Pindah?!

77 11 8
                                    

Haina pov

Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah, eits bukan karena tahun ajaran baru ya, aku adalah siswi pindahan dari sekolah swasta yang berada di daerah Jakarta, nama sekolahnya adalah SMA swasta Gradien Jakarta. Masih satu daerah sih cuman beda tempat.

Bete banget, sebenarnya aku nggak mau pindah. Tapi, mama bersikeras banget mau mindahin aku, sedangkan papa sih ikutan mama aja. Alasannya juga sampai sekarang aku nggak tahu. Palingan dia cuman jawab, di negeri itu lebih bagus daripada swasta. Astaga, sama aja kan?? Mau negeri mau swasta.

"Haina..." suara teriakan itu menyadarkan lamunanku, setiap pagi mama pasti teriak gitu dari lantai bawah.

"Iya, Haina bentar lagi turun." Jawabku tak mah kalah.

Kebiasaanku menata rambut, palingan di kucir satu tepat di tengah-tengah kepala. Memoleskan sedikit bedak dan lip tin di bibir, bagaimana pun ini adalah sekolah baru. Pasti semuanya baru, teman dan suasananya aja sih ckck.

"Reza berangkat dulu ya, ma." Ucap lelaki yang tak lain dan tak bukan adalah saudaraku.

"Hei, terus aku sama siapa dong?" tanyaku menarik tangannya.

"Sama pak Tam kan bisa." Jawabnya sembari memasang sepatu.

Ntar, aku kenalkan dulu. Dia Reza, saudara kembarku yang paling nyebelin. Tapi, yang duluan keluar dia ya. Jarak kami hanya 10 menit, kami berdua itu jarang banget akur, makanya kami di sekolahkan di sekolah yang berbeda, aku SMA-nya di swasta dan dia negeri. Tapi, oh tuhan bagaimana bisa aku di pindahkan di sekolah yang sama?! Untung aja gak sekelas.

"Ih, nyebelin banget sih." Aku berdiri di samping ayah dan merengek pelan.

"Dasar manja, ayo cepet! Aku tunggu di garasi, awas lama." Sanggah Reza membuat senyumanku merekah.

"Makanya jangan lama dandan." Sindir mama.

Aku menatap mama kesal, sayang banget deh sama mama, aku membalas sindiran mama dengan tersenyum hambar. Sedangkan ayah, ia hanya terdiam sambil membaca koran.

"Aku pergi dulu, ya. Oh iya ma, terima kasih ya udah pindahin aku." Gumamku ketika bersalaman dengannya.

"Jangan sunkan, kamu pasti suka sama sekolahnya." Mama tersenyum penuh kemenangan.

Suka? Astaga mama... Ngerti nggak sih kalau anaknya sekarang lagi kesal. Yaudah deh, daripada dengar mama lebih baik aku berangkat sekarang.

"Lama banget sih, aku belum piket nih." Keluh Reza di atas motor.

Pagi-pagi jidatku sudah berkerut dibuat mereka. Hanya karena aku buat masalah dengan teman sekelasku aku di pindahkan, WTF.

Jarak tempuh antara sekolah dan rumahku juga agak jauh, tapi karena si Reza bawa motor kayak di kejar setan ya 10 menit udah sampai.

"Gila, kamu bawa motor atau dikejar setan?!!" tanyaku saat kami sampai di parkiran.

Bukannya menjawab, Reza malah pergi. Jadi, gimana nasibku sekarang? Tahu denah sekolah aja nggak. Murid-murid disitu juga melihatku bak orang asing, memang asing sih ckck. Tatapan mereka beda-beda, ada yang senyam-senyum sendiri dan ada juga yang melihat sinis.

Baru satu hari sekolah disini sudah di pandang begitu. Akhirnya mau tak mau, aku berjalan menyusuri sekolah yang besarnya kurang lebih dengan sekolah lamaku.

"Eh neng, mau kemana?" tanya seorang cowok, bersama teman yang satunya. Mereka tersenyum genit saat aku berjalan di koridor.

Seragam yang mereka gunakan juga sama, lebih tepatnya lagi mereka adalah siswa di SMA ini.

I, You and HeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang