Eps 7 : Hujan

18 5 0
                                    

Teriknya sang surya selalu menemaniku dalam penghantaran paket di siang hari. Ketika langit biru berselimut awan putih, disana aku merasa sedikit lebih sejuk. Namun bila awan putih berganti menjadi awan mendung yang gelap, apakah aku masih akan tetap merasa sejuk. Dikala mendung datang itu adalah saatnya aku harus bergegas lebih cepat. Harapanku hanya satu, janganlah rintik hujan sampai menetes dari awan mendung itu. Jika ia tetap bersikukuh ingin turun juga maka aku lebih baik terpapar teriknya sang surya. Setidaknya panas dari mentari tak menghalangiku menghantarkan setumpukan paket menuju alamat penerimanya.

Sial, hujan tak mendengarkan harapanku. Bahkan ia mengguyur dengan derasnya. Aku terpaksa berteduh di sebuah bangunan ruko yang sepertinya belum dikontrak oleh seseorang. Terdapat tulisan dikontrakkan beserta no telepon pemilik ruko di sebuah kertas yang ditempel pada rolling door ruko. Untung saja masih sempat berjalan sedikit lagi sampai akhirnya aku menemukan tempat ini. Kalau tidak, aku bisa diprotes oleh para pemilik paket ini.

Jika saja hujan tidak sederas ini, aku akan tetap melanjutkan mengantar paket-paket ini menggunakan mantel di sadel motorku. Sekarang apa yang akan kulakukan disini. Hanya bisa menunggu hingga hujan deras ini sedikit mereda.

Teringat lagi dengan Tika. Hujan-hujan begini Tika sedang apa ya. Andai saja Tika menemaniku disini sekarang. Menghabiskan waktu makan siang sambil ngobrol sebentar bersamanya tadi siang, menambah semangatku dalam pengantaran paket hari ini. Namun sayangnya aku harus terjebak disini untuk beberapa menit ke depan.

Aku hanya duduk terdiam melihat hujan melakukan pekerjaannya, membasahi seluruh kota. Bahkan ia melakukannya kali ini dengan sangat semangat, mengguyur dengan deras dibarengi angin kencang Apa yang bisa kulakukan. Daya ponselku lemah. Aku harus menyimpan daya ponselku agar seseorang dapat menelponku ketika mereka memerlukannya. Seperti ibu ataupun Komang Tuti. Dan benar saja, Selang beberapa menit ibu menelponku.

"Rade, kamu dimana? Gak kehujanan kan? Hujannya deras sekali, jangan berteduh dekat pohon ya De." Sepertinya ibu sangat khawatir terdengar dari suaranya.

"Rade gak apa kok bu, ini lagi neduh di ruko kosong." Aku berkata santai agar ibu tak khawatir dengan keadaanku.

"Oh bagus lah, jangan terlalu maksa ya, hati-hati."Ingat ibu.

Belum sempat membalas, ponselku sudah mati. Lengkap sudah. Tak ada satupun yang menemaniku sekarang. Iya setidaknya aku menerima panggilan dari ibu, jika tidak ibu akan sangat mengkhawatirkanku.

Info dari om Yande pun tak kunjung datang. Apakah selama itu paket Tika sampai Denpasar. Kurasa tidak mungkin. Atau Tika menggunakan layanan pengantaran paket yang lain. Tapi kenapa?

Kini jalanan semakin sepi. Hanya terdengar suara gemuruh hujan menyerbu atap dari ruko dimana aku berteduh. Kalau begini terus aku tidak bisa melanjutkan pengantaran paket hari ini. Daripada tak ada yang bisa kulakukan, aku memutuskan mengelompokkan sisa paket di kantong motorku agar saat hujan reda aku bisa lebih efisien saat mengantarkannya.

Terkejut seketika melihat alamat pengantaran pada satu paket yang sedang kupegang. Ya, paket itu beralamatkan kos Kamboja. Aku sangat senang bukan main saat melihat alamat kos Kamboja. Tapi ada yang berbeda. Aku kurang teliti. Ternyata paket itu beralamat pada kamar nomor 5. Mengetahui itu perasaanku seakan jatuh seketika. Hilang sudah harapan mendapatkan paket Tika.

Hanya tersisa beberapa paket lagi. Kembali mengelompokan paket berdasarkan alamat tujuannya. Sekali lagi tertera alamat kos Kamboja pada paket yang kupegang. Aku tak langsung melanjutkan membaca alamat paket itu. Aku menanggap itu bukan paket dari Tika. Kuletakkan saja paket itu bersama paket kos Kamboja tadi.

Tinggallah menunggu hujan ini mereda. Masih ada perasaan janggal di hati. Paket kos Kamboja tadi apakah benar itu milik Tika. Aku tak berherap tinggi. Tapi di lain sisi aku sangat mengharapkan itu adalah paket pesanan Tika. Apa aku lihat saja ya. Sepanjang menunggu hujan aku hanya memikirkan paket itu. Berkali-kali aku ingin melihat kembali alamat paket itu. Berkali-kali juga aku meragu. Akhirnya kuputuskan melihatnya ketika mengantarkan paket kos Kamboja yang satunya saja.

Paket UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang