Capítulo 6

468 53 29
                                    

Halo, apa kabar kalian semua? Semoga selalu baik ya.

Masih ada yang bertahan dengan cerita ini? Aku harap masih ya, soalnya aku lagi semangat-semangatnya buat nyicil cerita ini hehehe.

Aku minta maaf banget kalau updatenya lama. Aku bener-bener fokusin diri untuk nulis cerita ini sebelum ide yang lagi ngalir hilang gitu aja.

Segitu dulu, selamat membaca! 💜

Jimin selalu dibuat kebingungan sendiri dengan perubahan tingkah laku Lian yang secara tiba-tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jimin selalu dibuat kebingungan sendiri dengan perubahan tingkah laku Lian yang secara tiba-tiba. Tetapi anehnya, dia masih bisa menyikapi tingkah laku gadis itu walaupun tanpa bertanya sekalipun tentang; apa yang terjadi dan kenapa bisa seperti itu. Sebab dari awal saat dia memutuskan menjadi seorang asisten dan bekerja untuk Kim Lian, Jaehyeon sudah memberitahunya tentang gangguan mental yang dimiliki oleh gadis tersebut.

Tidak tahu pasti gangguan mental seperti apa yang dimaksud Jaehyeon sendiri, sebab pria berkharisma itu tidak pernah memberitahunya secara lebih jelas pun detail.

Kendati sudah merasa sangat penasaran tingkat dewa, tetapi Jimin tetap menahan dirinya untuk tidak bertanya ataupun mencari tahu. Pikirnya itu mungkin saja privasi dan lagipula, selama ini Lian juga tidak terlihat sangat berbahaya. Dia tidak terlihat seperti orang yang benar-benar sudah gila. Gadis itu masih terlihat normal-normal saja untuk ukuran sebagai seorang pemimpin perusahaan walaupun terkadang, Jimin diam-diam pernah mendapati satu kali gadis itu yang tengah berbicara sendirian seolah-olah ada orang yang berada di dekatnya.

Padahal sekali lagi perlu ditegaskan bahwa saat itu Kim Lian sedang sendirian. Dan dua kali bagi Jimin mendapati hal yang serupa baru-baru ini, lebih tepatnya saat berada di Sungai Han bersama dengan gadis itu. Tentu saja kalian semua pasti masih ingat, ‘kan saat Lian yang tiba-tiba saja seperti meneriaki seseorang di bawah jembatan alias di tengah-tengah air, padahal jelas saja di sana tidak ada siapa-siapa. Gila saja orang waras mau menenggelamkan diri di sana. Memangnya ada untungnya?

Menambah dosa pasti iya.

“Astaga, kau datang ke sini hanya untuk menjemput Lian? Katakan padaku, apakah gadis angkuh itu yang telah menyuruhmu?”

Hari itu Jimin berkunjung ke rumah pertama milik Jaehyeon yang menjadi tempat tinggal tetap pria itu. Terkadang Jimin bingung sendiri kenapa Jaehyeon mempunyai dua rumah jika rumah yang satunya tidak pernah dijadikan sebagai tempat tinggal alias dibiarkan kosong dalam keadaan yang selalu terawat.

Jimin mengetahuinya karena setiap saat dia pergi bekerja, dia selalu melewati rumah Jaehyeon yang hanya berkisar satu rumah dengan rumah miliknya sendiri.

“Lian tidak menyuruhku, kok. Aku sendiri yang dengan senang hati datang ke sini. Lagipula setelah kemarin mengantarkan gadis itu kemari, aku juga belum sempat singgah untuk menghabiskan banyak makanan yang kau miliki.” Jimin mengakhiri ucapannya dengan mendaratkan bokongnya di sofa empuk—yang ia yakini Jaehyeon pasti membeli sofa ini dengan harga yang sangat mahal mengingat desainnya yang terlihat begitu elegan sekaligus mewah.

Acatalepsy | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang