayaan Chris? Apakah dia benar-benar melakukan itu? Demi Tuhan, Hyunjin sangat kalut.
"Hyunjin. Didn't I tell you to go and never meet me again? Why don't you listen to me?"
Suara Chris terdengar sangat mengintimidasi. Hyunjin bisa merasakan tusukan tusukan pada tulang belakangnya hanya dengan mendengar suara Chris barusan.
"Aku--"
Belum sempat Hyunjin menyelesaikan kalimatnya, Chris mendorongnya kuat hingga punggungnya bertubrukan dengan dinding. Chris mengukungnya, pergelangan tangannya masih dicengkeram erat.
"Ku pikir aku bisa mempercayaimu. Ternyata kau sama saja dengan mereka. Kata-katamu tak bisa ku pegang, Hyunjin. Kau bilang kau mencintaiku. I told you to do as I told if you love me. But, see? You didn't do so."
Hyunjin menangis. Bukan hanya karena Chris berperilaku kasar terhadapnya, namun perkataan Chris sangat menghujam hatinya.
"Chris.. stop.., it's hurt.."
Bagaikan dihujani ribuan anak panah yang membara, hati beku Chris seakan mencair begitu saja ketika mendengar rintihan lirih Hyunjin.
Kalimat itu....
.... Chris sendiri pernah mengucapkannya.
Ketika dirinya dianiaya oleh ayahnya saat kecil.
Chris melepaskan cengkeramannya pada pergelangan tangan Hyunjin. Mata yang mulai melembut itu bertemu dengan mata berair Hyunjin.
Oh. Melihat sorot mata si manis itu, Chris teringat lagi kalau Hyunjinnya telah bersalah.
Hyunjinnya telah melunturkan kepercayaannya. Hyunjinnya harus tahu bahwa hal itu tidak boleh dilakukan.