8. SELALU PERCAYA

51 11 0
                                    

Aku tak memberikan ijin Reynan menjemputku tadi pagi dengan alasan ayah yang akan mengantarku ke kampus. Kalian tahu bahwa itu adalah sebuah kebohongan. Karena nyatanya aku berangkat dengan menumpang mobil Sabrina.

" Gue belum siap Sab kalau harus ketemu Reynan sama Sisi " jujur aku gelisah, rasanya aku tak ingin pergi ke kampus dan ingin berdiam diri saja dirumah.

" Lo pasti bisa, lo harus selesaiin semua ini secepatnya " Jawab Sabrina tegas sedang pandangannya kutangkap sekilas menoleh ke arahku.

" Gue nggak tahu harus bersikap kaya gimana didepan Sisi sama Reynan. Hati gue sakit banget Sab " sekuat tenaga aku menahan agar tak kembali menangis

" Ta, disini lo yang disakitin, kok malah jadi lo yang takut ketemu mereka. Udah lo bisa, gue percaya lo bisa ngadepin dan nyelesaiin ini semua " Sabrina menepuk pundakku pelan, berusaha menyalurka semangat yang dia punya

" Thanks Sab lo emang terbaik " Pujiku dengan memamerkan deretan gigi kearahnya

Hari ini kuliahku berjalan normal, karena sampai makan siang aku tidak bertemu dengan Reynan maupun Sisi.

Aku dibuat kaget ketika tiba-tiba Sisi menepuk bahuku.

" Hey Sab, Reynan nyariin tuh " Ucapnya enteng

" Nyariin siapa? Lo atau gue? " Tunjukku dengan jari telunjuk kearahnya baru kearah ku sendiri. Mungkin nada suaraku juga terdengar sangat jengkel

" Lo kok sewot gitu sih? PMS? ini beneran tadi Reynan nanyain lo " Sisi berusaha menjelaskan. Ada kesungguhan yang ia sampaikan

" Lo aja sana yang nemuin " aku tak bisa menahan amarahku. Namun aku juga tak bisa terlalu bersikap arogan kepada Sisi, bagaimanapun dia tetap sahabat baikku.

Aku memilih untuk meninggalkan Sisi bengong dengan sikap yang aku tujukan kepadanya.

Aku memilih untuk segera masuk kedalam kelas agar aku bisa menahan air mataku untuk tidak jatuh.

" Udah Sab, lo tenang aja, udah gue omelin tuh Sisi, bisa"nya main embat pacar Sahabat sendiri " tegas Vina yang baru masuk.

Sebenarnya tadi aku pergi ke kantin bersama Vina, tapi ketika aku meninggalkan Sisi, Vina tak langsung ikut denganku. Entah apa yang dia lakukan kepada Sisi.

Aku memutuskan untuk kembali fokus dengan apa yang diajarkan dikelas. Walaupun itu sangat sulit. Pikiranku saat ini benar-benar kacau.

" Lo nanti harus pulang bareng Reynan, lo harus selesaiin ini secepatnya. Jangan suka nunda-nunda masalah" bisik Sabrina yang duduk disampingku.

" Males gue Sab " bukan malas sebenarnya, aku hanya tidak ingin menangis didepan Reynan.

" Nggak ada penolakan, gue udah bilang sama Reynan tadi. Gue suruh dia anter lo pulang nanti " Tegas Sabrina

Aku tak bisa menolak dan hanya bisa pasrah. Mungkin Sabrina benar, aku harus menyelesaikan ini semua secepatnya.

Ketika waktu pulang tiba kulihat Reynan yang sudah menunggu didepan kelas dengan senyum cerahnya.

Sabrina memang tak berperasaan, melihatku yang hanya diam didepan pintu membuatnya menyeretku untuk segera mendekati Reynan.

" Hay Rey " Sapa Sabrina

" Oh, hay Sab, hallo sayang " Sapa Reynan masih dengan senyum rekahnya.

Aku hanya membalasnya dengan senyum kecut.

" Kok muka kamu kusut gitu sih sayang, sakit?" Tanya Reynan sambil meletakkan punggung tangannya dikeningku.

