"Siyeon!" pekik Yeeun didepan pintu.
Ia berlari secepat yang Ia bisa dari lantai bawah saat mendengar tangisan Siyeon yang histeris.
"Siyeon!!" sentak Yeeun, dipegangnya kedua bahu ibu hamil itu.
"Apa yang— apa apaan ini??"tanya Siyeon linglung.
Disudut lukisan itu ada tanggal, sehari setelah Siyeon pulang dari apotek dan tahu kalau dirinya hamil.
Itu arti nya Jeno tau jauh sebelum malam natal.
Yeeun memeluk Siyeon lantas berkata. "Jeno yang melukisnya"
Siyeon meraih lukisan itu masih dengan tersedu sedu. Menatap dirinya yang berbalut gaun putih dan mantel cream senada dengan Jeno yang memakai baju putih dan jaket cream.
Saling berpegang tangan disebuah hamparan rumput kering, dengan pohon yang daunnya berguguran dibelakang mereka. Jeno tersenyum disana, pun dengan dirinya.
Yeeun menghapus airmata nya yang menetes dan memaksa Siyeon untuk bangun, mendudukkan gadis itu dikursi kerja Jeno. Lantas Yeeun berjongkok didepan Siyeon, memegang tangan Siyeon.
"Adikku yang bodoh, adikku yang menyebalkan itu, beruntungnya Ia mendapatkan istri secantik dirimu, yang sabar, dan seelok kanigara seperti mu"ucap Yeeun bergetar.
Yeeun membuka laci dimeja kerja Jeno, mengambil sebuah buku bersampul cokelat dan sebotol kecil wadah plastik.
"Ini buku harian Jeno, dan ini obat penenang yang dia konsumsi. Jeno overdosis, hampir 2 bulan yang lalu. Aku seharusnya masih dirawat, tapi keadaan Jeno memaksaku untuk keluar dari rumah sakit secepat mungkin. Jeno menanggung semua nya sendirian selama 5 tahun, kali ini sebagai kakak aku lah yang harus menanggung semua nya. Adik kecil ku sekarang lelah"cerita Yeeun sendu.
Siyeon mengambil buku yang disodorkan Yeeun.
"Bacalah. Dan tolong, aku tahu tindakan Jeno tidak termaafkan, tapi tolong, ku mohon temui Ia. Sekali saja. Setidaknya biarkan Ia tahu kamu dan bayi kalian baik baik saja"pinta Yeeun sebelum akhirnya meninggalkan Siyeon sendirian lagi.
Siyeon menghapus airmatanya kemudian membuka sampul cokelat yang tampak cukup usang itu.
“hari ini aku bertemu dengannya. Nama nya Park Siyeon, kupastikan Ia menderita seperti tuan Park yang membunuh ibu dan ayah! Ini semua untuk Noona”
“tuan Park sialan! Bisa-bisa nya tetap mengelak padahal bukti jelas jelas pada nya! Bedebah sialan, lihat saja ku hancurkan putri nya!”
“tak kusangka putri si sialan itu begitu bodoh. Ku dekati sedikit langsung suka. Sekarang kami berpacaran, tunggu sebentar lagi Jeno, tunggu sampai kamu lulus dan nikahi dia. Siksa dirinya setelah itu”
KAMU SEDANG MEMBACA
˜"*°• Rénjana •°*"˜ | ʲᵉⁿᵒ, ˢⁱʸᵉᵒⁿ.
NouvellesSumpah jatuh hati pada Lee Jeno benar-benar sebuah keberuntungan- dulu sekali Siyeon berpikir seperti itu.... Sedangkan Jeno? Ah, jangan ditanya. Disclaimer: mohon maaf apabila ada kesamaan dalam penulisan cerita entah sifat tokoh,latar tempat,visu...