.23. (Not) Imagination

82 14 28
                                    

"Sesempurna apapun kamu menjadi seorang ibu, tetap saja kamu gak bisa melawan bahkan menghindari skenario yang Tuhan buat."
-Keisya Lovara Keanno-

.



.



.

Part ini ngapain yak :")
mon maap kebanyakan narasi
tapi memang begini yaudahlah:")
Semoga feel nya terombang ambing, bacanya dihayati dong cuy #maksa :v

.



.

Langit terlihat gelap. Suara gemuruh mulai bersahutan diatas sana. Klakson kendaraan saling beradu ditelinga, menampakkan kondisi jalanan yang kini sedang macet parah.

Perjalanan kerumah sakit Kanaya membutuhkan waktu dua kali lipat lebih lama, tak seperti biasanya. Keisya meminta kepada pihak rumah sakit agar ibunya yang memeriksa Alya nanti, Ellis -dokter umum-.

Selama perjalanan sepasang sahabat yang duduk dikursi belakang saling diam meski Alya terus memeluk Arsen sambil memangis, membuat seisi mobil jadi khawatir.

Untungnya Keisya sudah mengirim pesan di grup yang berisikan keempat sekawan itu -Ramyalan, Farel-. Selang beberapa menit kemudian, Pak Dadang segera memarkirkan mobilnya di basement.

Keisya menatap Alya khawatir. Apa yang ia rasakan sama persis seperti yang Ramya rasakan tempo hari, hasil curhat Ramya pada Keisya. "Nyonya," panggil salah satu suster yang membantu Ellis.

"Ah, iya?"

"Silahkan masuk," ujar suster itu diambang pintu ruangan Ellis. Mereka bertiga mengangguk dan menampakkan seorang wanita paruh baya yang tersenyum manis dikursi kebanggaannya.

"Alya ayo naik kesini, nak," pinta Ellis sambil menepuk bangsal dipojok ruangan. Alya melepas pelukannya pada Arsen dengan ragu. Alya tidak bodoh. Ia tau sesuatu yang akan terjadi padanya dikemudian hari dan inilah waktunya.

Bahkan Alya sudah menyiapkan beberapa kemungkinan yang akan ia lakukan jika saja sesuatu yang buruk itu terjadi. "Keluhannya?" tanya Ellis.

"Tadi Alya muntah-muntah terus, ma," jawab Keisya menyela. Ellis mengangguk, terus memeriksa Alya dengan segala peralatannya hingga dahinya mengerut, mengernyit heran sekaligus terkejut kemudian melirik Arsen sesekali.

Alya membungkam mulutnya takut. Ingin menangis meraung-raung rasanya. "Ck! Fokus Ellis!" gerutu Ellis pada dirinya sendiri sambil memijat kepalanya gusar.

Ia sendiri tidak yakin dengan apa yang baru saja ia diagnosis. Ellis terus memeriksa ulang namun hasilnya tetap sama. Keisya dan Arsen terkejut heran begitu Ellis mengambil sebuah transducer lalu mengaktifkan layar USG.

"M-ma..." cicit Arsen cemas.

Melihat apa yang dilakukan Ellis, Alya menahan tangisannya. Ia 100% mengerti diagnosis Ellis tanpa wanita itu katakan terlebih dahulu. Baru saja Ellis hendak menyingkap sedikit kaos Alya, gadis menggeleng tersentak.

"G-gak mau, oma..." lirihnya takut.

"Alya sayang... Oma cuma mau cek. Gak akan kenapa-napa," ujar Ellis dengan lembut meski keadaan pikirannya sudah terombang-ambing. Alya tetap menggeleng menatap Arsen yang juga menatapnya dengan pandangan kosong.

IF I LOVE MY BESTIE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang