23. HARUS DI OPNAME

27 6 0
                                    

" Aaauuu " jeritku pelan

" Kenapa ta? " Tanya kak Thalia yang sedang rebahan disofa

" Ini kok ada infus? Kok kita disini? " Tanyaku penasaran

Seingatku, setelah pulang dari Jogja aku langsung ganti baju dan tidur dikamarku.

" Tadi sore, waktu kak ia masuk kamar kamu bawa barang", kamu ngigau, kak ia deketin badan kamu panas bgt, kak ia coba bangunin kamu nggak bangun juga, yaudah jadi sama ayah bunda dibawa deh kesini " jawab kak Ia

" Males bgt sih kak, pakai nginep dirumah sakit segala " keluh ku

" Ya siapa suruh sakit, makanya cepetan sembuh biar bisa pulang. Orang kak ia kangen pengen nginep rumah bunda, eh malah jadi nginep disini " ucap kak Thalia meledekku

" Kak iaaa, jadi nggak ikhlas nih? " tanyaku cemberut

" Ikhlas kok dek ikhlas, oh ya laper nggak? Mau makan? " Tawar kak Thalia

" Males kak "

" Yaudah nggak papa, siap" aja nginep disininya lama "

" Iya deh mau makan, roti aja ya kak. Nggak bisa bangun tapi, masih lemes "

" Sini kak ia suapin "

Aku merasa beruntung mempunyai kak Thalia dalam hidupku. Lengkap sudah rasanya. Punya abang dan kakak perempuan yang baik dan sangat menyayangiku. Yang lebih membahagiakan lagi, ketika menyuapiku, kak Thalia bercerita bahwa bang Ardi telah melamarnya. Happy ending untuk hubungan yang sudah terjalin lama.

Malam itu, setelah kak Ia menyuapiku roti, kami berdua memutuskan untuk tidur. Kak Ia memang meminta kepada bunda untuk menungguiku.

.................

Paginya, bunda datang membawa sarapan untuk kami. Aku memang sengaja meminta bunda membawakan makanan rumah, karena semua tau bahwa masakan rumah sakit biasanya hambar.

" Adek sekolah bun? " Tanyaku dengan mulut penuh makanan

" Telan dulu, baru ngomong. Iya adekmu sekolah, pulangnya nanti langsung kesini. Itu udah bunda bawain baju ganti " ucap bunda sambil menunjuk tas kecil yang tergeletak diujung sofa

" Nggak mau keluar dulu kak? Nyari udara seger. Biar Calista bunda yang tunggu " tawar bunda pada kak Thalia

" Enggak ah bun, disini aja sama bunda "

Ketidaksukaanku pada rumah sakit dan bau obat setidaknya bisa terkikis karena keberadaan dua malaikatku ini. Kak ia, dan bunda. Mereka dengan senang hati menemaniku dan menyiapkan apapun yang aku butuhkan.

Beranjak siang, beberapa keluarga dan teman - temanku silih berganti datang untuk menjenguk. Ada perasaan senang dihatiku dapat berjumpa dengan mereka. Walaupun itu semua karena aku sakit.

" Reynan nggak kesini? " Tanya Sabrina setengah berbisik disampingku

" Enggak, tau tuh kemana. Nggak ada kabar juga " jawabku seenaknya

" Emang dasar nggak bener tuh anak. Jangan bilang lo sakit gara" kejadian waktu itu " cecar Sabrina

" Nggak kok, kecapekan kemarin di Jogja " jawabku

Aku tak mungkin menceritakan kejadian di Solo pada Sabrina saat ini. Walaupun dia sudah tahu seperti apa Reynan yang sebenarnya, tapi aku takut bunda akan mendengarnya.

" Kapan boleh pulang sih bun? " Tanyaku pada bunda yang sedang mengobrol dengan kak Thalia

" Ya coba aja duduk dulu tanpa dibantu, tanpa sandaran bisa nggak? " Tanya kak Thalia

" Ya susah lah " jawabku

" Yaudah jangan minta pulang terus " ucap kak Thalia tersenyum

" Kak ia disini sampai aku pulang ya? " Pintaku

" Ya jangan gitu lah ta, kak ia kan juga punya kerjaan " jawab bunda

" Tau nih bun Calista mah kayak anak kecil aja manjanya minta ampun " sela Sabrina

" Iya iya, kak ia tungguin, biar nanti butik diurus sama asisten kak ia " jawab kak Thalia

" Tuh kak ia.nya aja mau " ucapku

Keberadaan mereka benar" membuatku melupakan sejenak peristiwa itu. Juga tentang Reynan yang hilang ditelan bumi. Bahkan untuk sekedar memastikan kabarku saja tidak ia lakukan. Padahal ia tahu kondisiku ketika kita terakhir bertemu.

................

Reynan oh Reynan dimana kau berada hihihi
Santai dulu yuk, biar nggak tegang bacanya.
Aku aja yang nulis bisa ikut merinding dari ujung kaki hingga ujung kepala hehe

LOST DIRECTION (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang