South Korea, 2020.
“Lihatlah! Apakah dia akan memecat seseorang lagi?”
“Astaga, bagaimana bisa aku memiliki atasan yang sangat kejam seperti itu?”
“Dia itu wanita sinting! Sikapnya benar-benar sangat aneh!”
“Bagaimana dengan nasib gadis baru itu? Astaga, aku benar-benar sangat kasihan.”
Ada empat sampai enam orang yang saat ini tengah berkerumunan. Mereka berada tepat di depan jendela kaca berukuran besar berwarna putih bening, menyaksikan bagaimana nasib gadis yang merupakan rekan kerjanya—yang saat ini sedang dihadapkan dengan wanita yang memiliki kedudukan tertinggi di kantor, katakanlah bahwa wanita itu adalah si pemimpin perusahaan terbesar di Korea Selatan.
“Nyonya?” wanita itu terkekeh sekilas, kemudian berdiri dari tempat duduknya, sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Ia mendekat ke arah gadis yang saat ini tengah berdiri tepat di depan meja kerjanya.
Siapapun tahu bahwa gadis itu saat ini sedang sangat ketakutan, kepalanya menunduk dalam dengan keringat yang sudah membanjiri pelipisnya. Ia bahkan bisa merasakan bagaimana kerongkongannya yang saat ini terasa begitu kering, kedua kakinya pun sedari tadi sudah bergetaran hebat tak karuan.
“Kau pikir wajahku sudah setua itu, huh?” wanita itu bertanya dengan suara yang mengintimidasi, dia membuang muka sekilas sambil melirik ke arah kaca jendela. Salah satu sudut bibirnya terangkat naik ke atas dan dia tersenyum miring sebelum kembali menatap ke arah mangsanya. “Jawab!”
Menggigit bibir dalamnya karena benar-benar merasa sangat ketakutan, gadis itu pun mulai memberanikan diri untuk menjawab. “Ma-maafkan saya. Sa-saya benar-benar t-tidak tahu jika—”
Belum sempat gadis itu menyelesaikan kalimatnya, si wanita yang merupakan atasannya tadi berjalan ke arah pintu, kemudian membuka pintu tersebut dengan lebar-lebar. Membuat beberapa kerumunan orang yang berada di depan kaca jendela tadi kini terkejut bukan main, masing-masing dari mereka pun kini memasang raut wajah seperti maling yang sudah tertangkap basah.
“Kalian semua kembalilah ke meja kerja masing-masing! Jangan makan gaji buta karena itu sangat menjijikkan!”
Suaranya yang kelewat lantang membuat beberapa karyawan yang sedang berkerumunan tadi pun kini mulai bubar, mereka kembali ke tempat meja kerja mereka masing-masing dengan perasaan yang ngeri. Bukan apa-apa, mereka hanya takut dipecat.
“Dan buat kau Kang Yoo Ri! Keluar dari ruanganku sekarang juga dan jangan pernah kembali lagi ke sini karena kau dipecat!”
Beberapa orang mungkin yang mendengar hal ini sudah menjadi hal yang biasa, mereka sama sekali tidak heran, pun tidak terkejut sama sekali. Tetapi tidak bagi Yoo Ri sendiri. Dia sangat terkejut, kemudian menggelengkan kepalanya kuat dengan kedua irisnya yang telah berkaca-kaca.
Tidak, dia tidak boleh dipecat. Ini adalah pekerjaan pertamanya. Jika dipecat, mau dikasih makan apa ibu dan adiknya nanti?
“Ti-tidak, tolong jangan pecat saya. Saya mohon, tolong—”
“KELUAR!”
“Ta-tapi—”
“AKU BILANG KELUAR!”
Selesai sudah.
Kang Yoo Ri kehilangan pekerjaan pertamanya hanya karena satu kesalahan fatal yang tidak sengaja telah ia lakukan. Ini bahkan masih hari ketiga ia bekerja di perusahaan ini, tetapi ia sudah dipecat begitu saja.
Yoo Ri berjalan menunduk, menggigit bibir dalamnya sementara pikirannya terus bekerja tentang; ibunya nanti makan apa? Bagaimana dengan biaya sekolah adiknya nanti? Terus berputar-putar seperti itu sampai ia tidak menyadari bahwa air matanya sudah jatuh meluruh dan membasahi kedua pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acatalepsy | PJM
FanficJimin dan Lian memiliki pandangan jalan hidup, serta kisah masing-masing yang sangat jauh berbeda dan saling bertolak belakang. Jimin tidak pernah mengira jika dirinya yang selama ini telah dipertemukan dengan Lian adalah sebuah berkat sekaligus mis...