"Enggak kok, kurang tidur aja" ku jawab sekenanya dan mencoba menepis tangan Reynan halus

"Rey, ada yang mau aku tanyain sama kamu." Jelasku memulai pembicaraan

"Apasih sayang?" Reynan masih dengan sikap manisnya yang membuat hatiku semakin tak karuan

" Kita bahas ditempat lain aja, bukan disini " Titahku sembari berjalan meninggalkan Reynan yang masih bingung

" Hey sayang, tunggu dong, kamu kenapa sih? Sakit? PMS? " kejar Reynan yang kini berhasil mengenggam tanganku

iya sakit Reeey, sakit hati sama kamu!! Tentu kalimat itu hanya terucap dihatiku

" Nggak " Jawabku singkat

Setelah sampai ditempat parkir, aku segera masuk ke dalam mobil Reynan.
Entah mengapa kali ini benteng pertahananku runtuh. Aku tak sekuat dan setegar yang aku bayangkan. Aku menumpahkan semua kekesalanku dengan linangan air mata.

" Sayang, kamu kenapa? Kok nangis? " Tanya Reynan panik melihatku sudah menangis didalam mobil dengan menangkupkan kedua tangan diwajah.

Aku masih berusaha menetralkan suasana hatiku untuk dapat berbicara dengan Reynan.

"Seberapa jauh hubungan kamu sama Sisi?" Tanyaku akhirnya setelah dapat sedikit mengontrol tangisku

"Sisi sahabat kamu itu? Kan kamu tahu sendiri, sama aja kaya ke Sabrina sama Vina." Jawab Reynan menjelaskan dengan santainnya

" Berarti kamu juga bakalan nyium Sabrina sama Vina dong kalau foto bareng?" Ku tanya dengan menahan emosi. Tanganku mengepal erat diatas pangkuan. Sedang air mataku kini mengalir dengan derasnya.

" Maksud kamu apasih ta? Nggak ngerti aku." Tanya Reynan yang kini menatapku dengan penuh pertanyaan. Tapi ia masih dengan nada lembut meladeniku. Tangannya juga dengan telaten menghapus air mataku yang tumpah

" Ini " Kuarahkan ponselku kehadapan Reynan

" Darimana kamu dapat foto itu? " Tanya Reynan penasaran, tapi kulihat muka Reynan yang tetap tenang seperti biasa.

" Kamu nggak perlu tau, kamu hanya perlu jelasin apa maksudnya." Ucapku geram

"Itu cuma bercanda ta, kebetulan aku lihat Sisi lagi foto dan aku isengin aja." Jawab Reynan santai.

" Bercanda kamu nggak lucu Rey!!! " Kali ini nadaku terdengar seperti berteriak.

" Iya udah aku minta maaf, aku juga nggak tau kalau Sisi masih nyimpen foto itu, kupikir dihapus sama dia, orang waktu habis itu dianya marah-marah sama aku. " Jelas Reynan tanpa merasa bersalah.

" Jadi bener kamu nggak ada apa-apa dibelakang aku? " Tanyaku lagi memastikan

" Ya enggak lah sayang, aku cuma mau sama kamu." Ucap Reynan yang mulai mengeluarkan kata-kata manisnya. Kurasakan juga tangannya yang mengusap lembut puncak kepalaku

" Pokoknya aku nggak suka kamu deket-deket lagi sama cewek lain, apalagi sama Sisi " Titahku memberi peringatan

" Iya sayang, uluh lucunya yang lagi cemburu " goda Reynan mencubit kedua pipiku

" Reynaaaan " aku berusaha melepaskan tangannya

" Kamu cantik tau, lucu kalau lagi cemburu gini, jadi makin cinta " Rayu Reynan mencoba mengembalikan moodku. Dan dia berhasil.

Karena kini sedikit perasaan lega mulai menghampiri dadaku , bahwa akhirnya aku mendapatkan penjelasan langsung dari mulut Reynan. Sehingga aku tak perlu lagi memikirkan hal itu terlalu keras.

Mungkin disini aku terlihat sangat percaya kepada Reynan. Terkadang memang cinta akan melahirkan suatu kebodohan dan hal hal yang tak masuk diakal.

Setelah hari itu, aku memutuskan tak lagi membahas tentang foto Reynan dan Sisi. Vina dan Sabrina pun mengikuti langkah ku untuk tak membicarakannya lagi. Sedangkan Sisi, aku memutuskan untuk mejaga jarak dari dia, tanpa meminta penjelasan apapun dari Sisi, bahkan aku telah menyimpulkan bahwa Sisi lah yang menaruh perasaan terhadap Reynan.

..............

Ada yang setuju nggak kalau cinta sama hal" bodoh berhubungan?

Aku sih setuju hihihi
Pengalaman pribadiiiiii
Suka nggak bisa mikir jernih kalau udah bersangkut pautan sama satu kata keramat itu

LOST DIRECTION (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang