S͜͡t͜͡a͜͡r͜͡t͜͡
Jeno mencengkram erat rahang Siyeon, memojokkan si wanita pada salah satu dinding diruang tamu rumah kecil mereka.
Sedang Siyeon menatap Jeno putus asa, tangan nya berusaha melepas cengkraman Jeno.
"Jenooo, aku uh- " nafas Siyeon tercekat.
"Sudah berani, hmm?"tanya Jeno datar, mengintimidasi sang istri dengan aura nya.
"Ti- dak! Jeno kamu- uh tolong, aku tidak bisa bernafas"pinta Siyeon.
Mata nya memerah menahan tangis. Hati nya sakit melihat Jeno nya seperti ini. Jeno nya yang dulu mencintai nya.
"Oh kamu tidak bisa bernafas? Rasakan! Ibuku dulu juga seperti ini karena ayah sialanmu!!"sentak Jeno.
Siyeon menggeleng ribut, sudah 2 tahun seperti ini. Sejak mereka menikah 2 tahun lalu Jeno berubah, tidak ada Jeno yang hangat, tidak ada Jeno yang baik hati.
"Kamu salah, Jeno- kamu salah"gumam Siyeon parau.
Jeno tersenyum sinis, semakin menekan leher Siyeon membuat istrinya sendiri tersedak dan tidak bisa bernafas.
Siyeon hanya bisa memukul mukul lengan Jeno- memohon dilepas.
Jeno kembali menekan leher Siyeon sebelum akhirnya melepas cekikannya yang kemudian dilihatnya Siyeon jatuh ke lantai, berusaha keras meraup udara kedalam paru-paru.
Siyeon menangis tanpa suara. Kepala nya tertunduk, tak mau menatap Jeno yang sekarang duduk dengan tumpuan lutut didepannya.
"Sudah ku bilang jangan berani keluar dari rumah ini"ucap Jeno dingin.
Siyeon mencengkram erat bagian bawah dress nya, menekan kuat-kuat keinginannya untuk melawan Jeno dan pergi dari sini karena-
"Kamu berani melawan ya sekarang? Mau kubuat nenek mu mati detik ini juga?"tanya Jeno yang lebih terdengar seperti ancaman bunuh diri untuk Siyeon.
Dengan panik Siyeon menarik kaki Jeno yang sudah berdiri, memohon disana.
"Tidak, Jeno! Tidak, aku mohon. Aku janji tidak akan keluar, aku janji aku akan menurut. Aku mohon" suara nya terdengar serak dan menyedihkan.
Jeno tanpa belas kasih menendang Siyeon. "Jangan sentuh aku, jalang"
Siyeon hanya terdiam sembari menatap lantai marmer dibawahnya dengan pedih.
"Akh!!" pekik Siyeon saat Jeno melewati nya sembari menginjak jari tangan kanan nya.
Siyeon terisak sendirian diruang tamu yang besar itu, seorang diri dengan hati terluka dan pedih. Tangannya bergetar ketakutan.
Siyeon tidak pernah tahu apa dosa nya hingga hidupnya seperti ini. Jeno bilang ini salah ayahnya lalu mengapa Siyeon yang menerima akibat? Mengapa neneknya yang malang itu dijadikan ancaman.
Mata Siyeon menatap figura besar didekat sofa besar tak jauh darinya, foto pernikahan nya. Tangis Siyeon semakin terasa menyakitkan saat kepala dihantam kenyataan.
Pernikahannya hanya bahagia satu hari.
ㅡㅡㅡㅡㅡ
Jangan mara2
KAMU SEDANG MEMBACA
˜"*°• Rénjana •°*"˜ | ʲᵉⁿᵒ, ˢⁱʸᵉᵒⁿ.
ContoSumpah jatuh hati pada Lee Jeno benar-benar sebuah keberuntungan- dulu sekali Siyeon berpikir seperti itu.... Sedangkan Jeno? Ah, jangan ditanya. Disclaimer: mohon maaf apabila ada kesamaan dalam penulisan cerita entah sifat tokoh,latar tempat,visu...