FIFTEEN

451 31 5
                                    


"karena orang yang terlihat cantik belum tentu cantik pula dengan sikapnya. pada darsar nya sikap gabisa diukur dengan cantik parasnya"

—-

"makasih ya mel tumpangannya" teriak ana dari luar rumah melia, dan mendapat anggukan dari melia

"udah kan?" tanya rega

"yok jalan" ucap ana

begitu sampai di rumah melia tadi, rega langsung mengetahui bahwa ana berada di rumah melia. rega mengenali sepatu ana yang berada di teras rumah melia

"besok besok kalau mau main, kabarin dulu na. kasihan kak gavin nyariin lo dari tadi" nasehat rega

"iya gue salah, hp gue mati. lupa pinjem hp melia buat kabarin kak gavin" ucap ana

"kenapa tadi pulang gak naik taksi aja?" tanya rega

"gue males nyetop nya ga"

"kenapa gak naik angkot?"

"kenapa gak lo aja yang anter gue? kenapa gak aqila aja yang lo cariin taksi?" sarkas ana

"aqila kan lagi sakit na"

"bukannya malah aman pake mobil ya kalau lagi sakit?"

"dia cewek, kasihan"

"trus gue apaan ga? banci?"

"na, jangan mulai" tekan rega

"lo duluan yang mulai" ketus ana

"lo marah gara- gara gue nganter aqila?" tanya rega mulai lembut

"enggak, tapi kalau nganter orang. kabarin gue lebih awal biar gak ada kejadian kaya gini lagi"

"iya, gue minta maaf" ucap rega

"hm"

rega hanya geleng geleng kepala debat dengan ana. sebenarnya rega merasa bersalah juga kepada ana. tetapi dia merasa jika diteruskan akan semakin membuat ana kesal kepadanya

begitu sampai di depan rumah ana, ana langsung turun dari motor rega dan memberikan helm yang melia pinjamkan kepadanya

"balikin ke melia, dia besok sekolah kan naik motor" ucap ana

"biasanya naik mobil" ucap rega sambil menerima helmnya

"mobilnya di pake vino trus nabrak"

"pacarnya melia?" tanya rega

"adiknya. dah sana pergi gue mau istirahat" usir ana

"yaudah deh, selamat istirahat tuan putri" ucap rega setelah itu melajukan motornya pergi dari rumah ana

"dih" ucap ana tersenyum lalu masuk ke dalam rumahnya. baru saja ana membuka pintu rumahnya, gavin sudah berdiri dengan tatapan tajamnya

"dari mana kamu?" tanya gavin sengit

"main ke rumah melia"

"kenapa ga ngabarin kakak?"

"hp ana mati" jawab ana seadanya

"yaudah, sana bersih bersih"

ana langsung pergi naik ke kamar nya, dan merebahkan badannya di atas kasur ke sayangannya. tidak lama, mata ana terpejam dan tertidur tanpa mengganti seragamnya terlebih dahulu

——

"habis dari mana kak?" tanya mamah rega melihat rega masuk rumah membawa helm nya

"jemput ana mah" jawab rega

REGANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang