13. BERSAMA AYAH

29 9 0
                                    

" loh kok ayah udah disini? Nyampe jam berapa yah ? " Tanyaku pada ayah yang tengah duduk diteras belakang menikmati secangkir kopi.

" Tadi pagi jam 7 " jawab ayah yang masih konsen dengan tab ditangannya. Disela-sela liburanpun masih mencuri waktu untuk memikirkan pekerjaan.

" Kok nggak bangunin aku ? " Tanyaku yang mulai mengambil duduk dan bersandar dipundak ayah.

" Kasian ah, kata bunda semalem kamu baru pulang jam 11, padahal dari pagi udah keluar " jelas ayah

" Iya yah, itu disuruh nemenin bang Ardi soalnya bang Arman ngajakin kak Angel. Katanya kalau ngajakin Kesya berisik hehehe " jelasku pada ayah sambil tersenyum memamerkan barisan gigiku yang rapi

" Heh jangan gitu ke adek " ayah mencoba menasehati

" Nggak yah, kan dia masih kecil juga, masa mau dibawa nongkrong di cafe sampe malem kan nggak mungkin. Oh ya kemana si adek? Kok kaya sepi aja " tanyaku mencoba mencari sosok yang selalu membuat rumah ramai itu.

" Udah minta dianterin pergi tuh sama bang Arman. Katanya mau beli apa gitu, tapi dari pagi tadi belum balik-balik juga " jelas ayah yang kemudian dilanjut dengan menyesap kopi miliknya

" Bang Ardi ? " Tanyaku lagi

" Belum bangun, coba gih sana kamu bangunin, suruh bersih-bersih terus nanti kita makan siang bareng. Bunda lagi masak, nanti biar ayah yang telfon Kesya biar cepetan pulang. " Pinta ayah

" Oke deh " jawabku berlalu untuk membangunkan bang Ardi.

...............

Makan siang kami berjalan sangat menyenangkan. Tawa canda menghiasi meja makan siang ini. Sampai akhirnya ayah menanyakan sesuatu yang membuatku berfikir lebih keras.

" Kak, kok Reynan tiga hari kemarin nggak kelihatan dikantor ya? Emang kalau libur semester gini ada kegiatan di kampus? " Tanya ayah padaku yang masih sibuk mengunyah makanan.

Tiga hari? Berarti sejak terakhir kami berkomunikasi, itu juga terakhir Reynan pergi ke kantor? Kemana sih dia? Apa mungkin ada kegiatan di kampus?

" Dia nggak ada cerita apa-apa sama kamu kak? " Tanya bunda membuyarkan lamunanku

" Eh nggak bun, nggak ada bilang apa-apa dia ke aku " jawabku gagap

" Kalian baik-baik aja kan? " Kini nada bunda berubah, sedikit ada penekanan disetiap katanya. Mungkih beliau ingin memastikan

" Baik kok bun " jawabku mantap, karena menurutku ayah dan bunda sudah mulai menaruh curiga.

Aku terpaksa berbohong. Ingin sekali aku menceritakan yang sebenarnya. Bahwa semenjak di Bali ini, hubungaku dengan Reynan tidak baik, tapi aku tak ingin liburanku menjadi kacau. Terlebih alasan Reynan marah kepadaku karena kedekatanku dengan bang Arman. Alasan yang menurutku sama sekali tak masuk akal.

Biarlah semua ini menjadi rahasiaku sendiri, aku tak mau ayah dan bunda, juga adik dan abangku menjadi berfikir yang nggak-nggak tentang Reynan. Mungkin sikapnya seperti itu karena kami terbiasa selalu bersama sama, dan sekarang harus terpisah untuk beberapa waktu. Aku yakin, setelah kita bertemu lagi nanti di Jakarta, hubungan kita akan kembali membaik seperti semula.

Setelah makan siang, akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi Reynan. Pesan singkat yang aku kirim tak juga dibaca olehnya. Bahkan telfon dariku juga tak ia hiraukan sama sekali. Dengan egoku yang masih tinggi, akhirnya aku putuskan menyudahi usahaku berbaikan dengannya.
Biarlah besuk ku temui ia secara langsung, toh lusa kami semua sudah kembali ke Jakarta.

LOST DIRECTION (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang