Jaemin terbangun dari tidurnya tepat pukul 7 pagi, ini hari minggu Ia bisa sedikit bersantai karena ini bukan jadwal jaga nya diklinik kecil yang ada di tengah desa.
Tok tok!
"Jaemin? Sudah bangun?"
Jaemin tersenyum mendengar suara Siyeon dari luar kamar.
"Iya! Aku sudah bangun"jawab Jaemin serak.
"Cuci muka mu, ada kopi untukmu di meja. Jangan coba coba kamu tambahkan bubuk kopi lagi!"omel Siyeon.
Jaemin terkekeh, Siyeon hafal sekali kebiasaannya meminum kopi dengan jumlah yang tak normal.
Seandainya saja, jika Jaemin bertemu gadis itu lebih dulu.. Akankah sekarang mereka menikah dan bahagia dengan kehidupan sederhana seperti ini?
Jaemin menggelengkan kepalanya pelan, mengeyahkan pemikirannya dan keluar kamar untuk cuci muka.
Siyeon sudah tidak ada diruang tengah ataupun dapur. Jadi Jaemin tebak ibu hamil itu pasti diayunan depan rumah.
Dan tentu saja benar, Siyeon tengah duduk diayunan dengan gaun bunga miliknya yang berayun lembut mengikuti gerakan ayunan yang Ia goyangkan dengan pelan.
Jaemin memandangnya dari depan pintu, memperhatikan Siyeon yang begitu tenang membaca buku ditangannya dan sesekali mengelus perutnya yang semakin membesar.
Pasti buku tentang kehamilan, Siyeon memang rajin mencari tahu tentang kehamilannya belakangan ini.
Pikiran tentang mereka kembali muncul lagi dipikiran Jaemin. Akan menyenangkan jika mereka benar-benar sepasang suami istri yang tengah menunggu kelahiran putra mereka di desa kecil ini.
Membicarakan tentang masa depan, sembari berpeluk ria terdengar menyenangkan. Ya, sebatas terdengar.
Jaemin akui dirinya jatuh hati pada wanita yang tengah hamil itu. Siyeon seperti cahaya matahari ketika pagi dimulai, begitu bersinar, menghangatkan dan cantik.
"Jaemin?"
Lamunan Jaemin buyar saat Siyeon memanggilnya. Wanita itu tersenyum, membuat Jaemin ikut tersenyum dan menghampirinya.
"Selamat pagi"sapa Jaemin.
"Selamat pagi, sejak kapan disana?"tanya Siyeon.
"Belum lama. ini, jangan lupakan mantelmu. Xingxing tidak boleh kedinginan" Jaemin mengulurkan sebuah mantel coklat sewarna dengan cardigan Jaemim.
Siyeon mengambil mantel itu dan memakainya. "Terimakasih"
"Sama-sama"jawab Jaemin, tubuhnya duduk disamping Siyeon. Kali ini ayunan besi yang dilapisi bantalan itu bergerak pelan karena kaki Jaemin.
"Jadi? Sudah menemukan nama untuk Xingxing? Kamu tidak akan memanggilnya xingxing xingxing terus kan?"tanya Jaemin sembari menyesap kopi ditangannya.
"Kenapa? Xingxing bagus kok"sahut Siyeon.
"Biarkan xingxing menjadi nama panggilan saja. Akan aneh jika nama nya seperti itu, kamu tidak akan bilang ayahnya tiba tiba berasal dari china bukan?"kata Jaemin.
"Benar sih, nanti akan kupikirkan lagi"ucap Siyeon.
Selepas itu, mobil sedan mahal yang beberapa hari kemarin datang tiba-tiba datang lagi. Seperti waktu itu, berhenti didepan rumah kecil Jaemin.
Dan yang keluar dari sana, masihlah wanita yang sama. Lee Yeeun.
Arunika; cahaya matahari ketika pagi dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
˜"*°• Rénjana •°*"˜ | ʲᵉⁿᵒ, ˢⁱʸᵉᵒⁿ.
ContoSumpah jatuh hati pada Lee Jeno benar-benar sebuah keberuntungan- dulu sekali Siyeon berpikir seperti itu.... Sedangkan Jeno? Ah, jangan ditanya. Disclaimer: mohon maaf apabila ada kesamaan dalam penulisan cerita entah sifat tokoh,latar tempat,visu...