Author pov
Frisca duduk sembari senyum-senyum sendiri. Baru saja Fahri pergi membelikan es krim untuknya, ya hanya sebuah es krim sih, itu pun karena Fahri yang mau.
Lelaki itu adalah lelaki yang sangat ia kagumi setelah ayahnya. Walaupun Fahri tampak dingin dan cuek, tapi dari sifat itulah yang ia suka. Fahri memperlakukannya berbeda sekali daripada yang lain.
"Maaf lama," Fahri duduk di samping Frisca dan memberikannya es krim rasa vanila.
Frisca heran, padahal ia meminta Fahri untuk membelikannya es krim rasa cokelat, apa rasa cokelat sudah habis? Soalnya, Fahri juga makan es krim rasa vanila.
"Rasa cokelat udah habis ya?" Frisca memberanikan diri untuk bertanya.
"Bukannya kamu suka vanila?" Tanya Fahri heran.
Frisca menggeleng, masa Fahri lupa dia sebenarnya tidak suka rasa vanila.
"Aku beli baru, ya." Frisca menggeleng cepat, jadi es krim yang ini mau diapakan kalau beli baru.
"Udahlah, sayang kalau dibuang," kata Frisca tersenyum, tapi tetap saja ia belum memakannya satu sendok pun.
"Nggak dibuang kok, sini..." Fahri mengambil es krim dari tangan Frisca dan berlari ke arah anak baru yang sekarang jadi perbincangan hangat para cowok di kelasnya.
"Siapa dia?" Tanya Frisca dalam hati.
***
Haina pov
"Keren banget, masa kemaren pas jalan-jalan aku ketemu kak Bintang," kata Fanista, aku ngangguk-ngangguk aja pas dia cerita. Toh kak Bintang kayaknya bakal milih aku, pede banget Haina, pede.
Btw, kami sekarang ini lagi ada di lapangan bola menuju perpustakaan buat minjem satu buku, aku lupa judulnya, yang penting tuh buku buat tugas revisi pelajaran bahasa Indonesia, kalau nggak malas banget aku kesana.
Mencengangkan banget, pas kita berdua lagi jalan, si triplek tiba-tiba datang... Lari-lari sambil bawa es krim di tangannya.
"Idih, tuh anak kenapa? Kayaknya kesini deh." Batinku sembari liat ke belakang, nggak ada kok orang di belakang.
"Ini buat kamu," Fahri memberikan es krim kesukaanku, dia pasti tahu dong kesukaanku apa, kami kan udah temanan lama--eh musuh lama maksudnya.
"Tumben kamu baik, pasti ada racun kan?" Tanyaku curiga, iyalah curiga aneh banget tiba-tiba baik begini, pasti ada apa-apa.
"Sembarangan, makan tuh." Lah maksa lagi, setelah bilang begitu dia lari lagi, what happen ae naon atuh mass?!! Hidupnya nggak jelas banget. Ada maksud apa dia baik begini?
Fanista menyenggol bahuku saat satu suapan masuk ke dalam mulutku. Ketika aku menawarkannya ia malah menggeleng tersenyum terus bilang "Fahri perhatian banget sih sama kamu, jadi iri deh..."
Iri darimananya coba? Geli iya. Awas aja habis makan nih es krim asmaku kambuh, huh alai banget yah ckck.
Jleb...
Entah kenapa mata harus lihat kesana, tadi habis ketawa jadi kediem gara-gara pemandangan di kursi taman seberang sana.
Si triplek sama si kusut, ngapain mereka disana? Entah kapan aku memberikan nama khusus untuk Frisca. Yang penting aku tidak suka lihat Fahri lebih perhatian ke dia, perlu kalian tahu ya, cuman nggak suka bukan cemburu.
Lagi-lagi Fanista kepo dengan pandanganku, ia nyengir kuda, sesekali menyindir.
"Cemburu? Katanya musuh..." Fanista ih manas-manasin aku aja. Aku membuang es krim yang baru tiga sendok kumakan ke dalam tempat sampah, lalu berjalan balik ke kelas dengan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I, You and He
Teen FictionKeduanya adalah sahabat kecil yang terpisah saat masuk SMA dan kembali bertemu ketika Haina pindah ke SMA yang ditempati saudara kembarnya dengan alasan tertentu. Mirisnya, ia sekelas dengan si Fahri yang notabene ketua kelas super cuek dan sangat m...