10: Lara

254 48 3
                                    

Sejak kedatangan Yeeun tempo hari Siyeon mulai kembali sering melamun seperti bulan-bulan awal Ia datang ke desa kecil ini setelah lari dari Jeno.

Ia memang berusaha tampak biasa saja dihadapan Jaemin tapi terkadang tanpa gadis itu sadari Jaemin akan mendapati nya menatap kosong ke sekitar.

Jaemin tidak tahu Yeeun datang, Siyeon tidak menceritakan apapun jadi dirinya hanya bisa menebak nebak apa yang ibu hamil itu lamunkan.

"Siyeon"tegur Jaemin.

Wanita itu berdiri membelakanginya dikonter dapur, sepertinya tengah memotong sayuran tapi kembali melamun.

"Siyeon"ditepuknya pelan pundak Siyeon.

"Oh Jaemin!"ucap Siyeon kaget.

Jaemin tersenyum manis, lantas menggulung lengan kemeja biru nya, dan mengambil alih pisau ditangan Siyeon. "Tidak baik melamun saat memegang pisau. Biar kulanjutkan"

"Jaemin, kamu baru pulang. Pasti lelah, kemarikan"titah Siyeon pelan.

"Tidak, duduklah dimeja makan. Sekali-kali aku yang membuat makan malam, okay?"sahut Jaemin.

"Jaeminn~"panggil Siyeon memelas.

"Duduklah"titah Jaemin lagi.

Siyeon menghela nafas, tangan kiri nya memegang bagian depan perutnya dan tangan kanan nya memegang pinggangnya sembari duduk dikursi meja makan dengan hati-hati.

"Bagaimana dengan aku yang memasak? Kandunganmu semakin membesar, Siyeon. Sudah 7 bulan sekarang"celetuk Jaemin.

"Tidak apa-apa, Aku masih bisa jika sekedar memasak. Jika lelah kan aku bisa beristirahat sebentar seperti ini. Lagipula kamu pasti lelah bekerja di klinik masih harus memasak juga. Maaf aku merepotkanmu"sesal Siyeon.

Jaemin terkekeh pelan kemudian memasukkan potongan kentang dan wortel yang selali dipotongnya kedalam rebusan air. "Bicara apa kamu ini? Tidak ada merepotkannya sedikitpun kok! Aku senang karena ada teman mengobrol, sendirian didesa begini pasti akan sulit. Untung ada kamu dan Xingxing. Oh! Apa kabar jagoan kecilku itu?"

"Dia baik, semakin sering menendang belakangan ini, kakiku jadi sering kram dan pinggulku sakit"jelas Siyeon.

"Benarkah? Nanti kubawakan air hangat untuk merendam kakimu, vitaminmu masih sering diminum bukan? Bagaimana dengan susu ibu hamilnya? Masih membuat mual?"tanya Jaemin.

Siyeon menatap punggung Jaemin, memperhatikan gerakan lelaki itu dari mulai mengaduk kare yang dimasaknya hingga mengambil lap dan menaruh talenan ke tempatnya.

Mereka seperti sepasang suami istri, seandainya Jeno seperti ini. Akankah Ia bahagia?

Yeeun bilang Jeno salah kira. Bukankah itu artinya Jeno bersalah? Bagaimana kabarnya sekarang? Apa Ia baik-baik saja?

Tapi Xingxing dan dirinya sempat kesulitan disini, Siyeon melalui morning sickness nya yang parah sendirian, menangis karena merindukan Jeno nya, tidak adil jika Jeno baik baik saja.

Jeno juga harus kesulitan, meskipun Siyeon selalu berharap ayah dari anaknya itu tetap sehat, tetap tampan dan rapih seperti dulu.

"Siyeon, hey? Kamu kenapa?"

Saat Siyeon mengerjapkan matanya, Jaemin sudah berjongkok disisi nya, menggenggam kedua tangannya dengan wajah khawatir.

"Tidak, tidak apa-apa"jawab Siyeon sembari tersenyum.

"Belakangan kamu sering melamun. Sesuatu terjadi?"tanya Jaemin akhirnya, tidak tahan untuk menerka nerka terus.

Siyeon menggeleng. "Aku tidak apa-apa, oh? Apa Kare nya sudah matang?"

Jaemin menghela nafas, kemudian tersenyum. "Mau tambahan katsu?"

"Oh boleh!"









Lara; sedih; susah hati.

˜"*°• Rénjana •°*"˜ | ʲᵉⁿᵒ, ˢⁱʸᵉᵒⁿ.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang