"Kata orang, kalau mau bikin seseorang jatuh cinta, lo harus bisa bikin dia ketawa. Tapi sialnya, setiap liat lo ketawa, justru gue yang jatuh cinta."
Ada kalanya sepasang sahabat harus merelakan yang terbaik untuk satu sama lain. Sama hal-nya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"I hate u but i love u."
.
.
.
"Tapi maaf, istri anda tidak tertolong."
Perkataan sejam yang lalu itu terus memutari otak dan hatinya. Parahnya sampai sekarang dokter belum memperbolehkan menemui Alya.
Arsen diam membeku, napasnya seolah-olah mempermainkannya, sesak. Kakinya pun ikut melemas hingga tak lama kemudian aliran air mata mulai tercipta di wajah manis itu.
"Bohong," lirihnya.
Teman-temannya, Tania, Raga dan Keirel ikut terdiam. Keisya memeluk putra semata wayangnya itu dengan erat sembari mengusap punggungnya lembut. "Takdir," bisik Keisya menenangkan.
Lama kelamaan Arsen menutup wajahnya dengan tangan lalu menangis penuh isakan, membuat siapapun yang mendengarnya merasa nyeri pilu.
"G-ga mungkin... Ma, aku lagi di prank kan?! Jujur ma!" sentak Arsen meronta tak terima dalam pelukan Keisya. Farel hanya diam saja dengan Tania yang ikut menangis digendongannya.
