Sumpah jatuh hati pada Lee Jeno benar-benar sebuah keberuntungan- dulu sekali Siyeon berpikir seperti itu....
Sedangkan Jeno? Ah, jangan ditanya.
Disclaimer: mohon maaf apabila ada kesamaan dalam penulisan cerita entah sifat tokoh,latar tempat,visu...
Siyeon akhirnya pergi menemui nenek nya setelah 3 hari. Butuh waktu untuk menyamarkan luka-luka yang tidak dapat tertutupi make up.
Jeno pergi dari rumah sejak malam itu, dan Siyeon sudah tak peduli lagi. Hati nya yang sudah sakit semakin sakit saat Jeno tak menginginkan anaknya.
"Nenek"
Sang nenek yang terduduk diatas ranjang tersenyum manis.
"Astaga cucu nenek yang cantik"
Siyeon tersenyum. "Maaf aku baru datang"
"Tak apa. Nenek tidak apa apa"sahut sang nenek.
Tangannya menangkup tangan Siyeon dengan hangat lalu mengelus pipi si gadis.
"Siyeon... Cucu nenek"kata nya.
"Iya, ini cucu nenek. Dan sebentar lagi nenek akan memilliki cicit"ucap Siyeon semangat
Senyum diwajah neneknya luntur.
"Apa karna itu luka ini ada?"tanya nenek ragu. Jari telunjuknya mengelus luka didahi Siyeon.
Siyeon tersentak "nenek?"
"Siyeon, pergi. Jangan pedulikan nenek. Pergi dari iblis itu, selamatkan dirimu dan anakmu. Nenek mohon"jelas neneknya dengan cepat.
"Nenek selama ini tahu?"tanya Siyeon pelan.
"Maafkan nenekmu ini yang tidak bisa melakukan apapun, Siyeon."
Siyeon menggeleng ribut. "Maafkan aku karena membuat nenek khawatir"
"Pergilah ke desa. Salah satu dokter magang disini sekarang bertugas disana, nenek akan menghubunginya nanti. Tolong, selamatkan dirimu sendiri, Siyeon"
Siyeon menangis, sejujurnya ia lelah sekali. Penyemangatnya hanya sang nenek dan sekarang buah hati.
"Siyeon, nenekmu ini akan pergi tapi anakmu dan dirimu masih memilliki jalan panjang. Kumohon"
Siyeon beringsut memeluk sang nenek sembari menangis.
