"Belum terlambat untuk pulang lagi, Siyeon"ucap Jaemin dibalik kemudi. Menatap si ibu hamil disisi nya dengan sekilas.
Siyeon terdiam, pandangannya menatap jalanan yang ramai mobil sembari berpikir; pulang? Pulang artinya kembali ke rumah kan?.
Tapi rumah yang mana?
Rumahnya dengan Jeno? Rumah kecil Jaemin? Atau rumah sakit neneknya? Atau sebenarnya tidak ada tempatnya pulang?
"Tidak apa, Jaemin. Aku ingin ke rumah Jeno, tidak apa kan?"lirih Siyeon.
Dirinya pun ragu, Ia yang berkata tidak apa tapi dirinya pula yang bertanya apa Jaemin apa semua akan baik-baik saja atau tidak.
Pagi tadi Yeeun datang ke rumah kecil Jaemin, memohon hingga berlutut hanya agar Siyeon menemui Jeno yang katanya sakit.
Tidak mungkin Siyeon tega membiarkan kakak iparnya itu berlutut di depan. Bagaimanapun Siyeon masihlah istri sah Jeno.
"Baiklah, ku antar. Kemanapun kamu mau, aku yang antar"sahut Jaemin.
Mobil yang dikendarai Jaemin berhenti disebuah rumah mewah, rumah Siyeon dan Jeno dulu. Masihkah bisa dibilang rumah mereka?
Jaemin dengan cekatan keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Siyeon.
"Masuklah. Kutunggu disini"kata Jaemin sembari merapihkan cardigan rajut berwarna putih yang melapisi terusan berwarna kuning lembut yang Siyeon kenakan.
Siyeon membalas senyum manis Jaemin. "Kuusahakan tidak lama"
Lantas kedua tungkai nya berjalan pelan memasuki rumah yang hampir 5 bulan ini Ia tinggal. Tidak ada yang berubah, masih tampak dingin dan kosong.
Kehamilan Siyeon yang semakin besar membuatnya tidak bisa bergerak cepat, jadi dengan hati hati Siyeon melewati pekarangan dan memasuki bagian dalam rumah.
"Kamu disini?"
Siyeon menoleh dan mendapati Yeeun didekat tangga dengan sebuah tas besar. "Mau kemana?"
"Rumah sakit. Jeno dirumah sakit"jawab Yeeun dengan senyum tipis.
"Tapi ini bisa menunggu. Ayo ada yang mau aku tunjukan"lanjutnya sembari menarik pelan lengan Siyeon untuk menaiki tangga.
Siyeon hanya menurut dan mereka berjalan menaiki tangga dengan bersisian.
"Usia kandunganmu berapa, hm?"tanya Yeeun.
"Sekarang trimester 3, hanya tinggal menghitung minggu untuk melahirkan"jelas Siyeon dengan senyum lebar.
Yeeun jelas melihat binar bahagia dimata ibu hamil itu. "Syukurlah kamu baik-baik saja. Kamu belum pernah masuk ke ruang kerja Jeno, bukan?"
Siyeon mengangguk, mengikuti Yeeun yang sedang membuka sebuah ruang di ujung koridor kanan. Jeno selalu melarangnya masuk kesini dan selalu dikunci.
"Masuklah, kamu bisa melihat-lihat dulu. Kutunggu diruang tamu"titah Yeeun.
"Terimakasih"ucap Siyeon, tidak tahu untuk apa. Hanya ingin berterimakasih saja.
"Tentu"
Siyeon memasuki ruangan penuh buku itu, ada meja kerja didekat jendela, tungkainya mengelilingi ruangan itu. 2 tahun dirinya disini, dan inilah pertama kali Siyeon melihat ruang kerja suami nya.
Kaki Siyeon berhenti di dekat meja kerja, ada yang aneh dengan sudut yang tertutupi pot itu. Siyeon melangkah kesana, mendorong pelan pot itu.
Siyeon tercekat, dengan hati-hati terduduk, perlahan mata nya mulai berkaca kaca. Apa yang tidak Ia ketahui disini sebenarnya?
Tubuhnya jatuh disana dengan pedih, menghadap sebuah lukisan yang bersandar di sudut tembok.
Itu lukisan dirinya, yang tengah hamil dan bersisian dengan—
— Lee Jeno, yang menggenggam tangan nya.
Klandestin; rahasia.
ㅡㅡㅡㅡ
Udah lama ya
KAMU SEDANG MEMBACA
˜"*°• Rénjana •°*"˜ | ʲᵉⁿᵒ, ˢⁱʸᵉᵒⁿ.
Historia CortaSumpah jatuh hati pada Lee Jeno benar-benar sebuah keberuntungan- dulu sekali Siyeon berpikir seperti itu.... Sedangkan Jeno? Ah, jangan ditanya. Disclaimer: mohon maaf apabila ada kesamaan dalam penulisan cerita entah sifat tokoh,latar tempat,visu...