12. Sternum

864 157 84
                                    

Seulgi tengah duduk di salah satu ranjang IGD, ia tengah melamunkan apa yang ia dengar dari mulut Sehun tadi malam.

Ternyata selama ini Seulgi salah menyangka jika Sehun telah menikah dan memiliki anak. Tidak seharusnya Seulgi mengambil kesimpulan sendiri hingga berujung berburuk sangka terhadap Sehun.

Seulgi rasa seminggu yang lalu ia benar benar egois. Ia membuat seolah olah Sehun yang salah dan menasehati Sehun, padahal Sehun saja tidak mengerti dengan apa yang Seulgi bicarakan.

Astaga, Seulgi benar benar merasa malu pada dirinya sendiri. Dia juga merasa sangat bersalah dan tidak enak hati karena telah menuduh Sehun yang tidak tidak hingga mengatai nya seorang bajingan.

Seulgi ingin minta maaf.

Tapi sungguh, ia tidak tau bagaimana caranya menjelaskan kepada Sehun tentang kesalah pahaman dari otak nya itu.

Jujur saja, Seulgi juga tidak ingin Sehun menyalah artikan kesalah pahaman itu dengan menganggap nya sebagai rasa cemburu.

Atau mungkin lebih tepat nya Seulgi tidak ingin ketahuan jika sebenarnya ia juga masih merasakan perasaan yang sama seperti yang Sehun alami.

"Dokter Kang Seulgi."

Irene memanggil Seulgi namun Seulgi masih saja terperangkap dalam lamunan penyesalan nya.

"Dokter Kang Seulgi."

Irene memanggil nya lagi, namun Seulgi tetap saja belum sadar.

"Seulgi!" teriak Irene sambil menepuk pundak kiri Seulgi.

"Astaga. Ada apa? Mengagetkan saja."

"Kau sendiri yang sibuk melamun hingga tidak mendengar panggilanku."

"Aku melamun? Tidak kok. Ah lupakan saja. Ada apa memanggil ku?"

"Ada pasien yang diduga mengalami Hernia Hiatus*."

"Hernia hiatus*?" tanya Seulgi.

"Hernia hiatus* terjadi ketika sebagian lambung mencuat ke dalam rongga dada melalui diafragma, iya kan?" tanya Seulgi lagi.

"Kau benar." jawab Irene.

"Jika bagian yang menonjol masih kecil, hiatus hernia umumnya tidak berbahaya. Namun bila semakin membesar, makanan dan asam lambung dapat kembali ke kerongkongan dan menimbulkan sensasi terbakar di dada." gumam Seulgi.

"Pasien mengalami Sensasi terbakar di dada, sering bersendawa, terasa pahit atau asam di tenggorokan, sulit menelan, napas nya juga pendek. Karena itu aku menduga, ia mengalamu hernia hiatus*." Irene menjelaskan.

Seulgi mengjela nafas, "Bila timbul muntah berwarna merah atau hitam seperti kopi, serta BAB berwarna gelap seperti warna aspal bisa menandakan terjadi pendarahan pada saluran pencernaan nya." 

"Kau benar. Maka dari itu aku meminta persetujuan pasien untuk melakukan rontgen saluran pencernaan bagian atas untuk mengetahui kondisi kerongkongan, lambung dan usus bagian atas secara lebih jelas.---

--- pasien juga akan gastroskopi untuk melihat kondisi kerongkongan dan lambung dari dalam mulut, serta melihat ada tidaknya peradangan. Ah iya, pasien juga akan melakukan manometri esofagus, tes pengukuran kadar asam, dan tes pengosongan lambung."

"Jika seperti itu. Maka kemungkinan harus melkukan operasi bukan?" tanya Seulgi.

"Iya. Operasi dapat dilakukan dengan operasi terbuka dengan membuat irisan pada dinding dada." Irene menjawab.

"Lalu kenapa kau memberi tahu aku? Aku kan dokter spesialis bedah jantung, bukan spesialis bedah umum. Bukankah seharusnya kau memberitahu hal ini pada dokter Ka-kang Se-Sehun?"

They are doctors | Seulhun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang