.25. Keanno Vs Savian

86 19 7
                                    

"Udah lama kita gak gelud! Ayo adu bacok!"
-Fanesha Ramya Savian-

.




.

I like this part!! >< aaaaaa uwuw



.


Bolos upacara. Itu yang hari ini Alya lakukan dan kini gadis itu tengah menunduk sendu dengan pandangan kosong di rooftop sekolahnya. Akhir-akhirnya ini setengah jiwanya melayang entah kemana.

Jika sebelumnya ia sibuk terbebani dengan masalahnya dan Axel, tapi kali ini bukan. Pernyataan yang tiba-tiba dari Arsen kemarin cukup membuat hatinya mencelos begitu saja.

Lama kelamaan hari bukannya semakin terik, namun angin berhembus kencang dengan langit mendung. Musim hujan.

Terdengar derap langkah kaki mendekat setelah bunyi suara pintu terbuka terdengar. Alya tidak menoleh, ia takut jika yang datang adalah guru.

Dengan liciknya ia memejamkan mata, mengacak sedikit rambutnya agar terlihat lusuh seperti orang sakit agar Alya bisa beralasan jika benar ketahuan.

"Lo egois ya ternyata."

Deg!

Gadis itu tetap memejamkan mata. Ia tau itu suara siapa. Alya tetap tak bergerak untuk mengetahui apa yang Arsen lakukan disitu. Sedetik kemudian, terasa ada seseorang duduk di sebelah Alya.

Arsen menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Alya akibat gadis itu acak-acak tadi. Arsen terdiam sebentar kemudian menatap perut datar Alya. "Lo egois. Disini dingin, sebentar lagi hujan. Apa gak kasihan sama calon anak lo? D-dia kedinginan..." lirih Arsen.

Seketika Arsen tersenyum tipis dan kembali bergumam, "gue gak ingkar janji. Pulang sekolah, gue akan lakuin apa yang udah gue putuskan setelah beberapa hari mikirin ini matang-matang."

Dalam benak Alya, ia bertanya-tanya. Jiwa penasarannya sudah meronta. Ingin membuka mata dan bertanya namun urung. Terdengar Arsen terkekeh hambar. "Dari respon lo kemarin-,"

"-kayanya lo emang cuma anggep gue sahabat. Halu gak sih, kalau gue pengen lo bales perasaan gue? Ck!" Arsen berdiri tegap, cepat-cepat beranjak pergi dari situ sebelum air matanya turun.

Grep!

"G-gue juga sayang sama lo. Gue baru sadar sama perasaan gue." Penuturan serta tangan Alya yang melingkar di pinggangnya membuat Arsen mendongak, tak membiarkan air matanya lolos.

Perlahan kedua sudut bibir Arsen terangkat menciptakan seulas senyum menawan. Ia membiarkan Alya menangis di punggungnya tanpa menggubrisnya.

Disisi lain, lebih tepatnya dibalik pintu rooftop yang tidak tertutup rapat, seseorang ternganga tak percaya. "Jadi Alya hamil?" gumamnya pelan.

"Kita harus kasih tau ini!" sahut temannya sampai akhirnya mereka pergi dari situ.

Perlahan Arsen melepaskan tangan Alya dari perutnya kemudian berbalik, menatap kedua netra itu mendalam. "Nanti gue kerumah lo. Papa lo pulang jam berapa hari ini?" tanya Arsen.

IF I LOVE MY BESTIE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang