Sudah terhitung empat hari sejak kedatangan ibunya waktu itu, rasa-rasanya Lian menjadi wanita yang gila kerja. Semua orang yang berada di kantor bisa merasakan hal itu, sebab selama empat hari ini pekerjaan mereka bertambah banyak dan itu artinya, waktu yang seharusnya mereka pergunakan untuk pulang kemudian beristirahat di rumah, menjadi tertunda sia-sia karena mereka harus melakukan lembur jika tidak mau dipecat.
Berlaku bagi siapa saja termasuk dengan Jimin yang merupakan sebagai seorang asisten, pun Lian sendiri yang kendati dirinya adalah seorang bos. Bagaimana? Cukup adil untuk semuanya, bukan?
Jadi, tidak hanya para karyawan saja yang bisa merasakan lembur. Tetapi seorang bos juga merasakan hal yang sama. Kim Lian itu memang aneh, sangat aneh dan kelewat aneh. Seharusnya dia sudah cukup menyuruh karyawannya saja yang melakukan lembur, tidak usah dirinya. Tetapi, memang dasarannya dia adalah gadis yang tidak pernah waras, dia seperti sedang menghukum dirinya sendiri dengan menghabiskan banyak waktu yang dimilikinya untuk bekerja dan terus bekerja.
“Berhenti dan minum ini dulu,”
Siapa lagi pemilik suara itu jika bukanlah Jimin orangnya. Pria tersebut meletakkan kopi hangat hasil buatannya di atas meja kerja Lian, pun sebenarnya dia ingin gadis itu berhenti sejenak untuk mengambil istirahat. Paling tidak memalingkan kedua matanya dari cahaya layar laptop yang benar-benar membuat kepala pusing jika seharian penuh menatapnya.
“Sebentar, Park. Ini masih tanggung.”
Dengan jawaban yang seperti itu, tentu saja tanpa melihatnya pun Jimin sudah tahu bahwa gadis cantik itu masih menetapkan fokusnya ke arah layar laptop ditemani dengan jari-jari lentiknya yang menari indah di atas papan ketik.
“Kau ini benar-benar tidak bisa menghargai orang yang sedang memperhatikanmu, ya?”
Ditutupnya layar laptop tersebut secara tiba-tiba, lantas Jimin menyodorkan kopi hangatnya pada Lian yang sudah memasang raut wajah kesal. Kedua alis yang sudah bertaut; menandakan bahwa dia tidak suka atas perbuatan Jimin barusan.
“Tidak ada yang menyuruhmu untuk memperhatikanku,” balasnya sambil menerima kopi hangat itu, lantas meminumnya sedikit kemudian kembali meletakkannya di atas meja.
“Memang benar. Tetapi setidaknya, kau harus menghargai orang yang memberikan kebaikannya pada dirimu. Paham?”
Melirik Jimin sekilas, agaknya Lian malah memberikan decihan lirihnya pada pria yang merupakan asistennya itu. Memangnya Jimin itu siapa? Berlagak sekali menjadi orang yang paling benar sedunia. Jika karena selama ini Lian tidak memperlihatkan jati dirinya yang sebenarnya, itu bukan berarti dia tidak tahu bagaimana cara menghargai kebaikan yang telah diberikan orang tersebut untuk dirinya.
Lian tahu. Tetapi dia tidak suka berlagak baik seperti Jimin. Semasa hidup, dia sudah akrab dengan yang namanya kesendirian dan kesepian. Tidak mendapatkan perhatian sudah menjadi hal yang sangat biasa, kelewat biasa hingga jangan heran jika dirinya selama ini sudah menanamkan pikiran; mana mungkin orang sepertiku mendapatkan perhatian.
Karena nyatanya, Lian sudah terbiasa akan semuanya. Menerima perhatian yang telah Jimin berikan secara cuma-cuma untuk dirinya bukanlah Lian sama sekali. Orang yang sudah terbiasa bersahabat dengan tanpa perhatian, mana mungkin akan menerima itu dengan begitu mudah?
Detik selanjutnya yang masih terus berjalan, Lian mendadak merasakan bibirnya yang dikecup pelan oleh labium kenyal milik Jimin. Terlalu lama terdiam sambil melamun membuatnya tidak sadar bahwa Jimin dengan begitu kurang ajar lagi-lagi telah mencicipi bibirnya. Astaga, ini pelecehan namanya.
“Kau—”
Seolah sudah tahu bagaimana reaksi selanjutnya yang akan gadis itu berikan untuk dirinya, Jimin segera menyela ucapannya. “Jangan protes atau memarahiku, ya. Yang aku lakukan barusan hanyalah mengusap bekas minuman yang ada di sudut bibirmu.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Acatalepsy | PJM
FanficJimin dan Lian memiliki pandangan jalan hidup, serta kisah masing-masing yang sangat jauh berbeda dan saling bertolak belakang. Jimin tidak pernah mengira jika dirinya yang selama ini telah dipertemukan dengan Lian adalah sebuah berkat sekaligus mis...