Aku berjalan hendak menghampiri orang yang sedang duduk manis di seberang sana, lelaki itu membelakangiku sekarang. Di sekelilingku juga susananya begitu tentram, terdapat dua air terjun di sudut kiri dan kanan. Ah benar-benar tenang.
Tapi, kenapa hanya ada kami berdua disini? Sosok itu hanya meratap menikmati keindahan.
"Mas?" Panggilku mencoba memberanikan diri.
Lelaki itu tak menyahut, bahkan tidak menoleh ke arahku. Dari belakang tubuhnya mirip sekali dengan Reza.
"Apa dia Reza ya? Udah kayak di film-film aja... Kalau suasana begini kan biasanya mau mati." Batinku sedikit ngeri.
Ah, masa aku mau mati? Perasaan tadi pagi sehat-sehat saja. Logikaku mengatakan tidak mungkin kita ada di tempat seperti ini, cuma berdua lagi. Sedangkan hati, apa cuma perasaanku doang ya? Ah memang tidak bisa di deskripsikan.
Lelaki itu memutar kepalanya 180° eh nggak mungkin, maksudnya 90°. Dikira hantu apa.
Aku kaget banget pas lihat siapa pemilik tubuh yang mirip dengan Reza, si triplek dengan wajah sendunya.
"Astaghfirullah... Kamu kenapa disini? Serem ah! Biasa aja natapnya!" Aku agak mundur, gila tatapan tuh anak serem banget.
Seperti biasa, tunawicara kali ya? Orang bisu aja pengen banget ngomong. Heran.
"Kamu kenapa ada disini?" Tanyaku mundur selangkah.
"Maafkan aku," kata-kata itu keluar dari mulutnya. Sejak kapan si triplek minta maaf begini? Nggak pernah tuh.
Langka banget
"Aku mau pergi dulu" lanjutnya. Setelah bilang begitu dia beranjak mau pergi.
Lah beneran kayak di film-film, masa aku perantara kalimat terakhirnya sih?!
"Eh mau kemana? Jangan main-main masalah kayak gini, aku nggak suka!" Kataku sedikit keras.
Fahri hanya tersenyum, tuh anak bikin rasa bersalahku aja makin tinggi, kepedeanku juga.
"Mau kemana?" Tanyaku lagi.
Aku harus apa? Ketawa apa nangis sih? Di satu sisi ini lucu banget kayak drama, di satu sisi nih cerita kayak serius gitu.
"Fahri..." Lah dia benar-benar tenggelam di balik air terjun. Aku memanggilnya berulang kali, tak ada balasan.
Bruukk...
Aku terbangun, astaga mimpi?? Ternyata yang memukul meja bu Arlina? Gawat nih! Mana teman sekelasku pada nahan-nahan ketawa lagi.
"Kenapa nggak bangunin?" Bisikku pada Fanista.
"Udah aku bangunin, kamu aja yang nggak bangun-bangun." Jawabnya.
"Tadi malam ngapain kamu, sampai tidur di sekolah? Mana tadi nyebut-nyebut nama Fahri, kamu pacarnya?" Pertanyaan itu membuat teman kelasku pada berbisik-bisik.
Tadi malam aku belajar bu makanya ngantuk... Ah nggak mungkin kan jawab gitu.
"Maaf bu," Haina... Cuman minta maaf? Bilang aja alasannya.
"Karena jam saya belum berakhir, masih satu jam kan? Anak-anak masih ingat kan peraturannya kalau ada yang tidur hukumannya apa?" Tanya bu Arlina pada anak-anak yang lain.
Satu kelas pada ngangguk, yaelah bukannya tolongin malah njebak temannya sendiri.
"Berdiri di luar kelas selama pelajaran ibu berlangsung. 10 menit mau pulang sekolah kamu boleh masuk lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
I, You and He
Teen FictionKeduanya adalah sahabat kecil yang terpisah saat masuk SMA dan kembali bertemu ketika Haina pindah ke SMA yang ditempati saudara kembarnya dengan alasan tertentu. Mirisnya, ia sekelas dengan si Fahri yang notabene ketua kelas super cuek dan sangat m...