Perempuan Check

26 4 2
                                    

Haina pov

12 Agustus 2020

Ini adalah hari pertama aku harus tinggal serumah dengan si triplek, ya pastinya ada orang lain juga.

Aku baring duduk baring lagi kemudian duduk lagi, seperti itu hingga capek sendiri. Apa cuman aku yang resah ada si Fahri disini?

"Haina, buka pintunya woi... Aku ada beliin makanan nih, makan gih masih panas, ntar lu mampus aku juga yang kena marah mama." Gedor Reza dari luar.

Astaga kembaran, saking perhatiannya sampai ngomong begitu sama saudaranya sendiri. Salahku apa gitu? Kemaren mama yang bilang anaknya bisu ya? Eh sekarang malah saudara. Akhlaknya udah pada di jual kali.

"Buka aja pintunya nggak dikunci," jawabku dari dalam.

"Enak aja, kamu ke bawah dong makan sama kita. Emang kamu pikir aku babu?" Aku beranjak membuka pintu kamar, pengen ku gethok terus hajar habis-habisan lalu hanyutkan deh ke sungai.

"Gila ya?" Aku menyambak rambutnya.

"Sakit ih"

"Kamu bego, emang tuh mulut gaada akhlak." Tunjukku sembari menapaki satu persatu anak tangga.

"Apa salahku? Nggak pandai terima kasih ya gitu." Ucap Reza duduk di kursi meja makan sambil mencomot udang goreng crispy yang baru Fahri letakkan di atas meja.

Aku kaget melihat Fahri mengenakan celemek, dia gitu yang masak semua ini? Bibi kemana?

"Enak beb," kata Reza lagi.

"Ini yang masak semuanya dia?" Tanyaku sedikit ngeri.

Jarang loh cowok masak sebanyak ini, lagian pun... Ah nggak mungkinlah.

"Iya, gila... Aku aja nggak tau dia bisa masak, sini kawan duduk dulu." Reza menarik kursi yang ingin diduduki Fahri. Emang nih anak kalau ada maunya baru baik.

Aku sebenarnya lapar banget, dari kemaren nggak ada makan tapi nih tangan enggan banget nyentuh makanan yang dimasak Fahri. Gengsi banget astagfirullah.

"Kamu nggak makan, Haina?" Tanya Reza dengan mulut yang sudah penuh makanan.

Aku menggeleng sembari minum susu panas yang ada di sampingku.

"Eh itu panas" kata Fahri.

Bukan main lidahku kelu, padahal pas megang gelas udah terasa banget panasnya.

"Jangan gengsi, jijik aku lihatnya." Sambar Reza melirikku.

"Siapa yang gengsi?" Elakku.

Aku beranjak berdiri, tapi duduk lagi. Perutku bunyi-bunyi dari tadi, keroncongan. Ah nggak bisa nahan lagi, serta merta aku mencomot udang crispy yang semula ingin diambil Reza.

Kebetulan itu udang crispy terakhir, rakus banget si Reza, dia udah makan tuh udang dari tadi.

"Eh punyaku" pekiknya.

Aku menjulurkan lidah, lagian aku cuman makan satu udang.

"Makan saja kalian ribut astaga," kata Fahri akhirnya. Ia melanjutkan membaca bukunya, cukup tebal tuh buku.

***

Aku menahan sakit di pinggang, sekarang adalah tanggal tengah, maksudnya tanggal 12.

"Aduh sakit banget" ucapku sembari membuka lemari baju mencari barang ya pastinya semua cewek tahu.

Perut dan pinggangku ngeri banget, pantesan dari tadi pengennya makan terus, buang angin lagi.

"Et dah dimana tuh barang?" Aku mulai panik hingga membongkar pakaianku keluar.

"Mampus"

"Habiiiiiis... Ih gimana sih? Perasaan kemaren barusan beli." Aku memasukkan kembali bajuku ke dalam lemari acak-acakan, nggak peduli, perutku sakit banget sekarang.

Aku menelpon Reza berulang kali tapi nggak diangkat-angkat, telepon bibi juga nggak diangkat. Frustasi banget, mana lagi sakit, barangnya juga nggak ada, pengen marah jadinya.

Akhirnya muncul nama Fahri dibenakku, nah cuman itu anak yang belum ku hubungi.

Kali ini aku nggak telepon, tapi sms aja.

Triplek

Me : Fahri, kamu dimana?

Selang beberapa menit aku menunggu akhirnya si triplek balas.

Triplek : Lagi di perpustakaan

Me : Kalau pulang titip itu

Ah mana mungkin Fahri paham aku bilang itu, tapi malu banget mau sebutin barangnya.

Baru aja aku mau ngirim pesan lagi, si triplek bales.

Triplek : Ntar pulang kubeliin

Et dah, dia ngerti dong.

Me : Makasih

Triplek : Y

Aku berdiri di samping jendela kamar, kalau duduk takut tembus yaudah berdiri aja. Sambil nunggu aku scroll-scroll aja instagram.

***

Fahri pov

Aku menutup buku sembari mengambil ponselku yang berdering barusan.

"Pesan dari Haina?" Tanyaku dalam hati.

Aku membuka pesannya, di pesannya ia bilang jika pulang nitip barang 'itu' ?

"Itu apa?" Tanyaku dalam hati.

"Fahri..." panggil Frisca. "Kenapa?"

"Aku pulang duluan ya, ada urusan mendadak." Belum sempat Frisca menjawab aku sudah beranjak terlebih dahulu meninggalkannya.

Di sepanjang perjalanan aku memikirkan barang 'itu' ya walaupun aku tidak tahu maksudnya apa.

Entah kenapa saat berada di minimarket, pikiranku langsung menuju ke makanan ringan. Kuambil beberapa makanan ringan yang disukai Haina. Langkah kakiku terhenti tepat di barang perempuan berada, bukan perabotan rumah tangga, maksudnya ehem... Itu.

Aku melihat-lihat, agak malu saat orang-orang melihatku aneh, malahan ada yang tertawa.

"Yang bagus itu daun sirih den," ucap wanita paruh baya menunjuk ke arah yang ia katakan tadi.

"Buat pacarnya?" Tanya ibu itu tertawa kecil.

Aku menggeleng sembari memasukkan barang itu kedalam keranjang.

"Teman saya, bu." Jawabku melangkanh pergi. Sebelum pergi aku berterima kasih pada ibu itu.

"Ih so sweet banget beliin ini, buat pacarnya ya?" Si mbak tukang kasir lagi bilang gitu, mana antrian panjang di belakang.

Aku tersenyum hambar, tidak mengangguk juga tak menggeleng, diam saja. Setelah membayar aku langsung pergi melaju ke rumah.

"Si Haina ngeselin banget suruh beli barang beginian segala," geramku. Jadi rada-rada nggak ikhlas.

Sampainya di rumah, tuh bocah udah nunggu di ruang tamu sembari makan es krim di anak tangga.

"Nih,"

Mukanya cerah banget, bukannya terima kasih, malah nyelonong ke atas.

"Eh ada makanan juga?" Tanya Haina saat berada di lantai dua.

Aku melihat ke atas, dia memanyunkan bibirnya 5 senti. Dih jijik banget.

"Makasih triplek, baik banget."

Baru ngucapin terima kasih, mantep banget kembarannya si Reza.

"Udah ya, aduh sakit banget." Ucap Haina memegang perutnya. Ia menutup pintu kamarnya keras.

"Aneh"

Salam literasi

Maaf telat up ✨🌷

Jangan lupa vote dan komen ya biar author makin semangat:*

Piw lop uu🔥

I, You and HeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang