Siang ini adalah siang yang tak biasa. Berbeda dari siang-siang sebelumnya. Kalau dipikir-pikir, perkembangan hubunganku bersama Tika sepertinya berjalan sangat lambat. Setidaknya kali ini Tika mengajakku makan siang di sebuah tempat makan dekat kampus. Kebetulan kami berdua sama-sama memiliki jadwal pagi yang singkat. Jadi, pada siang hari kami bisa makan bersama dengan waktu yang lebih lama dibanding hari-hari sebelumnya. Telpon kemarin petang lah yang menjadwalkan semua ini.
Aku dan Tika tidak pergi bersamaan ke warung makan ini. Tika sudah lebih dulu kemari, aku menyusul setelah beberapa urusan di kampus. Lagi pula tidak mungkin juga kami pergi bersama dengan menaiki motorku yang bagian belakangnya dipenuhi kantong-kantong paket besar.
"Hai Tika." sapaku terlebih dahulu pada Tika yang sudah menungguku dengan ditemani segelas es kelapa muda.
Dengan santai Tika menoleh, "Hai, kamu gak bilang-bilang kalau sudah sampai."
"Hehe...." Hanya tertawa pelan singkat lalu ikut duduk berhadapan dengan Tika.
Tak lama pelayan menghampiri menawarkan menu mereka. Tika memesan makanan terlebih dahulu. Tidak main-main, Tika memesan banyak sekali makanan. Kalian tak pernah tahu akan hal ini. Dalam vlog ataupun akun-akun medsosnya, ia tak pernah memperlihatkan kebiasaan makan banyaknya ini. Walaupun Tika makan sebanyak itu, tubuhnya tetaplah terjaga. Entah ia menggunakan apa untuk menjaga penampilannya.
"Silahkan pak!" Pelayan itu kini memberikan buku menu kepadaku.
Astaga, mahal sekali makanan disini. Aku butuh berpuasa dua hari untuk menghemat bekal agar dapat menikmati seporsi menu makanan di tempat ini.
"Saya pesan nasi goreng aja deh" pesanku pelan.
"Spesial atau biasa pak?" pelayan itu kembali bertanya menawarkan.
"Yang biasa aja."
"Minumnya pak?" Tentu saja setelah makan seharusnya dibarengi dengan minuman.
"Es teh tawar aja mbak" aku tak punya pilihan, kupilih saja menu makan dan minum yang termurah disini.
"Yakin kamu pesen itu aja?" Tika menyelaku cepat namun tetap santai.
"Eh? I-iya yakin" jawabku terbata.
"Hari ini aku traktir deh. Lagian aku yang mengusulkan tempat ini."
"Eh gak usah gak usah" menggeleng cepat melarangnya mentraktirku. Mau ditaruh dimana mukaku makan bersama seorang wanita di tempat seperti ini tetapi aku yang ditraktir.
"Jadi bagaimana?" pelayan memastikan.
"Udah mbak sesuai yang tadi" aku tersenyum dibarengi anggukan kepala.
Lalu pelayan itu menyebutkan ulang apa saja yang kami pesan dan segera meninggalkan kami langsung memproses pesanan.
"Santai aja Rade. Kamu gak perlu sungkan begitu. Kalau gitu waktu berlibur nanti saja aku traktir kamu ya. Jangan nolak loh" senyum manis kembali terukir di bibirnya.
"Masa ditraktir terus sih" ujarku.
"Belum pernah aku mentraktir kamu. Tadi aja kamu tolak. Eh, tapi bener kan kamu mau ikut nemenin aku buat vlog liburan?"
Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Telpon kemarin lah yang membuatku menerima ajakan Tika untuk ikut dalam pembuatan vlog berliburnya.
Tika terlihat sangat senang. Aku juga sangat senang sekali melebihi Tika namun aku tak mengekspresikan itu di depannya. Semua ini berkat bantuan dari Komang. Tanpanya mungkin sekarang aku sedang di kantin kampus menikmati bekal makan siang bersama Tika, lalu pada saat ingin menerima ajakannya, aku kembali gemetar dengan keringat bercucuran dibarengi degup jantung tak terkendali seperti hari kemarin.
Sembari menunggu makanan datang, kami membahas rencana vlog berlibur, membahas apa saja yang perlu disiapkan, dan apapun mengenai vlog berlibur. Hingga hidangan datang dihantar oleh seorang pelayan. Kami menjeda pembahasan mengenai vlog liburan. Waktunya menyantap hidangan mahal penguras kangtong. Memang benar rasa dari makanan di tempat ini sangat lezat namun tetap saja untuk seorang yang sepertiku, makanan ini sangat menguras kantong. Tapi tidak apa, yang terpenting aku bisa menikmatinya bersama Tika. Itu lebih dari cukup.
"Banyak banget ya porsi makanmu" aku selesai lebih dahulu.
"Humm" Tika terkekeh pelan dengan mulut masih dipenuhi makanan.
Aku hanya membalas dengan senyuman. Tika lanjut mengunyah makanannya. Situasi di tempat kami makan sedang ramai. Dipenuhi oleh para mahasiswa dari kampus kami. Tak sedikit juga aku melihat teman-teman kampus yang kukenal. Aku hanya memandangi Tika yang sedang asik menikmati makanannya. Sesekali melihat keadaan sekitar. Tika masih setengah jalan untuk menghabiskan makanan yang dipesannya. Jika aku makan sebanyak itu, mungkin sudah penuh ketika seperempat jalan. Namun Tika tampaknya masih kurang. Benar-benar tak terduga.
"Uh puas ya" sepertinya Tika sudah cukup.
"Nambah lagi?" aku bertanya iseng sambil mencairkan suasana seusai makan.
"Hahaha... Kalau terus dilanjut, bisa-bisa kita gak jadi bahas vlog." Tika terbahak sambil menutup mulutnya melihat keadaan sekitar yang terkejut dengan tawanya yang tiba-tiba.
"Hehe. Iya gak apa. Perasaan sudah semua kan?"
"Iya cuma tinggal satu aja. Dari waktu pertama kali aku merencanakan, yang kurang itu cuma supir. Kita perlu supir dan mobil buat berkeliling kan."
"Iya juga." Kami berdua hening sejenak.
"Gimana sama kenalanmu? Kamu banyak kenalan supir travel kan?"
"Boleh sih. Tapi kenapa gak rental mobil aja terus kita bawa sendiri biar bebas, gimana?" aku mencoba memberikan solusi yang memungkinkan.
"Siapa yang nyetir? Kamu bisa?"
"Eh?" kenapa Tika tiba-tiba menunjukku?
"Iya Kamu. Kalau kamu bisa, nanti kita rental mobil aja." Kupikir Tika bisa mengendarai mobil.
"Emm gimana ya?" Aku sedikit ragu. Sebenarnya aku pernah ditugaskan sebagai pengangkut paket dari kantor cabang untuk dibawa ke kantor pusat menggunakan mobil. Namun itu sudah sangat lama.
"Kenapa? Kamu belum pernah nyetir mobil?" Tika bertanya kembali memastikan.
"Pernah sih tapi itu udah lama. Dulu sempet tugas di bagian tukang antar paket pakai mobil" jawabku.
"Oh, kalau gitu kita coba aja dulu. Nanti aku coba pinjam mobil temenku ya. Setelah dipikir-pikir sepertinya memang lebih seru dengan saranmu. Masih ada waktu untuk mengingat-ingat cara menyetir" jelasnya diakhiri senyuman.
"Hehe iya." Kami menyudahi makan siang dengan beberapa pembahasan kecil.
Tika memiliki janji pergi bersama teman-temannya siang ini setelah makan bersamaku. Begitu pun aku harus lanjut ke kantor mengambil paket dan menghantarkannya.
Kuharap aku masih mengingat bagaimana caranya mengendarai mobil. Sudah sangat lama setelah aku mulai memiliki motor hasil cicilan ini. Dulu, ketika awal-awal aku bekerja di perusahaan jasa antar paket ini, aku ditempatkan pada bagian penjemputan paket di kantor-kantor cabang yang akan dikirimkan ke kantor pusat daerah. Tentu saja saat itu aku bekerja menggunakan mobil. Karena paket yang kujemput jumlahnya sangat banyak.
Hingga akhirnya aku memiliki sepeda motor yang kugunakan saat ini. Mulai saat itu lah aku ditugaskan menjadi kurir pengantar paket ke alamat tujuan di sekitar kota Denpasar. Agar aku juga dapat bekerja sambil berkuliah dengan jam kerja yang dapat diatur. Untungnya atasanku mengerti dengan keadaanku. Malah atasanku sangat mendukung keputusanku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paket Untukmu
RomanceKisah pria kurir paket yang ingin memiliki pacar. Namun apalah daya dari sekian banyak wanita yang diidamkannya, tak satupun yang berujung padanya. Nasib memiliki sifat pemalu dalam diri. Suatu Ketika paket hari itu menghantarkan Rade pada sahabat k...